3. Kena Hukuman?
"Cinta itu kaya hujan, gak tau kemana ia akan jatuh."
****
Bel masuk sudah berbunyi 30 menit yang lalu. Kini guru fisika dan salah satu pengurus osis sedang menjelaskan materi di depan kelas.
"...jadi gimana adik-adik? Ngerti?" Ucap salah satu pengurus osis setelah menjelaskan.
"NGERTI KAK!"
"Baiklah, sebelum memulai praktek di lab saya ingin menanyakan siapa yang tidak membawa bahan-bahan?" Tanya guru fisika, bu Endang.
Bu Endang termasuk ke dalam list guru killer di SMA Rajawali. Jika dilihat dari usia nya, bu Endang baru saja memasuki kepala empat.
"Neth, lo yakin?" Bisik Joa yang duduk disebelah Anneth. Anneth, gadis itu menoleh ke arah Joa lalu mengangguk pelan.
"Nethii gimana nanti kalau hukumannya disuruh bersihin wc sekolah. Lo mau?" Kali ini bukan Joa, tetapi gadis yang selalu cerewet setiap saat, Charisa.
"Iya bener tuh Neth kata Ucha." Timpal Nashwa. Anneth tersenyum simpul menanggapi nya.
"Enggak papa tenang aja." Ucap Anneth santai. Tetapi tidak untuk hatinya. Selama bertahun-tahun sekolah, Anneth belum pernah nama nya dihukum gara-gara masalah sepele seperti ini.
"SAYA TANYA SEKALI LAGI, SIAPA YANG GAK BAWA BAHAN PRAKTEK?" Tanya bu Endang penuh penekanan.
Anneth menarik nafas nya dalam-dalam, "Saya bu." Ucap nya sambil mengacungkan jari telunjuk nya.
"Kamu sini maju kedepan!" Pinta bu Endang. Langkah demi langkah Anneth maju ke depan kelas nya.
"Kenapa gak bawa bahan praktek?" Tanya bu Endang dengan tatapan nyalang.
"Maaf bu, ketinggalan." Ucap Anneth yang menundukan kepala nya.
"Bagus ya, masih MOS udah buat ulah. Kamu kan siswi yang mendapatkan beasiswa, kenapa seperti ini?"
"Maaf bu." Jawab Anneth lesu.
"Naisa, kamu beri dia hukuman." Suruh bu Endang pada pengurus osis yang bernama Naisa itu. "Baik bu." Jawabnya.
"Ayo ikut gue." Naisa menarik gusar tangan Anneth.
"Sekarang lo berdiri di lapangan sambil hormat kebendera sampe kelar praktek." Ucap Naisa ketika sampai di depan pintu kelas.
"Tapi kak, kan lagi gerimis nanti kal--" Ucapan Anneth terpotong oleh Naisa.
"Lo mau hukuman nya gue tambah?" Ancam Naisa. Anneth menggeleng cepat. "Ya udah sana cepet." Ucapnya lagi seraya mendorong Anneth.
Dengan langkah gontai Anneth berjalan menuju ke lapangan upacara. Untung saja hujan nya tidak terlalu deras, cuman gerimis saja.
Keadaan dilapangan sangat sepi, ya iyalah kan hujan. Tetapi tidak untuk di koridor. Di koridor lantai 2, banyak sekali pasang mata yang melihat nya.
Anneth mengangkat kedua tangannya untuk menutupi atas kepala nya, perlahan Anneth meninggalkan koridor dan berjalan ke lapangan.
Sesampai nya di lapangan, Anneth langsung menghormat ke arah bendera. Tak peduli wajah nya yang sudah basah terkena air hujan.
Lama kelamaan bibir Anneth menjadi pucat pasi, walaupun hanya hujan gerimis tapi cuaca sangat dingin sampai menusuk ke pori-pori kulit.
Kini, rambut Anneth menjadi lepek karena terkena air hujan. "Anneth kuat, gak boleh lemah." Ucapnya dalam hati untuk menguatkan diri nya yang mulai goyah.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVEN ANNETH
Novela Juvenil[ ON GOING ] "Cinta itu kaya hujan, gak tau kemana ia akan jatuh." Deven Christiandi. Lelaki badboy, the most wanted, trouble maker. Mempunyai sifat cuek, dingin kaya es batu, dan anti sama yang namanya cewek. Tetapi semua sudah berubah semenjak...