12 [lari]

104 14 0
                                    

Yerin, Eunha, dan Sinb menaiki bus yang menempuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di sekolah Shim Star. Mereka mengambil tempat di tengah meski mereka tetap harus berdiri. Ada tempat duduk itupun hanya satu. Tidak enak kalau gak toleransi.

Itu ... Siapa ya lupa namanya ... Ummmhh ... kebetulan SinB berdiri di samping Sojung, perempuan yang kemaren bikin dia nervous. Ia melupakan namanya.

Eunha berusaha buat pura-pura gak ngeh. Sowon yang duluan ngeh. Kalau di sebelahnya ada tiga siswi yang gak duduk di bangku di sebelahnya yang kosong.

"Kalian? Ga duduk? Kosong, loh?" tawaran Sojung membuat mereka menoleh. Wajar mereka gak nematin, mungkin buat empati satu sama lain. "Eh! Kamu. Siapa? Lupa aku."

Merasa dipanggil, Eunha langsung kaku. "E-Eunbi, kak, ehehe."

"Aku juga Eunbi, ka ...," sambung SinB.

"Heh!" mendengar SinB yang emang orangnya ga bisa diem dikit, dia menyenggol tangan SinB dengan tangannya.

"Sini, duduk salah satu. Ga ada yang naik lagi, loh."

"Tuh, SinB aja duduk." Yerin-pun membuka suaranya. Gak biasa dia langsung lancar ngomong sama orang yang baru dia kenal.

SinB menunjuk dirinya sendiri. "Eh, sumpah? Makasi, loh ...,"

"SinB bener-bener, ih." cerca Eunha sebatas untuk basa-basi.

"Kalian anak Shim Star School, ya?" Sojung bertanya lagi. Rasanya dia ingin mengenal lebih dekat lagi dengan mereka. Walaupun terkenal seperti orang jahat kalau begitu. Namun dia yakin mereka anak-anak yang baik.

"Iya, Eon. Eonnie?" Yerin melemparkan pertanyaan kembali.

"Oh, aku baru lulus SMA. Sebelah sekolah kalian. BTW nama aku Kim So jung. Atau Sowon."

Yerin juga merasakan kebaikan dari seorang Sowon ini. "Aku Yerin, Eon."

"Aku Jung Eunbi, Eon, kalo Eonnie lupa. Panggil aja Eunha."

"Aku Hwang Eunbi. Panggil SinB, ya, Eon."

Mereka membuat Sowon tertawa. Tingkah mereka asik sekali. "Hahaha! Asik banget kalian. BTW, aku ... Boleh minta nomor kalian, gak?"

Pertanyaan sowon tadi sontak membuat Yerin, Eunha, dan SinB saling menatap satu sama lain. Setelah kode-mengkode akhirnya SinB yang menjawabnya, "Ooke! Boleh pinjem HP-nya, Eon?"

Sowon ngasih handphone-nya. SinB menulis nomornya di kontak. Lalu HP sowon di oper ke Eunha terus ke Yerin.

"Ini, Eon." dengan dua tangannya Yerin memberikan HP Sowon langsung tanpa mengopernya lagi.

"Waaah makasih, yaa!!" senyum terbaiknya memancar. Seakan ini adalah hal yang paling menyenangkan.

"Kenapa, Eon?" SinB awalnya gak mau nanyain ini. Cuman dia udah gak tahan. Sambil nanya, SinB memegang tangan Sowon. Itupun membuat Sowon terdiam.

Beberapa detik kemudian setelah memunduk dan murung, Sowon baru bisa menjawab SinB. Eunha tau apa yang dirasakan Sowon. Apalagi semalam. "Aku gatau. Aku minta nomor kalian ... Karena ada kepercayaan yang kalian kasih ke aku. Aku harap aku dapet balasan pesan dari kalian nanti."

"Kita ada, kok, Eonnie. Kalo Eonnie percaya sama kita, berarti Sowon Eonnie berbuat baik sama kita. Kita juga berusaha baik ke Sowon Eonnie." balas Eunha. Sedikit demi sedikit, Sowon akan menceritakan masalah hidupnya pada adik-adik barunya ini. Begitupun mereka. Keterbukaan.

"Ya ampuun kita punya temen baru!" Yerin mendekat lalu memeluk Sowon.

"Umm." SinB juga ikut terbawa dalam pelukan. Begitupun dengan SinB.

Walaupun ini tempat umum, tapi rasanya Sowon ingin larut dalam kebahagiaan. Dia tidak pernah percaya, semendadak ini Ia bisa mendapatkan banyak cinta dari orang lain.

-🌙💎-

Finally, mereka sampe di sekolah jam 07:30. Naik bus lebih worth it menurut mereka. Padahal ada sepeda. Worth it tenaga dan uang jajan.

Di sekolah Eunha kepikiran sama sepedanya. Dia pengen nengokin sepedanya dulu sebelum masuk kelas. Sepeda masih ada di tempat parkiran sepeda. Tapi dia gak tau apakah Yerin sama SinB mau ikut dia?

"Eonnie sama SinB duluan aja ke kelas. Kemaren sepeda aku tinggal gegara rantainya putus."

"Ooh yang kemaren kamu jalan kaki. Yaudah." kata Yerin. Dia lantas menggandeng SinB.

"Kita duluan, ya, Eon." pamit SinB.

"Okee tattaaa!" keimutan Eunha di keluarkan. Giliran sama temennya dia berani-berani aja aegyo. Harusanya buat cowo, nih.

"Yuk, ah, Bi." Yerin merangkul SinB kasar.

Abis dadah-dadahan gitu, Eunha langsung ke tempat parkir sepeda. Terletak di belakang gedung kelasnya. Kebetulan banget. Tapi itu di belakang sekolah. Dan belum masuk pakiran sekolah yang emang udah muat mobil sama motor.

"Perusahaan lagi rusak banget. Kacau kalo gada gua."

"Anjaaay, Chae! Pacar lo calon CEO tuh. Milik negara lagi."

"Gue juga milik negara kali."

"Gua diliburin seminggu buat rapat kerusakan saham. Jadi gua minta bantuan dari perusahaan-perusahaan kalian."

Pas di jalan yang mau Eunha belokin, dia denger suara berisik yang gak asing. Eunha berhenti sesaat. Kaya kenal, deh? HAAHH!! Aku tau itu siapa! Duuh mampus, deh, gue.

Ia menolehkan kepala berulang lagi untuk mencari tempat bersembunyi. Tapi ga ada. Masa iya dia mau balik lagi ke depan. Semakin lama, mereka semakin mendekat.

Engga! Gapapa, Na! Huuh ... Gimana, dong, aku takut!

Selalu ceroboh, Eunha pun mendorong keberaniannya itu. Sekarang, Mingyu dan geng OSIS-nya berhenti berjalan dan melihat sosok Eunha. Terutama Mingyu.

Eh? Eunha? Mingyu salfok Eunha lebih terlihat fresh dari biasanya. Atau dia saja yang merasa adem pas liat Eunha? Namun senyumpun Mingyu tak bisa. Melihat Eunha yang tetap berjalan dan sesekali menatapnya.

"Oh, Umji-ya!" semuanya menoleh. Keberuntungan selalu datang. Itu Umji yang berjalan di depan sana. Eunha berlari dengan logatnya yang panik.

Mingyu inget waktu dia di UKS Eunha pernah ngobrol sama cewek. Dan namanya itu Yewon. Tak hanya itu, dia juga mengingat cerita-cerita yang mereka sampaikan satu sama lain.

Buk! Eunha merasa ada bahu yang sengaja mendekat untuk menyenggol bahunya saat mereka pas-pasan. Sangat kencang, namun tak menghilangkan semangat Eunha untuk tetap berlari. Ia berlari sambil memegangi bahunya yang kena senggol tadi.

"Eh, kenapa, Ka?" belom sempat ngejawab, Eunha udah narik Umji. Biar jauhan dikit dari mereka.

Sekarang Eunha bingung, dia kesini mau liat sepedanya tapi dia sudah melewatinya saat berlari. Apalagi mereka masih berjalan di deretan parkir sepeda.

"Kita ke gedung aja, yuk." ajak Eunha panik.

"Iya, Ka."

Tadi Mingyu lupa pengen ngomong sama Eunha kalo dia ga masuk selama seminggu ini. 'Gua ngomong sekarang ajalah'. Ia tiba-tiba berlari tapi Jungkook masih bisa menghandangnya.

"Eh! Mau kemana?" Jungkook menahan tangan Mingyu.

"Bentar pengen ke kelas." Mingyu lolos dan langsung lari sampe jasnya terbang.

"YA, KIM MINGYU!" teriak Chaeyeon.

"Udah, Chae! Biarin."

"gue ga ngerasa dia pengen ke kelas?" balas Chaeyeon.

-🌙💎-

Yeoreobun annyeong!😭
Lama ga uploud lagiiiii
votement juseyooo >O<

BE BY MY SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang