18 Cartier

941 121 31
                                    

Sehun memutuskan untuk tidak menghiraukan hal yang dibacanya, meski ia menyadari kalau hatinya sangat terusik karenanya.

Bagaimana kalau liontin itu benar-benar bisa dibuka?

Apa yang ada di dalam sana?

Kertas dengan goresan-goresan tinta?

Sehun akhirnya mencoba untuk membuka benda bulat itu usai berdebat dengan dirinya sendiri. Namun tidak peduli berapa kali pun ia berusaha, hasilnya nihil-sama sekali tidak ada yang terbuka.

Pada akhirnya, Sehun meletakkan benda bulat itu di atas nakasnya. Ia berniat untuk mengambil segelas air, tetapi diurungkan saat suara nyaring benda yang jatuh tertangkap pendengarannya.

Sehun membalikkan badannya, mencari-cari benda yang menimbulkan bunyi itu. Matanya menangkap ruang kosong pada nakas tempatnya menaruh kalung tadi, sebelum beralih melihat objek yang hilang itu berada di lantai dalam kondisi berbeda.

Terbelah dua.

Betapa terkejut dirinya saat mendapati kertas yang telah dibubuhi tinta pena tercecer di dekat bola tersebut. Sehun memungut benda-benda itu dengan perasaan yang tak terdeskripsikan-benar-benar campur aduk.

Bola itu memiliki sebuah tombol pada sisinya, kenapa ia tidak menyadarinya tadi? Sehun menutup kembali benda bulat itu dan beralih menatap kertas itu lekat-lekat.

Terdapat sebuah kertas panjang yang dilipat dan potongan kecil kertas berisi deretan angka di dalam genggamannya sekarang. Sehun mengerutkan keningnya saat membaca huruf-huruf pada kertas panjang tersebut; alamat salah satu apartemen terkenal di Seoul.

Apakah itu tempat tinggal Chanyeol?

Sehun membalikkan kertas itu, berharap ia dapat menemukan petunjuk. Sebuah kalimat yang tergurat di sana membuatnya semakin bertanya-tanya. Ada yang mau dibicarakan, katanya?

Memangnya apa?

Memorinya ditarik paksa untuk menyusuri kata-kata yang dikatakan Chanyeol tempo hari. Ucapan yang masih menyimpan misteri di baliknya dan belum berhasil menemukan titik terang hingga saat ini.

"Chan," panggil Sehun. Chanyeol bergumam pelan untuk menjawabnya, masih tidak mengalihkan pandangannya. "Kenapa kau memberikan gelang Cartier ini padaku?"

Chanyeol menoleh setelahnya dengan ekspresi tak terbaca, "Oh? Memangnya kau tidak tahu?"

Sehun menggeleng kecil, "Mana mungkin aku tahu kalau tidak kau beritahu? Ada-ada saja."

Chanyeol mengangkat bahunya acuh tak acuh sebelum kembali menghadap ke depan, "Ya sudah, kapan-kapan saja kuberi tahu."

Apakah itu maksudnya?

Pikirannya masih terus menjelajahi kejadian-kejadian yang dulu mereka lalui. Satu per satu percakapan mereka berputar dalam kepalanya secara bergantian, bagaikan gulungan film yang tengah berjalan.

"Untuk apa kau berikan itu padaku?" Sehun berkomentar. Pasalnya, Chanyeol memberikannya aksesoris lagi-padahal seingatnya, tidak ada yang spesial di hari itu.

"Kau akan tahu suatu hari nanti," Chanyeol berkata pelan lalu mengangkat bahunya acuh tak acuh. Sehun memicingkan matanya curiga, Chanyeol benar-benar tidak terlihat akan mengatakan alasannya walaupun Sehun bersikeras.

"Pertama Cartier dan sekarang ini?" Sehun berdecak pelan pada akhirnya, "Kau benar-benar penuh misteri, Park Chanyeol."

Sehun langsung menyambar kunci mobilnya yang tergantung di dekat nakas. Persetan dengan jam pendek yang sudah melewati angka satu. Beberapa kalimat yang sama terus terngiang dalam kepalanya, mendorong dirinya untuk mengunjungi alamat itu.

Imbroglio ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang