Chap 8

439 54 10
                                    

Kao POV

“Tuan Earth Katsamonnat menginap dikamar 5005 dilantai 5, Tuan Noppakao” ucap resepsionis sambil tersenyum sopan.

“Terima kasih” ucapku.

Saat ini aku berdiri didalam lift menuju kamar yang ditempati Earth.

Aku harus mencari tahunya sendiri, batinku.

Ting

Pintu lift terbuka

Saat aku akan melangkahkan kakiku keluar dari bilik lift. Kulihat seseorang yang kukenal. Berjalan didepanku, keluar dari bilik lift disamping lift yang kunaiki.

Title, batinku.

Ku urungkan kakiku melangkah menuju kamar yang ingin kutuju. Aku hanya berdiri didepan pintu lift yang kembali tertutup. Memperhatikan Title.

5005

Kamar yang sama.

Dia mengetuk pintu.

Dan dibukakan oleh sesorang yang kulihat hanya memakai bathrobe dengan rambut yang masih setengah basah.

Mataku memicing.

Dia baru selesai mandi? Dan membukakan pintu untuk seseorang dengan penampilan seperti itu?! batinku.

Membiarkan Title masuk. Tanganku mengepal kuat. Rahangku menegang.

10 menit
Apa yang mereka bicarakan?

25 menit
Apa yang mereka lakukan? Batinku. Mulai tak sabar.

40 menit
Kalau 5 menit lagi dia tidak keluar akan ku dobrak.

45 menit
Saat aku akan melangkah mendekati kamar yang ditempati Earth. Pintu lebih dahulu terbuka. Aku langsung membelokkan langkahku menuju pintu tangga darurat. Title keluar dari kamar Earth.

Ku intip dia. Saat ku lihat dia sudah memasuki lift. Ku tunggu beberapa saat. Lalu melangkah keluar dari pintu tangga darurat. Dan menuju kamar yang ingin ku tuju.

Ku tekan bell. Tak berapa lama pintu dibuka. Dia seperti terkejut akan kehadiranku didepan kamar tempatnya menginap.

“Silahkan duduk Phi” ucapnya. “Earth akan mengganti pakaian sebentar. Tak apakan Phi menunggu??” lanjutnya.

Dia merasa tak nyaman dengan hanya memakai bathrobenya di depanku. Sedangkan dengan Title dia tak masalah sepertinya. Buktinya sampai Title pulang Earth masih memakai bathrobe yang sama.

“Phi hanya sebentar. Hanya ada yang ingin Phi tanyakan..”  ucapku. Dan aku berbalik menatapnya. Dan tak sengaja kulihat “tanda itu” mengitip dibalik bathrobe-nya.

Aku tertegun. Mengepalkan tanganku kuat. Rahangku mengeras. “Ada apa Phi?” tanyanya. Mungkin karna aku tidak langsung menyambung kalimatku akhirnya dia yang bertanya.

“Sepertinya tak perlu lagi. Phi sudah tau jawabannya” ucapku. “Semoga kau bahagia” lanjutku. Dan berjalan melewatinya.

Tapi langkahku terhenti karna tanganku ditahan olehnya. “Ada apa Phi?” tanyanya sendu. “Phi Kao tidak mungkin datang kesini hanya untuk mengetahui kamarku dan lalu pergi begitu saja” lanjutnya.

Ku tepis tangannya kasar. Sebenarnya tak bermaksud. Hanya masih merasa kesal mengingat bercak itu berada dileher Earth. Dan menunggu mondar mandir diluar kamar Earth. Menunggu Earth dan Title yang sedang melakukan..........

Argh!!  Batinku teriak marah. Rasanya ingin ku remukkan laki-laki yang menyentuh Earth. Tapi aku sadar. Aku bukan siapa-siapa. Kami bukan sepasang kekasih yang harus cemburu kalau melihat kekasihnya disentuh oleh orang lain.

Dan aku bukan laki-laki yang terbiasa menjalin hubungan normal dengan orang lain. Hubungan yang mengikat.

Dia sedikit terkejut saat aku menepis tangannya kasar. “Phi...” cicitnya. Aku kembali berbalik ingin melanjutkan langkahku.

“Phi datang untuk menerima ucapan selamat dariku?!! Karna akan segera bertunangan dan menikah?!!” teriaknya. Serak.

Langkahku kembali terhenti. Kembali ku berpaling. Menghadapnya. Melihatnya yang sudah banjir air mata.

Kenapa?? Kenapa kau menangis Earth?

Aku diam sesaat. Tak bergerak. Melihat Earth yang menangis sesenggukan.

“Kau bahkan juga memiliki kekasih Earth” ucapku lemah.

Dia menatapku tajam. “Kalau Phi tidak tau yang sebenarnya. Lebih baik Phi tidak usah berkomentar” ucapnya. Sambil mengusap air matanya kasar.

“Lebih baik Phi keluar. Mungkin Mook sekarang sedang menunggu Phi” ucapnya tajam. Lalu berbalik membelakangiku.

Aku melangkah menuju pintu. Dan membukanya. Saat akan melangkah keluar. Kembali kulihat dia, masih membelakangiku. Kuurungkan niatku untuk keluar. Kututup kembali pintu.

Namun aku terkejut. Saat aku hendak melangkah kembali padanya. Dia sudah jatuh. Terduduk. Menangis. Sesenggukan. Tanpa menoleh kearah pintu.

Kudekati dia. Pelan. Kudekap dia dari belakang. Dia terkejut. Dan mencoba melawan. Berontak. Tapi semakin erat ku peluk tubuhnya. Hingga akhirnya gerakannya melemah. Dan seperti menerima atau pasrah dalam pelukanku.

Setelah dia tenang. Dia mulai bicara “Kenapa Phi tidak pulang?” tanyanya sambil menatapku. Dengan mata dan hidung yang memerah.

“Bagaimana Phi bisa meninggalksn Nong dalam keadaan menangis seperti ini?” jawabku sambil menghapus air matanya.

“Tapi nanti Mook lama menunggu Phi” ucapnya sambil menunduk dan menautkan jari-jarinya. Kuanggkat dagunya dan tersenyum padanya.

“Jangan bicarakan orang lain saat kita hanya berdua” ucapku lembut. Dia diam. “Apa yang Phi tidak tahu? Earth mau cerita pada Phi?” lanjutku.

“Kata Phi kita jangan membicarakan orang lain kalau sedang berdua” ucapnya. Hmmmm.. Dia sudah mulai berani membalik kata-kataku.

Kucubit hidungnya gemas. “Tadi menangis sesenggukan. Sekarang bertingkah malu-malu” ucapku menggodanya.

“Phiiiii...?!!” ucapnya manja, sambil memukul lenganku lembut. Aku hanya terkerkeh. “Kau sangat imut Earth” ucapku sambil mencubit kedua pipinya gemas.

Dia mengaduh kesakitan dengan gemasnya. Membuatku mengangkatnya, duduk diatas pahaku. Masih dalam keadaan kami duduk dilantai.

Dia berjengit kaget awalnya, tapi setelah itu melingkarkan tangannya dibahuku. “Apakah kita berdua terlihat seperti pasangan selingkuh?” ucapnya tiba-tiba.

“Phi tidak pernah punya kekasih sampai sekarang” ucapku. “Pho hanya mengenalkan Phi pada Mook, dan Pho tidak memaksa Phi untuk menyetujui hubungan itu” tambahku.

Dia diam bersandar di bahuku. “Earth juga tidak memiliki hubungan yang seperti Phi pikirkan” ucapnya sambil menegakkan tubuhnya. Dan memandang mataku. Dalam. “Apa salah kalau Earth menyukai Phi Kao?” tanyanya.

Aku diam. Aku merasa bahagia. Tapi aku tidak bisa melangkah maju untuknya. Aku bukan orang yang baik untuknya. Aku bukan orang dengan kepribadian yang normal. Aku tak ingin menyakitinya. Aku tak suka melihat air matanya.

Dia memajukan wajahnya. Menempelkan bibirnya pada bibirku. Aku masih diam. Dia membuka bibirnya melesakkan lidahnya. Mencoba menerobos. Aku terbuai. Sempat membalas.

Saat tangannya mulai lihai menggerayangiku. Dan menggesekkn sesuatu yang sama-sama mulai mengeras dibalik celanku dan bathtobenya. Aku tersadar. Aku memutus tautan bibir kami. Memundurkan wajahku. Dia masih ingin mengejar bibirku. Kutahan wajahnya.

Kulihat pandangan yang mendamba. Sama seperti yang kurasakan. Kuangkat dia menuju kasur. Kurebahkan dia. Kurebahkan pula badanku di sampingnya. Menyelimuti tubuh kami. Dia mengernyit bingung. Ku dekap dia didadaku. “Boleh Phi tidur sambil memeluk Earth malam ini?” ucapku.

Kurasakan dia mengangguk di dadaku. Lalu mendongak padaku sambil tersenyum. Sangat manis. Membalas pelukanku.

“Earth ingin seperti ini terus bersama Phi Kao” ucapnya. Lalu mengecup rahangku. Lembut. Tapi terasa intim.

Aku memejamkan mataku. Menahan mati-matian hasrat liarku. Aku tidak ingin menyakiti Earth! Kurapalkan kata-kata itu berkali-kali.

Kukecup keningnya dalam. Lalu mengelus punggungnya. “Tidurlah Earth” ucapku. Dia tersenyum dan memejamkan matanya.


~~~~~~~~~


Earth POV

Aku baru saja mengantar Phi Kao pulang. Keluar dari kamarku. Saat kudengar telponku berdering.

Fluke Calling...

“Ya Fluke?”

*Hiks... Earth.... Hiks*

“Fluke?? Ada apa? Kenapa menangis?” tanyaku khawatir. Anak cerewet ini jarang sekali menangis. Kalau dia sudah menangis berarti ada sesuatu yang sangat mengkhawatirkan telah terjadi.

*Hiks... Earth.... Hiks*

Kembali Fluke hanya terisak. “Ada apa Fluke?? Jangan buat aku semakin khawatir” ucapku.

*Earth... Aku.. Hiks...*

“Kau kenapa fluke?!! Aku benar-benar khawatir sekarang. Jangan main-main” ucapku.

*Earth... Aku sekarang dirumah sakit.. Hiks*

“Hah??! Apa yang terjadi?” lanjutku panik.

*Aku tidak sengaja menabrak orang. Huaa... aku panik saat melihat orang tiba-tiba berada di depanku. Bukanny menginjak rem malah menginjak gas. D-dan.. Huaaa*


“Astaga! Bagaiman bisa?!” ucapku kaget. “Lalu kau sendiri bagaimana? Apakah luka?” tanyaku.

*Hiks.. aku tidak luka* sahutnya sambil sesenggukan.

“Tenang Fluke. Aku akan menelpon Sammy atau Phi Joss ya” ucapku, mencoba membuatnya tenang.

*Aku sudah menghubungi mereka. Hiks.. tapi mereka tidak bisa dihubungi*

Astaga?!! Bagaimana ini?! Batinku.

“Oh iya.. aku akan meminta tolong pada Phi Kao dulu yaa” ucapku. “Dan aku akan pulang ke Chiang Mai sesegera mungkin. Kau harus tenang Fluke. Oke?!”

*I-iya... Hiks* balasnya.

Setelah sambungan dengan Fluke terputus. Aku langsung mencari nomer Phi Kao.

Tut.. Tut... Tut..

*Halo Earth. Phi baru saja ingin mengetuk pintumu lagi. Sepertinya kunci mobil Phi tertinggl dikamarmu* ucapnya dari seberang sambungan telpon.

Langsung aku menghambur, membuka pintu. Dia kaget melihatku yang terlihat khawatir.

“Hai,, ada apa?” tanyanya. Sambil mengusap kepalaku. “Apa Phi Kao punya teman yang bisa dimintai tolong?” tanyaku. Dia mengernyit.

“Tolong apa?”

“Fluke tak sengaja menabrak orang. Dia sendirian sekarang dirumah sakit. Aku khawatir Phi” ucapku. “Apakah ada teman Phi Kao yang bisa dimintai tolong untuk memeriksa Fluke? Sammy dan Phi Joss tidak bisa dihubungi” ucapku gelisah.

“Tunggu sebentar” ucapnya. Sambil mengutak-atik telpon genggamnya.

Tut.. tut.. tut..

Phi Kao meloudspiker telponnya.

*Pagi boss, ada apa? Tidak biasanya kau menelponku sepagi ini* sepertinya aku kenal suara ini.

“Ohm,, kau dimana sekarang?” tegas Phi Kao.

*Aku diperjalanan ingin ke kantor*

“Bisa kau ke Rumah Sakit Chiang Mai sekarang?” ucap Phi Kao

*Ada apa? Aku sekarang dirumah sakit? Di Chiang Mai? Kau kenapa?*

“Tidak. Bukan aku. Tapi Fluke” ucap Phi Kao

*.....*

“Ohm. Kau mendengarku?” tanya Phi Kao karna tak mendengar jawaban dari Ohm.

*Hmmm. Ada apa? Kenapa lagi anak itu?* ucapnya malas.

Phi Kao memandangku. Mencoba meminta maaf atas kelakuan sahabatnya. Aku menganguk dan tersenyum.

“Fluke tak sengaja menabrak orang. Sekarang dia berada di rumah sakit sendirian. Bisa tolong bantu dia. Earth khawatir padanya. Sekarang Earth berada di Bangkok. Tolong jagakan Fluke sebentar. Sampai Earth kembali” ucap Phi Kao panjang lebar.

*Memangnya dia tidak memiliki teman lain? Aku tidak kenal dengannya. Dan yang paling penting. Itu bukan urusanku* jawab Phi Ohm dari seberang telpon.

“Ohm tolonglah. Hentikan pertikaian tak jelas kalian itu. Setiap bertemu, kau seperti punya masalah padanya. Tolonglah” pinta Phi Kak pada Phi Ohm.

*Hmmm.. baiklah* ucap Phi Ohm. Dan langsung memutuskan sambungan telpon.

“Tenanglah.. Ohm bisa diandalkan” ucap Phi Kao padaku sambil mengelus kepalaku mencoba menenangkanku. “Apa Earth sekarang mau pulng ke Chiang Mai?” tanyanya.

“Iya Phi. Sekarang Earth sangat khawatir pada Fluke” ucapku. “Baiklah. Akan Phi pesankan tiket pesawat sekarang ya” ucapnya.

Aku mengangguk. Lalu mempersiapkan barang-barangku.

Saat sedang bersiap. Telpon ku berdering lagi.

Phi Title calling...

“Halo Phi” ucapku.

*Nong dimana?*

“Masih dikamar Phi”

*Apa sudah sarapan?*

“Belum Phi”

*Kalau begitu akan Phi jemput ke kamar. Sekarang Phi dilobby. Tunggu sebentar ya. Kita sarapan bersama*

Aku tercekat. Phi Kao masih dikamarku. Sedang Phi Title akan menuju kesini.

Apa yang harus ku lakukan?! Aku tak ingin mereka bertemu disini.

.

.

.


TBC

NP : 14 juli 2020

Salam damai ✌️

With You - KaoEarth (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang