Sang Pewaris 21

596 68 11
                                    

Sesampainya di sana fildan membulat kan matanya menatap semua sahabat nya sudah ada di ruangan dan tengah berbincang dengan ayah nya

"ada apa ini???" tanya fildan di ambang pintu masuk

Semua orang yang semula fokus pada ayah nya kini beralih menatap fildan dari setiap mata yg menatap nya
Memiliki makna dalam... Terpancar aura bahagia sekaligus terharu dari tatapan mereka...

Namun satu tatapan yg membuat fildan bergidik ngeri... Tatapan tajam dengan aura kemarahan begitu jelas terlihat dari 2 bola mata hitam milik rara

Tap tap tap

Perlahan rara berjalan kearah fildan dari langkah nya nya yg pelan dengan kilat kemarahan yg terpancar dari mata rara, Fildan tau jika singa betina yg ada diri rara bangnkit setelah lama terpendam...

Bughh...

Satu pukulan keras mendarat mulus di perut fildan...

"aw.... Ra sakit... Ampun ampun....!!"
Teriak fildan

Namun rara seakan tuli dan tak mendengar ucapan fildan dan menghujani nya dengan banyak cubitan di pinggang...

"aw.... Ampun ra..!! Ampun....! Sakit...." fildan terus berteriak

"kak idhan jahat!!! Penipu!!! Pembohong!!!katanya kita gak boleh boong tapi kak idhan udah boongin rara!!! Jahat jahat!!" rara berteriak dengan terus memberikan cubitan ke fildan

"rara sudah cukup berhenti! Kasihan kakak kamu " titah sanga ayah

Namun rara tak perduli ia justru semakin gencar mencubit kakaknya

"rara berhenti!!!" tuan Johan mengulang perkataan nya dengan nada yg lebih keras dan penuh intimidasi... Membuat rara akhirnya berhenti

"fildan sini!!"

Fildan menurut dan pergi ke tempat ayah nya

"ada apa ini yah? kenapa dengan rara?"

"apa ayah sudah...." fildan menggantungkan ucapan nya

"ayah sudah memberi tau semuanya fildan...."

"tapi kenapa??"

"Karena sudah waktunya... Toh juga pak brata sudah tau semua nya jadi untuk apa disembunyikan lagi... Ayah tidak ingin hubungan kamu dan rara rusak karena ayah... Sudah cukup selama 2 minggu ini kamu menghadapi nya jangan sampai lebih lama lagi...." jelas sang ayah dengan suara lirih

" tapi yah... "Baru saja fildan ingin protes tapi di potong oleh ayah nya

" tidak ada kata tapi fildan "

" hmm oke... "pasrah fildan

Setelah pembicaraan itu tak ada lagi yg memulai pembicaraan lainnya... Mereka sibuk dengan urusan masing masing atau lebih tepatnya canggung pada ayah fildan...

Tit... Tit...

Dering dati ponsel fildan akhirnya memecahkan keheningan yg terjadi

"halo..."

"........"

"hmm... Iya terus"

"......."

" Kan tadi udah gue bilang gie gue gak bisa sekarang ntar aja deh tunggu ayah gue sehat "

"........"

" masih di rumah sakit lah dimana lagi emngnya... Aneh lo"

"........"

"Apa cegah dia bunuh penghianat itu"

"........"

"bilang atas perintah gue"

sang pewaris✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang