Mew membuka sebelah matanya karena merasakan cahaya matahari yang masuk keruangan itu, mengusap matanya pelan, "huh?." Mew merasakan ada perban di kepalanya dan dia hanya menggunakan kemeja putih kebesaran, "ehh? Dimana celanaku?." Melihat sekeliling dan turun dari ranjang itu, ada sebuah kaca besar yang menunjukan pemandangan hutan... lalu laut... Tunggu dimana ini?.
Mew panik, lalu melihat jarinya ada cincin dari Gulf di jari manisnya Mew menggeram kecil mengernyit tidak suka, lalu melepaskan cincinya dan membantingnya di lantai marmer putih itu, "Star..." Mew mencari ponselnya membongkar seluruh isi kamar itu sampai ia mendengar suara pintu yang dibuka menampakkan Gulf yang berdiri sombong di dekat pintu.
"Mencari ini?." Gulf memegang ponsel dengan case kuning cerah itu, menjatuhkannya dan menendangnya ke arah Mew, dengan sigap Mew mengambil ponselnya dan membuka passwordnya bernafas lega saat semua foto di galerinya masih ada, tidak ada sinyal disini.
"Aku dimana?." Mew memeluk erat ponselnya dan mundur menjauh, Gulf menyeringai lebar "sangkarmu," Gulf berjalan masuk membuat Mew semakin mundur "tenang saja, ada yang menemanimu disini jadi kamu gabakal kesepian." Gulf berbicara dan terus maju melihat Mew yang hanya diam, "hmm... Star baik-baik saja, tapi aku gatau kalau kamu macam-macam apa yang terjadi padanya." Mew sampai diujung kaca besar itu, Gulf menghimpitnya dan memukul kaca itu keras. "Sekarang ambil cincinnya, Mew." Perkataanya membuat Mew memejamkan mata, mendorong Gulf pelan dan memungut cincin yang dia buang tadi, dan menyerahkannya ke arah Gulf.
"Hm?, Siapa yang mengajarimu bertingkah seperti ini sayang?." Gulf menaikan satu alisnya melihat Mew yang sangat berani itu, "aku hanya perlu tinggal disini kan?." Mata coklat cerah itu bersinar dengan harapan membuat Gulf tertawa geli, naif sekali.
"Pakai Mew." Gulf mengeraskan wajahnya menatap Mew tajam, Mew sedikit bergetar tapi tetap menatap Gulf dan menggeleng kuat, "Aku tidak ingin, Tuan Kanawut." Memanggilnya dengan Tuan Kanawut seakan akan Mew tidak sudi memanggilnya dengan akrab, menggertakan giginya kuat, Gulf menampar Mew kuat membuat Mew jatuh kesamping, menyeretnya dan melemparnya ke kasur, "Kamu memang perlu diberi pelajaran." Menarik boxers Mew dan membuka celananya, Mew melotot Gulf ingin melakukannya tanpa persiapan, Mew mulai menendang Gulf dan mendorong dadanya kuat, lagi-lagi satu tamparan mendarat di pipinya "Diam." Gulf melebarkan paksa kaki Mew dan menekuknya kuat, "Minta maaf Mew."
Mew menolak untuk menjawabnya membuat Gulf semakin kesal, akhirnya Gulf mendorong paksa kejantanannya kedalam hole Mew dalam sekali hentakan, "ARGHHH..." hanya teriakan memilukan yang terdengar, Gulf terus memaju mundurkan miliknya kuat dan kasar di hole kering itu.
Mew memejamkan matanya kuat, memegang dadanya dan menekannya kuat rasanya sakit sekali, air mata lolos dari mata Mew, menahan semua rasa sakit yang diberikan Gulf padanya, dia tidak ingin kalah, Mew hanya terdiam tidak bergerak dari posisinya.
Ini lebih mirip pemerkosaan daripada seks, bahkan Gulf tidak peduli dan hanya fokus memaju mundurkan dirinya dan menekuk kaki Mew kasar.
Gulf memejamkan matanya saat dirasa dia ingin keluar, menghela nafas dalam dan akhirnya mengeluarkan dirinya dari Mew.
Dia berdiri dan menatap Mew yang kini terbaring lemah. Dialihkan pandangannya ke paha dalam Mew yang kini banjir dengan darah. Ia benar-benar emosi hingga tak menyadari perbuatannya lagi. Namun melihat Mew yang kini menangis dengan salah satu tangannya mencengkeram dadanya, terasa menyakitkan. Di hadapannya, Mew menangis tanpa suara, hanya air matanya yang menetes di sudut matanya lah yang menandakan ia sedang menangis. Rasa bersalah pun menimpanya.
Mendadak Mew bergerak, seakan-akan ia baru saja sadar bahwa Gulf sudah selesai dengannya. Mew duduk perlahan-lahan sementara sebelah tangannya mengambil selimut putih disampingnya. Tanpa bicara apa-apa, tangan kanannya mengelap semua cum dan darah di tubuhnya. Sesekali ia meringis kesakitan, namun tidak sekalipun ia berkata apa-apa. Sementara tangan kirinya digunakan untuk menutupi matanya. Dengan gerakan putus asa, berusaha menghapus semua air mata yang berjatuhan. Namun bukannya berhenti, air matanya malah mengalir lebih deras hingga isakan kecil keluar dari bibirnya.
"Kak Mew..." panggil Gulf. Semua amarah telah menghilang dari hatinya.
"Kak... aku panggil dokter ya..." ujarnya lagi. Namun Mew malah menggeleng cepat-cepat dan berusaha menghapus semua cum dan darah seperti kesetanan. Tetesan-tetesan air matanya berjatuhan ke pahanya.
"Aku membencimu." Mew berbicara pelan sambil terus berusaha membersihkan dirinya yang dipenuhi noda darah, dia bahkan tidak orgasme tadi, satu tangannya terus menyeka mata yang terus meneteskan air mata itu.
Gulf terdiam dan duduk dipinggir kasur, "katakan sekali lagi.", Mew menatapnya menantang, "aku membencimu." Sekali lagi dengan suara sedikit lebih keras.
Gulf terdiam beberapa detik, lalu tertawa keras seakan-akan Mew mengatakan lelucon yang sangat lucu, "menurut kakak bagaimana perasaan kakak kalau bocah itu yang mengatakannya pada kakak?." Ucapan Gulf membuat Mew menatapnya tajam, Gulf menatap Mew dengan geli "bagaimana kalau anak itu tahu kakak yang membunuh ayahnya?." Perkataan Gulf membuat Mew mencengkram selimut yang dipenuhi darah itu kuat.
"Type?." Cicit Mew pelan menahan tangisnya, "prfftt... tidak pria brengsek itu masih ada maksudku Tharn Thara, kamu yang membunuhnya kak." Gulf masih tertawa melihat wajah pucat Mew.
"Dua tahun lalu, Mew Suppasit mengendarai mobilnya mengebut dalam kondisi mabuk berat, dan menabrak tiang pembatas, kebetulan ada mobil lain yang melihat kejadian itu Tharn Thara dengan sigap menabrakan mobilnya ke arah mobil Mew Suppasit membuat mobil itu bergerak kerah belakang dan tertahan namun sayang sekali sikap pahlawan Tharn Thara membuat mobilnya tergelincir dan memasuki jurang, padahal dia sedang menuju rumah untuk merayakan ulang tahun anaknya yang kelima." Gulf menjelaskan dengan wajah ceria seperti sedang menjelaskan peristiwa yang menyenangkan, "Bagaimana perasaanmu?." Gulf tersenyum lebar.
Mew menyerah, dia hanya diam menatap kosong selimut yang menutupi pahanya, dia adalah orang yang merungut kebahagiaan sang malaikat kecil, ternyata Mew memang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan, andai Tharn tidak menolongnya, andai Tharn tidak melihatnya, andai dia tidak mabuk.
Akar kemalangan ini adalah dia, dan dia memang pantas memang pantas mendapatkan semua ini.
Membayangkan betapa bahagianya keluarga Type kalau saja Tharn tidak menolong Mew, Mew memegang dadanya kuat merasa kesulitan bernafas, tanpa sadar Gulf menarik wajahnya dan menciumnya memberikan nafas buatan. "Kamu bahkan tidak pantas mati kak, setelah semua dosa yang kamu perbuat kamu ingin lari?." Ujar Gulf disela-sela pemberian nafas buatannya, Mew terbatuk kuat.
"Haaa... haaa... haahhhh..." Mew akhirnya kembali bernafas saat Gulf melepaskan tautannya karena tadi Mew dengan tidak sadar menahan nafasnya.
"Siap untuk menebus dosamu?." Gulf menatap Mew dan mengambil tabung kecil berisi cairan biru dari kantung kemejanya, membuka tutupnya dan menancapkan jarumnya ke perut Mew.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth || GulfMew
Fanfiction[Indonesia] Bagaimana saat kau bertemu kembali dengannya, dia sudah berubah? ⚠️Abusive and Toxic Relationships, Angst, Mpreg, Violence, Mature content, ManxMan.🔞