Aku memeras jari ku saat dia meminta berkenalan dengan ku, apa yang harus aku lakukan. Apakah lebih baik aku memberitau nya atau tetap diam saja, namun, dia orang yang baik dan ramah, aku jadi tidak enak.
"Nama aku dely, kamu siapa?" Aku melirik nya sebentar, kosa kata nya sama seperti ku, tidak memakai lo-gue. Apa dia seorang korban?, apa dia seorang yang sama seperti ku. Tapi, tidak mungkin dia sangat bertolak belakang dengan ku.
"Hey..." dia memanggil ku kembali, membuat lamun ku buyar.
"Eh, a...ku zira!" Aku tersenyum singkat lalu menundukan kepala ku lagi. Aku merasa tubuh ku panas dingin.
"Gak usah canggung, biasa aja. Nanti boleh temanin gak?" Aku menatap nya lagi, kali ini aku merasa ada keringat yang membasahi telapak tangan ku.
"Ke...kemana!?" Aku masih gugup.
"Ke kantin, ya, kamu mau kan?, boleh ya!" Aku diam, apa kantin?. Itu adalah wilayah yang paling aku hindari, atas nama itu, aku sangat membenci nya, kenangan buruk itu berjalan sekilas di benak ku.
"Ada apa?, kamu gak mau?, kalau ga-" secepat nya aku memotong perkataan nya, aku tidak bisa membuat seseorang tersinggung apa lagi merasa tidak enak karena aku sendiri.
"Gapapa, nanti biar aku temanin!" Walau aku berbicara seperti tidak yakin, namun dia sudah terlankur senang, mata nya berbinar. Aku senang bila seseorang bisa bahagia karena ku, walau aku akan menjadi korban.
Kami kembali diam, tidak ada yang memulai percakapan. Aku tidak tau harus berbicara apa, tapi lebih baik seperti ini. Aku lebih baik diam.
Bel istirahat pertama berbunyi, Osis yang berdiri di depan menutup penjelasan nya dengan salam lalu mempersilahkan kami untuk istirahat. Setengah dari isi kelas sudah beranjak meninggalkan kelas, tinggal aku delu dan yang lain membawa bekal.
"Ra, ayo!" Aku mengguk, mengikuti dely dari belakang, sepanjang koridor semua orang memandang ku dan dely, lebih banyak yang memandang puji kepada gadis di sebelah ku di banding aku, orang orang menatap ku dengan pandangan remeh. Aku menunduk saja.
"Ra, kamu kenapa menunduk?, angkat saja kepala mu!" Dely menggenggam erat tangan ku, hangat, tangan nya mengalirkan kehangatan sampai ke ulu hati ku.
"Iya" jawab ku singkat"
<□>□<□>
Dely sedang mengantri membeli makanan, aku duduk di bangku yang kosong, aku sedikit risih, banyak sekali yang melihat ku, banyak sekali yang membicarakam ku. Aku seperti topik gosip yang layak untuk di perbincangkan.
"Udah gak takut lagi ternyata, mentang mentang udah punya teman baru, jangan harap hidup lo bakal senang!" Aku mendongak kepada pemilik suara. Dia orang nya, sejak aku SD aku selalu satu sekolah dan satu kelas dengan nya, dan karna nya aku tidak memiliki teman apa lagi sahabat, aku sudah terbiasa.
Aku tidak berani memiliki sahabat. Terakhir kali aku memiliki nya, ada saja yang menimpa nya, aku tidak tau siapa pelaku nya, banyak pertanyaan yang aky simpan, apa memang aku tidak di izinkan memiliki teman.
Dely, dia, aku tidak ingin dia menjadi korban selanjut nya. Kalau saja aku tau siapa pelaku nya, akan ku. Ah entahlah aku tidak bisa menjelaskan nya.
"Ada empat hari untuk lo bebas, dan setelah itu, liat aja, apa yang terjadi. Ok!" Ujar nya, dia bernama Jilan gadis yang cantik, serata dengan dely, orang yang kaya. Dia menepuk pundak ku tiga kali.
<□>□<□>
Bel pulang baru saja berbunyi, aku keluar dari kelas sendiri. Dely sudah pulang terlebih dahulu, aku melangkah di koridor yang sepi, sebenar nya sudah 15menit bel nya berbunyi. Yang baru berbunyi itu adalah tanda aman untuk aku pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
lost hope
Teen FictionSederhana saja, semua nya hilang lenyap, kebahagiaan, tawa, canda dan lain nya, itu semua hanya mimpi. Kesedihan, penyiksaan, dan selalu menjadi bulan bulanan orang orang, hanya itu yang aku terima. Aku kehilangan harapan, segala nya. Semua nya leny...