11. Merah dan Putih (Rose)

13 6 2
                                    

Genre: Romance
Jumlah kata: 401
Isi:

"Raina!" teriak seorang pria berlari menghampiri wanita yang akan menaiki bus.

Raina langsung menurunkan kakinya. Dia berbalik melihat pria itu. Tampak sedikit berkeringat dan juga napasnyanya tak teratur. Pria itu berdiri tegak, lalu melihat Raina.

"Kenapa kamu pergi, Raina?" Tatapannya begitu mengganggu Raina, ada penyesalan dan kesal di sana.

Raina menggeleng, dirinya tak mampu memberi jawaban atas pertanyaan Renand. Matanya pun mulai berkaca-kaca, perih terasa, hingga saat dia berkedip pelan, air mata langsung jatuh membasahi pipinya. Segera dihapusnya air mata itu, lalu jongkok menaruh setangkai mawar merah.

Sebuah pesan tersemat di sana. Di saat bunga diberikan pada seorang wanita, dan wanita itu menerimanya, maka hubungan akan terjalin. Kini, Raina melepas hubungan itu. Dia pun berdiri dan melihat Renand.

"Jaga dirimu Renand, aku selalu berdoa yang terbaik untukmu. Aku harus pergi, Renand."

"Apa maksudmu? Tidak, kamu tidak boleh pergi."

Raina tersenyum, lalu melambai pelan. Dia pun berbalik, tetapi saat ingin menaiki bus, langkahnya kembali terhenti. Sebuah tangan berhasil meraih lengannya dan menahan agar tak pergi.

"Nona, jadi naik tidak?" tanya Supir yang sudah mau berangkat.

"Tidak, Pak. Raina tidak jadi naik," ucap Renand.

Sontak Raina melihat Renand dan pria itu hanya memberi senyum tipis. Ketika bus berjalan, Renand membawanya untuk duduk. Pandangan Renand tak berhenti menatap Raina, meminta jawaban atas tindakan yang tiba-tiba, atas keputusan yang seolah-olah tergesa-gesa.

Namun, saat melihat kebungkamannya. Renand mengangguk paham, dia pun memberi mawar putih sebagai tanda persahabatan pada Raina. Walau bagaimanapun Renand tak bisa memungkiri perasaannya, dia sangat sayang.

"Aku sudah tahu."

"Apa yang kamu tahu?" Raina melihat Renand dengan ekspresi yang tak biasa.

"Kau sengaja pergi agar aku bisa melupakanmu, tetapi bagaimana caranya agar aku lupa?" Renand menatap Raina, "Aku tahu kamu sedang sakit. Orang tuamu sendiri yang bercerita dan alasanmu untuk pergi, kau tidak mau aku hidup dengan wanita yang penyakitan."

Raina menunduk, menahan air mata yang sebentar lagi akan menetes. Dia tak tahu mau bicara apalagi, hanya ada kesedihan. Tak ada pembelaan, sebab itulah kenyataan yang disembunyikannya.

"Aku memberimu mawar putih sebagai tanda persahabatan, Raina. Sahabat hidup," ucapnya.

Raina sontak mendongak. Pandangannya memberi arti tak percaya, dengan perkataan Renand barusan. Seperti meminta Renand untuk mengulanginya.

"Aku ingin menjadikanmu sahabat hidupku. Tidak peduli sehat atau sakit, tetapi kamu tetaplah Raina, wanita yang kucintai."

Seketika tangis Raina pecah, dia benar-benar tak percaya dengan semua ini. Renand menerimanya tanpa berpikir dua kali. Mawar putih yang masih dipegang oleh Renand, perlahan diambilnya.

Sungguh, orang yang baik akan dipertemukan dengan yang baik pula.

-Pitri Ani-
Kersik, 19 Agustus 2020

Kumpulan CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang