Rafan?

13 2 0
                                    

" Sekedar menyapa dan hanya ingin mengetahui. "

-Rafandra Malik

🌻🌻🌻

"Aaaaaaaa..." teriak Rilla saat membuka mata nya.

"Eh hay?" sapa nya malu-malu.

"Lu siapa?" tanya Rilla bingung.

Pria itu hanya memperlihat kan deretan gigi putih nya.

"Lu konyol banget sumpah, sini duduk dekat gua." ajak Rilla menepuk nepuk kursi kosong disebelah nya.

Wow semua berada diluar ekspetasi pria tersebut.

Ia fikir gadis cantik ini akan mengusir nya.

"Kok lu bengong?" Rilla bersuara kembali.

"Boleh?" menunjuk kursi kosong tersebut.

Rilla mengangguk mantap, "Dari tadi gua nyuruh, duduk."

"Kenalin Rafan." pria tegap tersebut mengulurkan tangan nya.

"Rilla."

"Ngapain?"

"Kocak banget, kok nanya ngapain? Kita kan lagi duduk." Rilla tertawa renyah.

"Tadi maksudnya?"

"Dari tadi juga duduk." Rilla menatap manik mata nya lekat.

"Okeh selamat duduk, permisi." Rafan berdiri dan berlalu.

Rilla tersenyum, "babay manusia aneh."

Rafan masih mendengar ucapan gadis tersebut namun ia tak berniat untuk menoleh kembali kebelakang.

Rafan tersenyum simpul, dihati kecil nya benar-benar merasakan bahagia namun Ia malu untuk berlama-lama menatap gadis cantik tersebut.

















"Assalamualaikum Pa?"

"Kenapa baru pulang?" Farhan berdiri diambang pintu menatap Rilla intens.

"Sans dong pa, Rilla tadi nungguin papa ditaman depan, Rilla ga mau dirumah sendiri." ujar Rilla pelan.

"Lain kali telpon papa sayang." Farhan tersenyum kepada gadis kecil nya.

Rilla memperlihatkan deretan gigi putih miliknya, "Papa ga marah?"

Farhan menggeleng cepat, "Tidak ada alasan untuk Papa marah."

Tanpa jeda Rilla langsung memeluk erat sang Papa.

"Rilla udah makan?"

Rilla melepas pelukannya, "udah Pa, Rilla makan dirumah temen, Papa tau ga Mama nya temen Rilla baik banget kaya Mama."

Farhan tersenyum canggung, "oh ya? masakan nya enak ga?"

Rilla mengangguk mantap, "enak banget."

"Besok temen Rilla ajakin juga dong main ke rumah kita."

Rilla mengangguk pelan.

"Rilla kenapa? kok diem?"

"Rilla kangen Mama Pa." Rilla menunduk kan kepala nya.

"Anak papa udah gede, ga boleh cengeng harus kuat walaupun perempuan tetap ga boleh cengeng oke?"

Rilla mengangguk sembari tersenyum.

"Om Farhan?"

Farhan dan Rilla menoleh secara bersamaan.

"Hello Zein?apa kabar?"Farhan menepuk pundak Zein.

"Baik dong, Om Farhan apa kabar? baim dong pasti."

"Gimana kamu ini bertanya tapi menjawab sendiri." Farhan terkekeh.

"Om boleh peluk? Zein kangen Om sumpah deh ga boong." Ia membentuk dua jari nya menjadi piece.

"Badan doang yang udah gede tapi masih kaya bocah yah." lagi lagi Farhan tertawa.

"Sini." Farhan melanjutkan ucapannya.

Dengan sigap Zein memeluk pria paruh baya yang sudah ia anggap seperti ayah kandung nya sendiri.

"Ehem." gadis mungil pun berdehem.

"Sirik aja ya lu Ril, sini pelukan bertiga." ujar Zein.

"Papa." panggil Rilla manja.

"Sini sayang peluk Papa."

"Serasa punya keluarga lagi gua." ujar Zein.

Plakkk

"Awww sakit tau Rill."

"Lagian meluk aku kenceng banget."

"Kan kebawa suasana, ya kan Om?"

"Hem."

"Om Farhan ga asik hem doang belain kek."

"Udah ah pelukannya, sesak nafas Om." Farhan melepas pelukan mereka.

"Papa udah tua." Rilla terkekeh.

"Nakal ya anak Papa."

" Rilla ? "

Rilla, Zein dan Farhan menoleh bersamaan.






Ilvyou guys:))

tinggalin jejak yah? muaahhh hehe.



RillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang