Fildan menatap orang yg ada di depannya sendu... dari tatapannya dapat terlihat kesedihan dan butiran air mata terus mengalir seakan tak ingin berhenti....
"les apa keputusan aku tadi salah?" tanya fildan dengan air mata yang mengalir tampa henti
Ya... orang yg bersama fildan adalah lesty bukan reza...
Lesty berusaha untuk tetap tenang meski tak bisa di ungkiri hati lesty hancur melihat keadaan fildan seperti ini...
Kemana hilangnya sosok yg tegar? Kemana hilang nya sosok yg pantang menyerah? Lesty bertanya sendiri dalam hati nya....
Tak ada lagi sosok fildan yg tegar dan kuat.... kini lesty hanya melihat seorang pemuda yg rapuh di depannya seakan telah lelah dengan beban yg di hadapi nya sendiri...
Hari ini lesty baru mengetahui sisi lain dari seorang fildan yg dingin adalah sisi rapuh nya...
"aku gak tau apa isi surat itu fil... dan aku gak tau seberat dan sesulit apa beban hidup kamu... Tapi setiap keputusan yg diambil dengan hati... Itu berarti keputusan itu benar... mungkin akan ada jalan berliku yg nanti akan kamu hadapi tapi jalan itu akhirnya akan membawa ending yg bahagia untuk kamu... "jawab lesty yg tak berani menatap fildan
Lesty mengaitkan jari jari nya diantara jari tangan fildan berusaha untuk menenangkan orang yg tengah rapuh ini
Tampa mereka sadari ada seseorang yg memandang mereka dengan lekuk bulan sabit di bibir nya...
Dengan langkah pelan reza menghampiri fildan...
Fildan yg menyadari kehadiran reza segera melepas kaitan tangan nya dari lesty
"za sejak kapan di sana?"
"sejak lo sama lesty bicara" jawab reza tampa menghilangkan senyum nya
"les bisa tinggalin kita berdua gak?" pinta reza yg mendapat anggukan dari lesty
Lesty yg mengerti pun Pergi dari sana...
"gue seneng fil, akhirnya setelah bertahun tahun lo nanggung beban ini sendiri akhirnya lo tunjukin juga...
Gue baru sadar seberapa rapuh lo..."" Thanks ya za selama ini lo selalu ada di samping gue"ucap fildan tulus
" kalo Lo emng anggap gue sahabat lo.. Lo harus cerita kenapa tiba-tiba lo berubah fikiran"
Fildan tersenyum mendengar perkataan reza...
Flashback
Dengan rasa kesal fildan pergi dari hadapan ayah nya...
Ia tak bisa sembunyi kan hati nya yg hancur akibat surat itu...
Tak pernah sedikit pun fildan berfikir bahwa ayah yg sangat menyayangi Rara kini berubah...
Entah apa alasan ayahnya membuat perjanjian bermatrai itu...
Fildan tak masalah dengan 4 syarat iyu namun 1 syarat terakhir itu sungguh membuat hati fildan hancur... Bagaikan kaca yg pecah itu lah hati fildan sekarang...
Dengan langkah kali yg yg tak jelas fildan terus menyusuri setiap jengkal koridor rumah sakit itu... Sampai sebuah suara menghentikan langkah nya...
"tuan fildan!!!!!"
Fildan membalikkan tubuhnya dan melihat seseorang berpakaian dokter berdiri gemetar... Drngan langkah ragu ia berjalan kearah dokter itu...
"ada apa dok?"
"t... Tuan... Ma.. Maaf saya harus mengatakan ini... Kondisi rara saat ini semakin buruk kita harus laksanakan operasi sekarang juga jika ingin rara bertahan hidup..."
Fildan memasang wajah bingung...
"bukan kah masih ada 3 jam lagi sebelum operasi dimulai?" (melirik jam tangan nya)
"iya itu benar... Tapi ada kesalahan dalam hasil lab nya.. Penyakit ginjal Rara bukan berada di tingkat 3 melainkan tingkat akhir..."
Mendengar penjelasan dokter fildan langsung jatuh kelantai... Kaki nya tak mampu lagi menopang tubuhnya..
Air mata fildan terus menerus mengalir tampa henti... Hati dan fikiran nya kini berkecamuk tidak sejalan...
Hatinya mengatakan untuk menerima penawaran ayahnya...
Namun fikiran nya menolak... Mengingat perlakuan ayah nya pada ia da ibunya...
"tak ada jalan keluar lagi... Hanya itu satu-satunya cara sekarang... Aku jatuh kan pilihan ku pada hati ku...ibu bilang apa yg hati kita pilih itu berarti bener..." ucap fildan dalam hati
Dengan langkah cepat ia menyusuri koridor rimah sakit...
Namun langkah nya terhenti dengan apa yg ia liat sekarang... Reza dan ayah nya kini tengah bertengkar...
Namun fildan tak perduli mata nya hanya menangkap sebuah surat yg di pegang reza...
Dengan langkah besar ia mendekati Reza lalu merampas surat yg ada di tangan Reza...
Ia mengeluarkan pulpen nya lalu menandatangani surat itu
Flashback end
"apa yang gue lakuin itu salah za..?"
Reza tersenyum mendengar ucapan fildan
"gak ada yg salah dari keputusan lo itu fil... Gue cuma khawatir gimana lo bisa hidup tampa melihat Rara... Apalagi keadaan nya sekarang"
"jujur fil di antara yg lain cuma gue yg paling terkejut dengan kepuasan lo... Tapi gue bangga Sama lo demi Rara lo berkorban sangat besar..."
"za lo bisa bantu gue jaga Rara kan..?"
"tentu fil gue akan rara untuk lo"
************
Jam terasa bergulir dengan lambat...
Lampu pada ruang Oprasi masih sama... Warna merah menandakan Oprasi belum selesai...Keringat dingin terus membanjiri kening fildan... ia sangat cemas dengan keadaan sang adik di dalam sana...
Sudah 3 jam sejak Oprasi di mulai namun tak seorang pun keluar dati ruangan itu
Setelah menunggu hampir 5 jam akhirnya seorang dokter keluar...
"bagaimana keadaan adik saya dok? Mengapa sangat lama operasi nya dok? Oprasi nya berhasil kan dok? Dia selamat kan dok? Dok jawab dok!"
"sepertinya anda sangat menyayangi adik anda... Anda tenang saja keadaan adik anda baik-baik saja... Dia akan segera dipindahkan ke ruang rawat..."
Mendengar ucapan dokter semua yg ada di sama merasa lega...
Saat fildan ingin melangkah kan kakinya masuk ruang rawat Rara ada sebuah tangan yg menghadang nya...
" mau kemana kamu? "
" menemui adik saya! "jawab nya dingin
" kamu lupa perjanjian itu? Kamu tidak bisa menemui Rara! "
Fildan berusaha untuk tidak marah pada ayah nya... jika saja fildan tak terikat perjanjian itu pasti sekarang fildan sudah melawan sang ayah...
"hanya sekali biarkan saya menemui nya.. dia pasti mencari keberadaan saya" jawab fildan berusaha setenang mungkin
"saya tidak peduli! Sudah saya bilang perjanjian itu akan di mulai saat operasi Rara selesai dan itu sekarang!!!"
"tom pastikan dia tak menemui Rara!!!" ucap tuan Johan sebelum meninggal kan fildan
Jangan lupa vote and komen ya...
Sampai jumpa di part selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
sang pewaris✔
General FictionMenceritakan tentang perjuangan seorang ayah untuk mendapatkan maaf dari sang anak dan memberikan apa yang seharusnya sang anak dapat kan sedari dulu