"Maafkan aku Shena. Apa maksudmu seorang pria kemeja hitam yang digulung itu." Tanya Jey
Shena bersedekap dada sambil melirik pria meja nomor 69 dari kejauhan tempat ia berdiri didepan meja bar.
Dengan santainya menyeruput secangkir kopi hitam dengan raut muka datar
Sungguh memuakkan.
"Ayolahh Shen jangan merajuk seperti ini. Dia kan hanya pelanggan."
Shena menatap tajam mata bos nya itu
"Dasar. Kau tahu apa yang dikatakannya padaku."
Jey menggeleng tanda tidak tahu
Povvv...
"Kau sedang apa. Menjadi patung dengan berdiri terus menerus disini." Ucap pria itu datar
Shena yang mendengarnya lantas menganga
Dia syok
Jelas. Pasti. Tentu
Pria itu masih menatapnya datar dengan guratan didahinya tanda heran
Shena berdehem memecah suasana canggung
"Maaf Tuan jika saya kurang sopan. Apa Anda perlu yang lainnya. Sedikit garnis mungkin." Tanya Shena
"Tak perlu kau bisa pergi. Lagipula kalau memang dibutuhkan kenapa kau tak menaruhnya disini. Lebih baik daripada menanyakan langsung padaku kecuali kau tertarik denganku." Ucap pria itu panjang dan masih tanpa ekspresi malah menyalakan sepuntung rokok dari saku jasnya.
Shena meneguk salivanya. Mengepalkan tangannya erat
Geram.
Baru kali ini seorang pria berkata seperti itu
"Mungkin dia lagi ada masalah Shen jangan kau ambil hati." Ucap Jey sembari menuangkan wine ke gelas kecil
Shena masih menatap pria itu yang sedang mengeluarkan dompet dan menaruh beberapa lembar uang diatas meja lalu melirik tempat Shena dan Jey berdiri lalu melenggang pergi
Shena mendengus kesal
"Pria gila."dengus Shena menghentak-hentakkan kakinya kesal
Jey menyodorkan minum dan langsung ditengguk habis oleh Shena lalu meminta tambah lagi
Jey menuangkan wine ke gelas Shena lagi
"Jam 8 malam aku sampe. Atur semua jangan sampe ada yang kelewat." Kata Shena sembari berlalu pergi
Jey menatap punggung Shena yang kian menjauh tertelan gelapnya lorong cafe
"Rencana apa lagi yang dilakukan Shena." Gumam Jey bermonolog
***
"Hai sayang. Bagaimana harimu." Tanya Argha seorang pria paruh baya ke anaknya setelah mengunyah potongan kol dan lobak dimulutnya
Shena menegak segelas air putih hingga tandas
"Sangat menyenangkan Ayah. Pengunjung yang datang sangat ramai hingga membuatku kuawalahan." Tawa Shena memecah keheningan setelah makan malam
"Oh yaa Ibu, nanti aku akan kedai kopi."
"Bukannya kau sift pagi, kenapa malam-malam kau kembali kesana." Tanya Nadin
"Iya bu. Beberapa dari kami harus kesana malam ini ada hal yang perlu ditingkatkan di kedai kopi kami."
"Baiklah. Jangan pulang larut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penggoda
RomanceLo tau betapa asiknya ngerebut apa yang bukan milik lo. Gue sadar ini hubungan terlarang. Disaat dia belum punya pasangan. Lo sama sekali gak respon, beda dengan ketika dia sudah punya calon. Ada sepercik api yang membuat hati gue ingin merebutnya d...