Taman Ajaksa

9 2 1
                                    

"Cerita hari ini bukan pengulangan masa lampau."

-Elina Aurellia

🌻🌻🌻

"Ga ada siapa-siapa, masa iya sih Gua di kerjain."

"Nungguin siapa Dik? hati-hati loh kok sedirian."

Rilla menatap lekat Pria tua tersebut.

"Apa jangan-jangan Kakek ini yang ngirim surat misterius itu," batin Rilla.

"Kakek ada janji disini?" tanya gadis berambut panjang tersebut.

Sang Kakek menggelengkan kepala.

"Lalu?" tanya Rilla.

"Kakek tukang bersihin taman ini, karna udah malam jadi Kakek mau jalan pulang eh ga sengaja liat Kamu."

Rilla tersenyum, "Syukurlah, ya kali Kakek-kakek nemuin Gua," batin Rilla.

"Hati-hati ya Kek? selamat istirahat," Rilla kembali membuka suara.

Sang Kakek tersenyum, "Terimakasih dik," dan berlalu.

"Terus siapa sih yang bikin janji kaya gini," kesal Rilla.

"Oke udah setengah jam Gua disini, kalau sampe jam 8 ga ada yang datang Gua pulang huffftt..." ucap Rilla jengah.

"Ngapa in disini?"

Deg...

"Hay ??" Ia melambaikan tangan didepan wajah Rilla yang terpaku.

Sontak Rilla kaget, "Lo ngapain disini?"

"Gua yang nanya Lo ngapain disini?"

"Apa Dia yang ngirim surat itu, tapi kok Dia kaya ga tau apa-apa,"  Rilla membatin.

"Hobby baru ya? Suka diam."

"Apa sih ga lucu tau."

"Yang ngelawak siapa?"

"Rafan pergi Lo dari sini."

"Ga mau."

Rilla menatap tajam kearah Rafan.

"Pergi Rafan," teriak Rilla.

Rafan tersenyum lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah gadis cantik tersebut.

Rilla terpaku hembusan nafas Rafan menerpa dikulit wajah gadis mungil tersebut.

"Kok jadi dia sih? Aku buru-buru buat nemuin Kamu Ril, Aku udah buatin suprise buat Kamu kenapa Kamu jadi janjian sama Dia."

Seorang Pria berbadan tegap berdiri disebrang taman.

Wajah nya tampak sendu, bagaimana tidak Ia mati-mati an mencari cara agar bisa menyatakan perasaan hati nya.

Namun mengapa kini gadis pujaan hati nya bersama orang lain?

"Raf jangan dekat-dekat."

"Kenapa?" Rafan tersenyum manis diakhir kalimat.

"Detak jantung Gua ga normal," jawab Rilla lirih.

Lagi-lagi Rafan tersenyum.

"Raf please."

"Please kenapa?" terdengar jelas suara berat Rafan.

"Please Lo... mau... kan jadi.. pa...car Gua?" ujar Rilla terbata-bata.

Benar-benar diluar dugaan, bagaimana bisa seorang gadis menyatakan perasaan nya terlebih dahulu tanpa rasa malu.

Rafan menatap Rilla intens Ia terdiam sambil tersenyum, "Lo beneran?"

Rilla mengangguk sambil tersenyum.

Rafan masih menatap gadis cantik dihadapannya.

"Raf jangan liatin gitu."

"iya-iya."

Rafan menjauhkan wajah nya dari Rilla.

"Ril serius?"

Rilla menatap Rafan sembari mengangguk.

"Kalau gitu Gua boleh jawab dong?"

Lagi-lagi Rilla mengangguk.

"Iya."

"Iya apa?" goda Rilla.

"Iya Gua mau Ril."

"Sial!! Apa-apa an ini, Gua ga bisa biarin Rilla sama cowok kaya Dia."

"Gua yang bikin surat buat suprise nembak Lo Ril kenapa Lo jadian sama Dia sih," kesal pria yang sedari tadi memperhatikan Rilla dan Rafan.

Bugh...

Rafan terpental kebelakang.

"Kak Zein apa-apa an sih!"  sontak Rilla.

"Pulang!!" Zein mencengkram tangan Rilla erat.

"Kak Zein apa-apa an sih lepas!!" teriak Rilla.

"Lo diam!!" benta Zein kembali.

"Dan buat Lo pergi sekarang juga!" tunjuk Zein pada Rafan.

Rafan berdiri lalu tersenyum, "Hak Lo apa?"

"Dia cewek Gua!" Rafan mengambil alih tangan Rilla hingga terlepas dari cengkraman Zein.

Zein menggeleng, "Gua kecewa sma Lo Ril."

"Kak Zein kenapa?"

"Gua yang bikin surat buat Lo, Gua mau kasih suprise buat Lo Ril, Gua mau nyata in perasaan Gua buat Lo tapi kenapa Lo malah jadian sama cowok yang baru dikenal kaya Dia," jelas Zein.

Rilla terpaku mendengar penuturan Zein.

"Kenapa Lo diam?" Zein kembali bersuara.

"Kak Zein ga bercanda kan? Kak Zein anggap Rilla Adik Kak Zein jadi stop bicara kaya gini."

Zein hanya tersenyum sumbang.

"Ayo kita pergi dari sini," ujar Rafan.

Happy reading♥️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang