Genre: Islami
Jumlah Kata: 449
Isi:Saat itu, seorang gadis muda tengah berpesta pora di sebuah rumah mewah miliknya. Banyak makanan, dan minuman tersaji di sana.
Tak lupa, dia tidak sendiri. Teman-temannya juga ikut berpesta. Dentuman musik yang begitu keras, selalu membuatnya berpikir tentang kesenangan.
"Syerril! Aku pulang dahulu, yah!" teriak seorang teman, tetapi Syerril masih asyik sendiri.
Anita, nama teman Syerril. Dia menghela napas, lalu beranjak pergi dari sana. Makin malam, makin meriah saja pesta milik Syerril.
Namun, seketika Syerril terbatuk-batuk dan harus pergi ke kamar mandi. Teman-teman Syerril yang masih di sana, tak ada yang khawatir dengan Syerril dan terus berpesta.
***
Usai mencuci muka, Syerril berjalan menuju luar. Dirinya mematikan musik, lalu meminta semua temannya pulang.
Terlihat raut kekesalan di wajah mereka, tetapi Syerril tidak peduli dengan semua itu.
Entah, perasaan Syerril tiba-tiba berubah, setelah tadi ke kamar mandi. Melihat wajahnya yang penuh dengan polesan make-up tebal, dan pakaian mini. Tidak nyaman, Syerril merasa tidak nyaman.
"Huh, apa yang terjadi padaku?" tanyanya heran.
Untuk sesaat, Syerril merasa sangat senang. Terlebih barusan, saat dirinya berpesta. Dia kembali menghela napas.
Syerril mulai membereskan semuanya, di bantu pelayan. Yah, masih banyak waktu sebelum kepulangan orang tuanya dari kota.
***
Pagi ini, Syerril bangun lebih awal dari biasanya. Dia berjalan menuju luar, lalu menuruni anak tangga perlahan. Syerril mengintip ibunya yang sedang memasak.
Terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Begitu menyentuh hati Syerril, tak pernah dia dapatkan kedamaian seperti ini.
"Ibu, lagu apa itu?" tanyanya.
Ibu Syerril sontak tertawa mendengar perkataan Syerril. "Ada apa? Bukannya, Syerril lebih suka dengan musik lain?"
"Huh!" Syerril terpaksa diam.
Syerril duduk di kursi meja makan. Seolah pagi ini, sedikit terasa berbeda. Ada perasaan yang aneh, yang menyuruhnya untuk mencari sesuatu.
Sebuah buku yang ibu sodorkan membuat Syerril menoleh, kemudian langsung mengambilnya.
"Apa ini?"
"Lagu yang tadi, coba pelajari." Ibu Syerril tersenyum, lalu sajikan makanan.
***
Syerril yang penasaran, mulai mempelajari tentang buku yang katanya berisikan lagu. Kesulitan menghadirkan tantangan, saat Syerril memulai pelajaran pertamanya.
Kekesalan muncul, tetapi niat untuk belajar membuatnya bertahan. Hingga, Syerril mulai nyaman dan melupakan kesenangan semata.
Telepon dari Renand, dia abaikan. Syerril juga tidak lagi mengadakan pesta, bahkan dirinya mulai merengek hal yang tak biasa.
"Ibu, ibu harus mengajariku bagaimana cara salat," ucapnya antusias.
Beberapa hari berlalu ....
Tepatnya pada sepertiga malam. Usai salat, Syerril duduk di samping tempat tidurnya. Dia menitikkan air mata, mengingat seluruh dosa yang pernah dibuat.Dirinya terus menangis, menangis, dan menangis. Perlahan, tangannya terulur pada sebuah kain yang terlipat rapi.
Syerril mencium penuh makna kain tersebut. Mengusapnya pelan, lalu memakai di kepalanya, menjadi sebuah jilbab.
Perasaan damai masuk, memberi ketenangan yang benar-benar Syerril cari. Berbalut pakaian yang panjang, Syerril pun sadar.
Hijab menjadi hiasan terindah, untuk setiap wanita muslim.
-Pitri Ani-
Kersik, 09 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cermin
RandomHasil pemikiran yang disusun, hingga menjadi Kumpulan Cermin. By : Pitri Ani Senja_Berbisik