🍁Devano#6🍁

270 17 3
                                    

Devano memandangi pantulan dirinya di cermin, mengancingi satu persatu kancing seragamnya. Dia membalikan badannya memastikan bagian belakang seragamnya pun sudah rapi. Setelah dirasa sudah siap, ia berjalan keluar dari kamarnya, melangkahkan diri untuk berkumpul di ruang makan, melakukan kegiatan wajib setiap pagi yaitu sarapan.

Devano menarik salah satu kursi lalu mendudukan bokongnya di kursi tersebut. Ia memandangi berbagai macam makanan yang telah di hidangkan diatas meja makan, lalu pandangannya teralihkan ke arah Keyla yang tengah memakan sarapan paginya dengan tidak nafsu. Sesungguhnya Devano masih memikirkan kejadian semalam yang menimpa Keyla.

Sudah dipastikan Keyla sehabis menangis semalaman setelah dimarahi abis-abisan oleh mamahnya. Terlihat jelas dari matanya yang sembab.

"Selamat pagi Devano." sapa Thalia dengan senyum terukir dibibir manis nya, seakan tidak terjadi apa-apa semalam. Berbanding seratus delapan puluh derajat dengan Keyla yang raut wajahnya ditekuk bagaikan uang lecek.

Devano membalas pula sapaan Thalia dengan senyuman. "Pagi juga Tante Thalia."

Thalia menyodorkan sepiring makanan yang lengkap dengan nasi serta lauk pauknya kepada Devano, dengan senang hati Devano menerima makanan itu lalu mulai menyantapnya. "Terima kasih Tante, makanannya enak." ujar Devano setelah memakan suapan pertamanya.

Thalia terkekeh pelan. "Masakan bi Ratna tentu enak."

"Om Hussain kemana tante? Biasanya ikut sarapan bareng?." tanya Devano kala ia menyadari ketidak hadiran ayah Keyla itu.

"Biasa Om Hussain ada urusan pekerjaan keluar kota, sekitar seminggu baru pulang."

Devano mengangguk pelan tanda mengerti ucapan Tantenya.

"Bagai mana hari pertama kamu kemarin? Apakah menyenangkan?." tanya Thalia.

"Menyenangkan kok tante, aku dapat banyak teman disana." balas Devano santai lalu lanjut menyendokan lagi makanan kedalam mulutnya.

"Bagus lah, semoga kamu betah dua bulan di sini yah."

Keyla menghela nafas kasar, malas sekali mendengar kan percakapan dua orang didepannya dikala mood nya sedang hancur.
"Aku berangkat dulu." Keyla beranjak dari duduknya, mengambil tas dan juga jaket jeans yang ia sampirkan pada kursi, lalu melangkah pergi meninggalkan dua orang yang kini menatap nya dengan bingung.

"Ngga sopan banget, anak itu bener-bener." Thalia nampak kesal dan tak habis pikir dengan anak perempuannya itu.

🍁🍁🍁

Keyla berjalan dengan langkah panjangnya menuju halte bus yang jarak nya kurang lebih 300 meter dari rumahnya. Ia sengaja berangkat sekolah tak menggunakan mobil pribadi agar Devano berangkat sendirian. Lebih tepatnya dia sedang tidak mood bertemu dengan nya.

Tepat pukul 07.30 Keyla sampai di halte bus. Nafasnya tak beraturan karena lari, takut ketinggalan bus yang mengarah ke sekolahnya. Ia memandangi sekelilingnya, berharap masih ada bus yang lewat. Keyla terus melirik ke arah jam tangannya dengan cemas, jam pelajaran pertama sudah berlangsung 15 menit yang lalu. Tentu saja ia sudah sangat telat.

"Bego banget gue. Udah tau jarak dari rumah ke halte bus lumayan jauh, tapi gue tadi malah jalan santai banget." Keyla menepuk jidat nya, merutuki dirinya sendiri yang sempat berjalan santai tak memikirkan bahwa ia akan telat.

Keyla mendudukan dirinya di salah satu kursi di halte bus. Ia menyeka keringat di pelipis nya, pikirannya tak karuan sekarang.
"Mampus kalo gue telat. Pasti disuruh lari-lari di lapangan 20 kali trus push up 20 kali." Keyla mendengus pasrah, lalu menutup mukanya dengan kedua tangan. Ia tak sanggup membayangkan hukuman yang akan di dapatkan nya nanti.

DevanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang