Ulva

16 2 0
                                    

"Secangkir kopi atau secarik kertas putih?"

-Elina Aurellia

🌻🌻🌻



"Eh hay? Ketemu lagi ya? Udah kaya obat 3kali sehari."

Rilla terpaku mendengar suara tersebut.

"Elina?"

"Ulva? Kok disini sama siapa?" tanya Rilla.

"Kenalin ini sepupu aku El." menunjuk ke arah Rafan.

"Rafan?"

"Iya Rafan sepupu aku, kamu kenal dia?" tanya Ulva.

Rilla mengangguk.

"Elah kapan kelar nya cerita mulu' gua laper nih." Zein membuka suara.

"Dia siapa El?"

"kenalin dia..."

"Pacar nya Rilla." potong Zein.

Rilla membulat kan mata nya tak percaya.

"Kenalin dong El kalau udah punya pacar, bawa kerumah juga biar Mama tau."

"Iya ntar kita kerumah lu." Jawab Zein.

"Ayo Ril." Zein spontan menggandeng tangan sebelah kanan Rilla.

"Eh duluan ya Va?"

"Iya El kita juga mau masuk kok."

"Ngga kita pulang, ayo!"

"Rafan kok ga jadi?"

"Kenyang."

"Tapi Raf..."

"Pulang!"

"Iya iya."

Rilla menatap kepergian Ulva dan Rafan dari kejauhan.

Ada rasa yang membuat hati nya begitu resah.

Seperti berselimut rasa bersalah yang membuat perasaan nya tak menentu.

"Ril kok bengong makan dong."

Rilla diam menatap Zein.

"Ril kok horor sih?"

"Kak Zein ngapain ngaku-ngaku jadi pacar nya Rilla?"

"Emang nya kenapa?" Zein balik bertanya.

"Ulva kan temen nya Rilla kok Ulva dibohongin sih?"

"Ulva atau sepupu nya?"

skak mat...

Rilla terdiam tak bergeming.

"Aku kenapa sih?" ujar nya dalam hati.

"Kok diam?"

"Lupain." gadis itu langsung menyantap seblak nya tanpa jeda.

"Horor banget sih makan nya Ril."

"Diam!"

"Ngambek?"

"Kak Zein diam atau Aku makan?"

Kali ini Zein terdiam.

Biasa nya dulu sewaktu Zein dan Rilla masih SMP jika mood Rilla sedang berantakan di suguh seblak atau makanan pedas lain nya langsung ceria.

"Kok makin horor?" ujar Zein pelan.

"Apa kak? Aku denger!"

"Enggak, seblak nya enak."

Rilla melanjutkan menyantap makanan nya.

"Lu marah aja cakep tambah imut, apa lagi lu senyum Ril." batin Zein.

"Kak Zein kok malah geliatin aku?"

"Eh engga kok."

"Jujur?"

"Engga Sayang." ujar Zein lembut.

"Kok pake sayang sih?"

"Kan Aku sayang Kamu."

"Dramatis banget."

"Hahahah." Zein tertawa renyah.

"Udah gede ya Rilla nya Kak Zein?" Zein mengusap lembut pucuk kepala gadis tersebut.

Ada rasa yang menghangat didalam batin Rilla.

Ucapan Zein mengingatkan nya pada masa dulu sewaktu almarhumah Mama nya masihada diantara mereka.

"Kak Zein." lirih Rilla.

"Kenapa sayang." Zein tersenyum.

"Rilla kangen Mama, Kakak kangen Mama Rilla ga?"

Zein terdiam.

Zein begitu ingat sewaktu dulu ketika rumah mereka bersampingan.

Orang tua Zein tidak begitu peduli terhadap nya, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Kepada Mama dan Papa  Rilla lah  tempat Ia mengadu.

"Kak." panggil Rilla lembut.

Zein menatap Rilla sendu, tampak jelas gadis itu tengah menahan tangis nya.

Zein langsung membawa Rilla kedalam dekapannya.

"Rilla ga boleh nangis, Rilla kan adek nya Kak Zein yang kuat."

Rilla mulai terisak mendengar ucapan Zein.

"Syuuut diam ya sayang, Kakak sayang sama Rilla."

"Tante vina pasti sedih kalau liat putri cantik nya nagis kaya gini." lanjut Zein.

"Maaf mas saya mengganggu."













Maapkeun jika banyak typo ya guys hehe.

support terus author ya dengan tinggalin jejak nya.

lvyou all:)




RillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang