Earth POV
Ceklek!
Aku terburu-buru membuka pintu condo. Saat dikabari oleh Phi Ohm kalau mereka – Fluke dan Phi Ohm – langsung pulang ke condo setelah urusan selesai dari rumah sakit.
“Fluke...” cariku. Tapi condo terlihat sepi. Kulihat jam di dinding. Menunjukkan angka 01.15 dini hari.
Apa mungkin Fluke sudah tidur dikamarnya yaaa? Batinku.
Kulangkahkan kakiku menuju kamar Fluke. Ku ketuk perlahan. Tak ada jawaban. Kucoba membuka handle pintu, benar saja. Tidak dikunci. Kutengokkan kepalaku melihat kedalam kamar Fluke.
Hah?!
Aku dikejutkan dengan keadaan yang tak biasa kulihat. Fluke Natouch tidur dengan nyaman dalam dekapan seorang Ohm Thitiwat!! Dan Phi Ohm juga terlihat memeluk posesif pinggul Fluke.
What the........
Ku kucek-kucek mataku. Mencoba memastikan. Barangkali penglihatanku mulai bermasalah. Tidak!! Ini nyata! Mereka tidur sambil berpelukan?!!
Apakah besok akan terjadi kiamat?! Seorang Ohm “flukephobic” Thitiwat tiba-tiba memeluk seorang Fluke Natouch??! Sampai mereka tertidur?! Wow!!
“Nong..” ucapan Phi Title mengagetkanku yang masih berdiri terpaku di depan pintu kamar Fluke. Membuatku berpaling mendadak menghadap Phi Title. Dan memberi isyarat padanya untuk tidak bersuara.
Lalu menutup pintu kamar Fluke dengan perlahan. Tak ingin membangunkan dua orang yang sedang berpelukan intim sampai tertidur itu terbangun gara-gara ulahku.
Boleh aku menjerit melihat pemandangan tadi?! Itu sangat manis!!! Teriakku dalam hati.
“Ada apa Nong?? Apa Fluke tak ada di kamarnya?” ucap Phi Title menyadarkan segala pikiran-pikiran nakalku.
“Tidak Phi. Fluke sedang tidur” ucapku sambil tersenyum lebar. Masih tak bisa menahan perasaan senangku saat melihat sahabatku bisa seintim itu dengan seseorang. Akhirnyaaaa....
Tapi sedikit aneh. Kenapa bisa mereka seperti itu?! Apa yang terjadi selama dirumah sakit??
Masih dengan jelas ku ingat, kalau tadi pagi Phi Ohm masih tidak suka dimintai tolong oleh Phi Kao untuk menjagakan Fluke di Rumah Sakit.
Tapi apa yang baru saja kulihat?! Aku harus menanyakannya besok pada Fluke! Kali ini kau yang tidak akan selamat Tuan Natouch!! ucapku dalam hati.
“Nong.. Phi pulang dulu yaa” ucap Phi Title. Menyadarkanku.
“Terima kasih Phi. Sudah mengantarkan ku kembali ke Chiang Mai. Harusnya Phi tidak ikut pulang ke Chiang Mai hari ini.” Ucapku tak enak hati.
“Itu sudah kewajiban Phi menjaga calon istri Phi.” Ucapnya sambil menekankan kata-kata calon istri. Aku hanya tersenyum, canggung. Tak tau harus membalas kata-katanya seperti apa.
Dia mendekat. Mengecup keningku sambil berucap “Nong istirahatlah.. sudah hampir dini hari” lalu mengusap kepalaku. Dan berlalu menuju pintu condo.
Sebelum keluar dia kembali menoleh padaku. Dan tersenyum sendu. Lalu menutup pintu condo . Meninggalkan ku yang masih terdiam di tengah ruangan memandang pintu yang telah tertutup rapat.
Flashback on
Setelah aku mematikan sambungan telpon dengan Phi Title. Kutatap Phi Kao yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia memandangku heran. “Ada apa Earth?” tanyanya. “Siapa yang menelpon tadi?” tambahnya.
“Emm.. Phi Title” ucapku. Melihat reaksinya. “Phi Title dilobby ingin menjemput Earth, Phi. Apakah tak apa Earth pulang ke Chiang Mai dengan Phi Title?” kataku pelan.
“Baiklah. Mungkin lusa Phi akan menyusul Earth ke Chiang Main” ucapnya. “Semoga Fluke baik-baik saja” ucapnya. Mendakatiku. Memelukku erat. Mencium keningku. Dan sedikit mengecup bibirku.
Rasanya tak rela berpisah dengannya dalam keadaan seperti ini. “Phi pulang. Earth hati-hati dijalan” ucapnya. Phi Kao menoleh kembali padaku sebelum menutup pintu kamar hotel yang ku tinggali.
Flashback off
~~~~~~~~
Title POV
Ku sandarkan kepalaku di sandaran kursi kemudi. Aku masih di basemant condo Earth. Masih lelah. Bukan hanya lelah fisik. Tapi juga lelah batin.
Kupejamkan mataku. Ku kepalkan tanganku kuat. Mengulang kembali segala yang sudah kulakukan selama 3tahun terakhir sampai dengan hari ini.
Terlebih segala yang telah kulakukan untuk mendapatkan Earth. Seseorang yang bisa menggetarkan hatiku untuk pertama kali dan membuatku jatuh. Sejatuh-jatuhnya. Pada senyumnya. Pada sikapnya. Pada keluguannya. Dan segala hal yang berhubungan dengannya.
Mungkin menurut Earth. Kami mengenal pertama kali saat kami bertemu di club malam, 2 tahun yang lalu. Tapi tidak bagiku. Aku sudah memperhatikannya jauh sebelum itu.
Kami bertemu pertama kali saat aku tidak sengaja menabraknya di depan sebuah Cafe. Dan aku menumpahkan kopi yang kubawa kebajunya. Yang membuatnya mengerucutkan bibir melihat keadaan dirinya sendiri. Yang berlumuran tumpahan kopi pada bajunya. Sangat lucu.
Aku mencoba meminta maaf, tapi tepat pada saat itu telponnya berbunyi, dan dia mengisyaratkan padaku bahwa dia tidak apa-apa dan berlalu pergi. Masuk kedalam cafe.
Meninggalkanku dengan satu perasaan asing yang tidak pernah ku temui sebelumnya. Yang membuatku diam. Terpaku beberapa saat didepan pintu cafe. Memperhatikannya yang sedang berbicara atau mungkin mengadu pada temannya. Tentang keadaannya yang basah dan kotor karna tumpahan kopi dariku.
Melihatnya tersenyum membuatku bahagia. Sehingga beberapa kali aku menjadi penguntit hanya untuk melihat senyumnya. Tapi pada hari itu. Yang kulihat wajah murungnya.
Ingin mendekat dan menghibur, tapi tak ada alasan untukku. Jadi kuputuskan untuk mengikutinya.
Dan benar saja. Dia hampir mengambil jalan yang salah. Dan apa boleh aku bersyukur? Dengan kemalangannya saat itu. Aku merasa punya alasan untuk mendekatinya. Bahkan untuk memilikinya.
Kujebak dia dengan sebuah perjanjian sepihak. Aku memalsukan tanda tangannya. Aku tau pasti dia akan sangat membenciku. Tapi aku yakin. Aku bisa membuat dia mencintaiku juga suatu saat nanti.
Aku menunggu bertahun-tahun. Mencoba bersabar. Dan pada saat aku mulai lengah. Aku tak tau apa yang terjadi. Pada saat aku datang ke condonya. Yang membukakan pintu adalah seorang laki-laki. Anak kolega dari keluargaku. Kao Noppakao Dechaphatthanakun. Seorang CEO muda dari D-Link Co.
Aku masih mencoba berfikir baik. Mungkin dia ada urusan dengan Fluke. Bukan dengan Earth-ku. Tapi saat aku tau mereka hanya berdua di condo. Darahku mulai menggelegak. Tapi masih bisa kutahan.
Sudah ku coba untuk menegaskan padanya bahwa Earth adalah milikku! Dengan sengaja menyebut Earth dengan calon pengantinku. Dan aku tidak mengada-ada. Itu memang benar perjanjian kami -setelah aku bernegosiasi dengannya pastinya- Perjanjian kami yang kedua. Setelah Earth graduation kami akan menikah.
Tapi aku sedikit terkejut, ternyata Pho berniat menjodohkan Mook dengan Tuan Kao. Kuambil kesempatan itu untuk mengikat Earth pula. Menutup akses untuk siapa saja yang ingin mendekati Earth-ku. Earth hanya milikku!
Dan saat malam perkenalan dua keluarga. Yang berniat menjodohkan Mook dan Tuan Kao. Aku juga memperkenalkan Earth sebagai calon pendampingku. Ku lihat rasa tak terima dari seorang Kao Noppakao. Dan rasa canggung atau tak nyaman dari Earth. Tapi aku tak perduli. Sejak awal Earth adalah milikku. Aku yang kenal lebih dulu dengan Earth. Dan kami juga punya kesepakatan.
Aku takkan menyia-nyiakam kesempatan. Saat selesai makan malam keluarga. Ku datangi kamar tempat Earth menginap. Memang niat awalku. Benar-benar ingin memiliki Earth seutuhnya. Membuatnya menyerah padaku.
Tapi saat melihat matanya.......
Tak sanggup kalau harus memaksanya. Aku tak ingin dia lebih membenciku. Karna aku tau dia tidak pernah menolah padaku sedikitpun. Seberapapun usahaku.
Aku merasa benar-benar bodoh!! Saat besok paginya. Aku melihat Tuan Kao keluar dari kamar tempat Earth menginap. Aku sudah tak sabar. Aku tak ingin Mook dan Earth dipermainkan olehnya.
Saat kami berhadapan di delan lift. Tanpa aba-aba langsung ku tonjok rahangnya. Dia termundur beberapa langkah kebelakang. Dia mengepalkan tangannya. Maju. Ingin membalasku. Tapi langsung ku tahan. Dan kutinju kuat perutnya. Dia kembali terdorong kebelakang. Sambil menahan sakit.
Ku ucapkan padanya. Ku tegaskan sekali lagi. Kalau Earth adalah milikku. Dia tak menyahut. Hanya berjalan sempoyongan menahan sakit di rahang juga diperutnya.
Aku tak mau menyerah. Aku yang lebih dulu bertemu Earth. Takkan kusia-siakan waktuku selama ini memperjuangakan Earth.
Earth hanya milikku....
~~~~~~~
Kao POV
Perutku masih terasa ngilu. Lumayan keras juga dia meninjuku. Bibirku ku sedikit sobek karna ulah darinya.
Dia boleh bertemu lebih dulu dengan Earth. Tapi Earth yang ingin bersamaku.
.
.
.
TBCNP 18 Juli 2020
Salam damai ✌️
KAMU SEDANG MEMBACA
With You - KaoEarth (Complite)
FanfictionEarth Katsamonnat Namwirote tidak pernah membayangkan membantu sahabatnya adalah jalannya bertemu dengan seseorang yang tidak biasa. Kao Noppakao Dechaphattanakun lelaki yang tidak biasa yang menyimpan kelam hidupnya di masa lalu. Apakah yang akan t...