"Ada sesuatu yang menjalar begitu aneh dalam tubuh ku namun bukan peredaran darah yang bekerja."
- Rafandra Malik
🌻🌻🌻
" Rilla? "
Rila, Zein dan Farhan menoleh secara bersamaan.
" Rafan, ngapain? " kaki mungil nya melangkah menuju pria tersebut.
" Pulpen kamu ketinggalan." Rafan memberikan sebuah pulpen karakter berwarna pink.
Rilla tampak berfikir sejenak, "Rafan, ini bukan punya gua."
"Massa?" Rafan terlihat cengo.
Rilla mengangguk pelan.
"Ya udah buat kamu aja."
"Tapi ini..."
"Ga ada penolakan!" Rafan memotong ucapan gadis tersebut.
Rilla melotot tak percaya, bagaimana bisa pria polos didepan nya ini bisa bersikap dingin.
"Mata jangan di gede in jelek." Rafan terkekeh diakhir kalimat nya.
"Ya udah aku permisi, Assalamualaikum."
Rafan berbalik membelakangi nya.
Terbesit kejahilan di otak Rilla.
"Waalaikum salam calon imam nya Rilla."
Degg....
Rafan berbalik dengan cepat, Ia melihat Rilla tersenyum begitu manis ke arah nya.
Gugup??
Itulah definisi Rafan saat ini, di dalam tubuh nya seperti ada yang menjalar begitu hebat.
"Baper banget woy hahah." teriak Rilla memecahkan lamunan pria tersebut.
Malu??
Rafan sangat malu di permalukan oleh gadis cantik tersebut.
Rafan berjalan perlahan menuju arah Rilla.
Dekat...
Semakin dekat...
Dan yaps benar-benar dekat.
Gugup??
Tentu, namun kini berbalik Rilla yang merasakan tubuh nya sedikit menghangat.
"Kok pipi nya merah?" bisik Rafan tepat ditelinga sebelah kiri Rilla.
Rilla diam tak menjawab, situasi terasa begitu mencengkam bagi nya.
"Hey anak gadis saya itu." teriak Farhan.
Rafan menghentikan aksi nya, Ia menatap Farhan sejenak dari kejauhan, lalu tersenyum dan berlalu.
"Woy gila, sape lu ade gua mau lu cium-cium aja." siapa lagi jika bukan Zein yang membuka suara.
Rilla membungkam, Ia memperhatikan Rafan yang semakin menjauh.
"Lu udah punya pacar ya?" Zein kini tengah berdiri disamping Rilla.
Rilla menggeleng.
"Hayo mau boongin gua ya?"
"Iihh engga Kak."
"Ya udah cepetan ganti baju, inget janji mau makan seblak bareng kan?"
Rilla tersenyum, "tunggu in Rilla ya?"
"Iya, ayo masuk." Zein menggenggam tangan mungil Rilla.
"Tadi siapa sayang?" kini Farhan membuka suara saat Rilla ingin naik menyusuri anak tangga.
"Temen Rilla Pa."
"Tadi kamu sempat dicium?" Farhan menatap lekat Rilla.
Rilla menggeleng, "Dia cuma bisikin sesuatu pa."
"Sekali lagi Papa liat dia kesini, Papa kejar dia pake kayu."
"Papa kok gitu sih?"
"Anak nya kurang ajar." Jawab Farhan santai.
"Bener om kagak sopan tuh bocah."
"Kak Zein, ngga boleh jadi kompor." Ujar Rilla kesal.
"Liat om." Adu Zein pada Farhan.
"Rilla cepetan ganti baju mau pergi kan sama Zein?"
"Iya Pa." Jawab Rilla malas.
"Zein sama Rilla pergi dulu ya om?"
"Hati-hati, jagain Rilla dan..."
"Ga boleh pulang lewat dari jam 10." potong Zein.
"Ga boleh motong ucapan orang?"
"Tua." Jawab Zein.
"Papa sama Kak Zein apa an sih." Rilla menggeram.
Farhan dan Zein tertawa secara bersamaan.
"Ya udah ayo daa om." Teriak Zein.
30 menit mereka sampai, Rilla sedari tadi hanya diam meskipun Zein mengoceh tidak karuan.
Fikiran Rilla terpaku pada pria ia baru ia temui dua kali pada hari ini.
"Polos banget ga sih tuh anak?" lirih Rilla.
"Ril siapa yang polos?"
"Eh engga Kak."
"Ayo turun udah sampe."
Rilla pun mengikuti perkataan Zein.
"Eh hay? Ketemu lagi ya? Udah kaya obat 3kali sehari."
Rilla terpaku mendengar suara tersebut.
lvyou all:)
salam author cantikss wkwk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rilla
Roman pour AdolescentsElina Aurellia seorang gadis belia yang terlahir dari keluarga berada, Seorang gadis yang begitu menjadi kesayangan sang Ayah. Farhan Aditya yang selalu mengutamakan sang Putri kesayangan nya setelah ia kehilangan Seseorang yang amat dicintainya dik...