9. Beraksi.
"Janji hanyalah, kalimat penenang. Dan janji juga harus ditepati bukan diingkari." -- Anneth Delliecia.
****
Selepas pulang sekolah, Anneth langsung bergegas pulang ke rumah nya. Seperti biasa, Anneth akan di jemput oleh supir pribadi nya.
Selama di perjalanan, pikiran Anneth seakan melayang-layang. Bagaimana jika ia tidak di izinkan oleh orang tua nya pergi? Berarti ia sama saja ingkar janji pada Deven dan juga teman-temannya.
"Non," Panggil mang Idin, supir Anneth.
Anneth tak menyahuti nya. Ia menatap kosong ke arah jendela. Semoga harapannya tidak pupus begitu saja.
"Non Anneth," Panggil mang Idin sekali lagi hingga membuat Anneth tersentak.
"Udah sampe, gak mau turun?" Ucap mang Idin yang membuat Anneth melotot.
"Eh, iya udah sampe. Hehe." Anneth menggaruk tekuk nya yang tak gatal.
"Jangan melamun terus non, gak baik. Nanti kesambet loh."
"Ih mang Idin mah nakutin Anneth mulu. Ya udah deh, Anneth turun dulu yaa. Makasih Mang," Ucapnya lalu ia menyampirkan tas berwarna hijau tosca itu di pundak kanannya.
"Kok pintu tumben di buka? Biasa nya ditutup." Gumam Anneth bingung. Tingkat ke-kepoan Anneth mode on, alhasil ia masuk dengan segera.
Anneth menatap sekeliling ruang tamu nya. Ada seorang gadis memakai cardingan hitam yang sedang duduk di sofa ruang tamu nya sambil bermain ponsel.
Ia menyipitkan matanya, sepertinya perempuan ini sangat familiar di indra penglihatan Anneth.
"Kak Ratu?!" Ucap Anneth anutias.
Gadis yang dipanggil 'kak Ratu' oleh Anneth itu mendongak kan kepala nya. "Anneth?!" Balas nya tak kalah antusias.
Tunggu apa lagi? Anneth berlari kecil menghampiri gadis itu. Ia duduk disebelanya. Lalu memeluknya erat. Ratu pun membalasnya.
"Aaa kangen bangett sama kak Ratuu." Ucapnya disela-sela pelukan.
"Kakak kesini sama siapa? Terus kakak disini dari kapan? Kakak gak kuliah?" Pertanyaan yang di lontarkan oleh Anneth bertubi-tubi. Ratu pun terkekeh mendengarnya.
Ratu mengelus kepala Anneth yang masih berada dipelukannya, "Kakak kesini tadi sama Kiesha, terus kakak disini baru aja sampe. Yang terakhir, kakak masuk kuliah pagi." Jawab Ratu dengan sabar.
"Terus bang Al kemana?" Tanya Anneth lagi.
"Lagi mandi dia," Jawab Ratu.
"Kalau Bunda?" Tanya Anneth lagi dan lagi.
"Tadi bunda mu, tadi ada di kamar, lagi mandi juga katanya." Jawabnya yang membuat Anneth mengangguk.
Anneth melerai pelukannya. Seketika terpintas lagi pikiran yang membuatnya gelisah tak karuan.
"Loh, Anneth kenapa?" Tanya Ratu yang menyadari Anneth sedang melamun.
"Anneth lagi bingung, kak." Balas Anneth jujur.
"Bingung kenapa? Sini cerita sama kakak, siapa tau ada solusi nya." Ujar Ratu yang membuat mata Anneth menjadi berbinar.
"Tapi, jangan disini ceritanya, ayoo kita ke kamar Anneth aja." Anneth menarik pelan pergelangan tangan Ratu. Ratu pun mengikutinya.
Sesampai nya di kamar Anneth, Anneth langsung membawa Ratu duduk di pinggir kasur nya tanpa membuka sepatunya terlebih dahulu.
Anneth menceritakan semua nya, mulai tentang pertandingan basket, Deven, dan juga teman-temannya. Ratu yang mengerti keadaan pun mengangguk mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVEN ANNETH
Teen Fiction[ ON GOING ] "Cinta itu kaya hujan, gak tau kemana ia akan jatuh." Deven Christiandi. Lelaki badboy, the most wanted, trouble maker. Mempunyai sifat cuek, dingin kaya es batu, dan anti sama yang namanya cewek. Tetapi semua sudah berubah semenjak...