DamJoy Couple | 18

41 4 0
                                    

Damian masih berusaha mencerna situasi. Terlebih lagi Vemmy, ia harus membantu memberi penjelasan apa?

"Perjelas semua kebingungan gue sama Joya. Kenapa kalian kirim pesan misterius buat gue dan Joya? Apa yang ngebuat kalian menyebut Adela sebagai orang jahat?"

Vemmy membulatkan mata.

Sekarang ia mengerti apa yang harus ia jelaskan.

Soal Adela.

"Gue sekarang paham kenapa gue sampai terdampar dengan kalian disini. Memang sih, hal ini perlu dijelaskan dan segera diluruskan." Vemmy berkata dengan wajah serius.

"Tahan dulu kak Vemmy, biar aku jelaskan ke kak Damian sama kak Joya soal tindakan aku, Ulin, sama Kak Ulfa yang sekongkol ngirim pesan misterius."

Dilsha menghembuskan napas panjang. Ia sedikit takut menatap Damian. Jadinya ia hanya menatap Joya.

"Ide buat ngelakuin semua ini adalah idenya Ulin. Awalnya, kami ingin langsung kasih tau kak Damian soal Adela, tapi kesannya nanti malah ngefitnah." Dilsha menggigit bibir. Rasanya ingin menangis saja kala mengingat kejadian dimana Dilsha merasa tidak pantas menjadi saudara Damian, dan menganggap dirinya tak layak menjadi adik Damian karena banyaknya kekurangan yang ia miliki.

"Yang orang tau, Kak Vemmy dan teman-temannya yang ganggu aku, alasannya supaya aku nggak dekat sama Kak Damian. Tapi sebenarnya Kak Vemmy melakukan itu karena dia terpaksa, kak. Kak Vemmy sama sekali nggak pernah terusik dengan kedekatan aku sama kak Damian. Ataupun kedekatan kak Damian dengan cewek lain. Kak Vemmy memang nge- fans sama Kak Damian, tapi dia nggak sampai se-fanatik itu."

"Terus hubungan penjelasan kamu sama tindakan kamu ngirim pesan misterius, Adela, dan Vemmy itu apa, Dil?" Rasa penasaran Damian makin besar saja.

"Soal aku yang ngirim pesan ke kak Damian, semuanya ide Ulin. Aku yang ngirim pesan ke kak Damian, dan kak Ulfa kirim pesan ke kak Joya. Ini semua dilakukan buat Kak Damian bisa jauhin Adela. Sampai kapanpun Dilsha nggak akan biarkan kakak dekat sama Adela." Dilsha berkata dengan napas memburu. Matanya tiba-tiba saja memanas. Membayangkan kakaknya menjalin hubungan dengan Adela membuat Dilsha makin sakit kepala.

"Maaf kak, Ulin mau jelasin sesuatu. Semua ini Ulin rencanakan setelah Dilsha cerita, kalau kak Vemmy pernah ketemu sama Dilsha pas pulang sekolah, pas waktu kejadian Kak Vemmy minta maaf ke Dilsha soal kasus bully itu." Ulin melirik Dilsha, lalu menoleh pada Damian. "Sebenarnya, yang nyuruh Kak Vemmy buat gangguin Dilsha adalah Adela, kak."

Deg!

Jantung Damian serasa mencelos dari tempatnya. Adela? Gadis dengan wajah polos itu....Ya Tuhan. Damian antara percaya dan tidak percaya kala mendengar pengakuan Ulin.

"Bener, Dam. Gue disuruh Adela buat ganggu Dilsha. Teman-teman gue jadi saksinya. Sebenarnya, kami melakukan itu karena gue yang butuh duit. Karena waktu itu Adela iming-imingin gue sama teman-teman duit yang banyak. Tanpa mikir panjang gue langsung terima, dong. Apalagi balasannya duit. Jadi, tanpa mikir resiko nantinya gue bakalan diseret ke ruang BK dan dituntut buat tanggung jawab. Gue mikir pendek saat itu, yang penting gue sama teman-teman gue dapat duit. Yaudah, Adela udah transfer, gue langsung gerak. Gue langsung gerak, ganggu Dilsha dan ngasih tau dia supaya nggak dekat sama Damian. Nggak lama yah ketahuan kalau gue ganggu Dilsha. Pas tau dia adek Damian gue malu, dan merasa bersalah gangguin dia, padahal mah gue nggak ada masalah sama dia. Ini cuma perkara duit."

Damian tidak menyangka dengan hal yang ia dengar.

Sulit baginya untuk menerima, jika Adela sejahat itu.

"Lo mau bukti? Gue kasih liat ke lo, mumpung belum gue hapus." Vemmy meraih saku rok abu-abunya, lalu menyerahkan ponsel besarnya pada Damian. Kini layar ponsel itu sudah memperlihatkan percakapan via aplikasi pesan antara Vemmy dan Adela.

Adela:
Kak Vemmy, aku mau minta tolong

Vemmy:
Lah? Lo Adela, kan? Yang gabung di grup fanbase Damian, sama kayak Nuri juga?

Adela:
Iya, kak. Aku mau minta tolong, soal kak Damian. Dia lagi dekat sama cewek namanya Dilsha

Vemmy:
Lah, biarin aja. Yang penting ceweknya baik, dan nggak penganut bias is mine

Adela:
Aku bayar kakak deh, kakak cuma gangguin dia, atau lakuin apa aja supaya dia nggak dekat sama kak Damian. Soalnya, dia orang yang bawa pengaruh buruk, kak.

Vemmy:
Lah, serius??!! Yaudah deh, gue bantu lo. Gue juga bakalan dapat duit.

Adela:
Oke, kirim nomor rekening kakak, aku transfer

Damian langsung mengembalikan ponsel kepada Vemmy. Pikirannya berkecamuk. Rasanya ingin membentak Adela dan mengatakan segala hal yang Damian tak pernah katakan pada siapapun kala pemuda itu marah.

Tapi ia mengingat Adela adalah seorang perempuan.

"Dasar cewek jahat," gumam Damian dengan rahang mengeras.

"Dan...pesan yang dikirim ke Damian dan Joya, gue emang ada campur tangannya, sih. Gue suruh Dilsha kirim pesan ke Damian buat jauhin Adela karena tuh cewek jahat, terus pesan itu juga isinya supaya Damian hati-hati, karena ada orang yang bakalan ditugaskan buat ngawasin Damian. Orang itu adalah Joya."

Penuturan Ulfa langsung membuat Damian dan Joya saling memandang. Ternyata....

"Jadi...yang awasin gue itu Joya?", tanya Damian dengan suara pelan. Ulfa mengangguk.

"Iyap. Joya juga gue sering suruh buat awasi lo, kok. Tapi gue tau Joya nggak percaya, tapi syukurnya sepenglihatan gue , dia tetap ngawasin lo." Ulfa mendengus . "Sengaja usah gue setting bagian ini, biar kalian nggak rusuh teros. Pusing gue liat kalian berdua berantem mulu. Lagipula, kami bakalan muncul kalau waktunya udah pas, sesuai janji kami di pesan misterius yang kami kirimkan ke kalian itu."

Damian dan Joya sama-sama terdiam. Kembali saling melirik hingga keduanya kompak mendengus sebal.


*****





Damian dan Joya kian hari makin dekat. Apalagi setelah tahu jika Adela bukan gadis baik. Ditambah dengan fakta jika Fardan menyukai Adela, perasaan Joya yang memang baru mekar itu langsung layu begitu saja.

Joya juga heran, semudah itu perasaannya menghilang.

Apa ini karena selama ini ia terlalu mudah menyimpulkan perasaanya pada Fardan....atau karena dia salah mengartikan rasa?

Entahlah, Joya masih berusaha memikirkan kalimat yang tepat untuk menterjemahkannya.

"Melamun aja."

Joya terkesiap. Tangan gadis itu mengusap dadanya pelan. Kaget mendapati Damian sudah ada disebelahnya. Pemuda itu bahkan sudah mengangsurkan sebotol minuman dingin rasa jeruk pada Joya.

"Makasih," kata Joya pelan.

"Sama-sama." Damian tersenyum sendiri. Ia tak mau berbicara panjang lebar dulu pada Joya. Ia hanya ingin menikmati suasana diam ini, bersama Joya.










*****


Hai, terima kasih sudah mampir ke cerita DamJoy Couple

Jangan lupa vote dan komentarnya

Salam hangat,
Dhelsaarora

Damjoy CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang