"Cie....yang mau ketemu gebetannya," goda Meyva dengan senyum lebar sembari sesekali mencolek dagu Joya.
Joya menatap Meyva dengan jengkel. "Nggak usah bertingkah kayak banci pangkalan, yah! Lo nggak tau gue deg-degannya gimana!"
Disentak dan dipelototi oleh Joya tak membuat nyali Meyva ciut. Malah, ia makin bersemangat menggoda Joya. Ditambah lagi, yang lain ikut mengganggunya juga.
"Joya emang tukang ngegas," timpal Vita sudah tertawa pelan.
"Nggak bisa santuy mah kalau si Joya, takut ditikung," seloroh Ester kemudian.
Joya hanya ingin membungkam mulut teman-temannya yang super berisik. Sekarang di kelas semuanya sedang berkumpul, dan tentang Joya akan bertemu Fardan akan menjadi bahan ejekan teman-temannya.
"Oalah...mau ketemuan ceritanya?"
Joya langsung berbalik kala celetukan Damian berhasil menaikkan emosinya pagi ini. Mata tajam Joya tak lepas dari sosok Damian.
"Anjir, gue kok terharu yah karena Joya udah mau ketemu cowok?" Damian bergerak mengusap ujung matanya yang tak berair dengan gerakan dramatis.
"DIAM DEH LO!", teriak Joya sudah melompat kecil dan menatap sengit Damian.
"Astaga, Joy....," gumam yang lainnya bersamaan. Kelakuan Joya memang bisa buat jantungan kapan saja.
Damian menelan saliva susah payah. Joya dari dulu memang sudah seperti ini bentukannya, gampang untuk dipancing emosinya. "Gue kan cuma mau ngucapin selamat, Joy. Garang banget giliran sama gue," kata Damian dengan nyali nyaris menciut.
Tanpa Damian duga, tangan Joya bergerak naik dan mencekik lehernya. "ULANGI LAGI LO BILANG APAAN?!"
"UHUK, AMPUN JOY! ASTAGHFIRULLAH!!!!" Damian berusaha menjauhkan diri dari Joya, hingga beberapa teman mulai turun tangan yang memisahkan keduanya.
"Istighfar lo, Joy!", peringat Meyva sudah menarik tubuh mungil Joya, dibantu yang lainnya. Sementara Damian sudah ditarik Leon dan Radja, yang memiliki tubuh tinggi besar, yang dipercaya dapat mengatasi aksi pencekikan yang dilakukan Joya pada Damian.
"Selalu aja berantem!", kata Leon menatap tajam Damian dan Joya secara bergantian. "Apa perlu gue kurung lo berdua biar bisa damai?"
Seisi kelas diam karena omelan Leon. Leon selalu saja seperti itu, selalu berhasil menakuti yang lain dan tak ada satupun yang bisa membalas ucapannya jika sudah mengomel. Entah Naldo yang memiliki ucapan pedas, atau bahkan Awan yang selalu saja punya bahan bercandaan.
"Gue cuma ngucapin selamat doang pak ketua, dianya aja yang sensi," kata Damian berusaha membela diri.
Joya mendecih. "Ini akal-akalan lo supaya bisa gangguin gue terus! Sejak kemarin lo nanya alasan kenapa gue nangis, lo serasa jadi orang paling kepo mau tau urusan gue!"
Kelas hening.
Ringisan pelan keluar dari mulut Joya. Ia keceplosan. Kini ia harus menerima tatapan penasaran dan kebingungan dari teman sekelasnya.
"Nangis?", gumam Ester yang masih bisa didengar teman sekelas yang lain.
"Lo ada masalah apa, Joy?", tanya Lovely penuh selidik.
"Jangan sembunyiin apapun, Joy. Kalau ada masalah, siapapun itu, kalian harus cerita! Jangan disembunyiin kayak begini." Syifa mengeluarkan isi pikirannya saat itu juga. Sebagai bendahara kelas yang sering membantu Leon dalam meringankan masalah teman sekelasnya, gadis itu harus bisa memantapkan instingnya.
Joya gelagapan sekarang. "Kalian jangan salah paham. Emang kemarin Damian sempat nanya sama gue, apa gue nangis? Tapi gue udah bilang ke Damian kok kalau dia salah lihat. Yang Damian kirain gue yang nangis waktu itu, sebenarnya juga bukan gue. Dia salah paham. Mungkin cewek yang dia lihat mirip sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Damjoy Couple
Teen FictionIni soal Joya Beverlya, gadis bertubuh mungil dengan senyum secerah matahari pagi. Gadis itu kuat dengan caranya, tangguh dengan gayanya, walau kenyataannya tidak seperti itu. Damian Sultan Alam, pemuda yang dijuluki 'Boy Stylist'-nya IPA-1 karena s...