Joya hanya bisa diam kala sosok Fardan mendekat ke arahnya, lalu menarik salah satu kursi yang berada di depan Joya, dan duduk disana.
Rasa gugup kini telah menyerang Joya. Saat tak ada Fardan, gadis itu pasti sudah akan memikirkan sosok Fardan dengan senyum merekah lebar, dan berandai tinggi ketika bisa.menjadi kekasih Fardan. Tapi dihadapan pemuda itu, nyawa Joya seakan melayang.
"Lo temannya Meyva, kan? Yang mau minta nomer gue?"
Duh!
Joya ingin menghilang saja rasanya. Ia kepalang malu karena Fardan membeberkan alasan itu.
Menelan saliva, kepala Joya mengangguk malu. "Iya, kak."
Fardan tersenyum tipis, dan Joya bisa merasakan tungkainya lemas begitu saja. Jangan sampai Joya pingsan!
"Kenapa harus minta ke Meyva? Kan lo bisa minta langsung ke gue."
Kedua mata Joya membulat. Ini serius Fardan sendiri yang mengatakannya, kan? Joya tidak salah dengar, kan?
Seolah tahu isi pikiran Joya, Fardan kembali buka suara. "Lo nggak salah dengar, kok. Lagipula, kalau ngobrol pake hp nggak bakalan asik. Mending gini, bisa ngobrol langsung. Yah, walau pun lo lebih sering diam, sih."
Jantung Joya berdebar kencang. Ia menggulum bibirnya gemas. Setelah menormalkan raut wajahnya, ia menatap Fardan dengan pandangan berbinar. "Oalah...jadi kakak ngajakin aku kesini pasti bukan cuma soal minta nomor hp, tapi ngajakin aku nge-date?", tanya Joya dengan niat ingin bercanda.
Fardan tergelak. "Barusan gue bilang lo diem aja, ternyata lo bisa ngomong gitu juga. Kaget gue."
Joya menyengir. Ia lalu menyodorkan ponselnya pada Fardan. "Karena gue udah ketemu lo, boleh dong gue minta nomer lo?"
Kepala Fardan mengangguk pelan. "Oke. Sini hp lo."
Tangan Joya bergerak dan memberikan ponselnya pada Fardan. Dengan gerakan cepat Fardan memasukkan nomor ponselnya pada ponsel milik Joya. "Udah," kata Fardan lalu memberikan ponsel itu kembali pada Joya.
"Makasih, kak!"
Senyum Joya tak henti mengembang mengingat pertemuan dengan Fardan. Ia tak peduli jika pipinya sudah terasa begitu pegal karena begitu seringnya ia tersenyum.
Sejak tadi Joya memandangi kontak Fardan. Ia ingin sekali mengirimkan pesan, tapi ia sendiri bingung ingin menulis apa. Jangan sampai Fardan hilang minat dan tak mau lagi berurusan dengannya.
"Gini yah rasanya naksir orang? Suasananya jadi rada beda," gumam Joya. Ia memposisikan diri menatap langit-langit kamarnya. "Kira-kira, kak Fardan suka juga nggak yah sama gue?"
Tak bisa ditampik jika Joya penasaran bagaimana perasaan Fardan kala bertemu dirinya. Walau sebenarnya Joya tahu, tidak semua orang akan langsung menyukai di pertemuan pertama yang sekalipun dilakukan secara serius.
Sepertinya Joya harus bisa sedikit bersabar. Lagipula, ia masih bisa mengetahui lebih banyak hal soal Fardan melalui Meyva. Yang paling utama, Joya ingin tahu apa yang disuka dan tidak disukai Fardan. Ia ingin tahu, gadis seperti apa yang Fardan suka.
Kling!
Kedua mata Joya membulat kala sebuah notifikasi pesan baru saja masuk ke ponselnya. Joya yang semua dalam keadaan berbaring langsung duduk menyilang. Berharap jika Fardan yang mengirimkan pesan.
Joya mengerucutkan bibir.
Ternyata bukan dari Fardan, melainkan nomor lain yang tidak dikenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damjoy Couple
Teen FictionIni soal Joya Beverlya, gadis bertubuh mungil dengan senyum secerah matahari pagi. Gadis itu kuat dengan caranya, tangguh dengan gayanya, walau kenyataannya tidak seperti itu. Damian Sultan Alam, pemuda yang dijuluki 'Boy Stylist'-nya IPA-1 karena s...