BAGIAN-7

12 6 5
                                    

Aku mengusap air mata ku, semua teman teman menertawai ku. Dely tidak tertawa dia membela ku habis habisan, rambut ku berantakan aku malu dengan penampilan ku, apa kata orang nanti melihat ku. Aku berlari sekencang nya menjauhi kelas, untung saja lorong kosong setelah istirahat. Aku berlari menuju toilet, merapikan rambut ku dan menatap nanar cermin di hadapan ku.

Aku masih ingat, betapa besar nya senyum selfa mengembang kepada ku. Dia puas, sangat puas melihat ku yang berantakan seperti ini. Aku mengusap sekali lagi air mata ku yang mengalir, aku baru merasakan kebebasan empat hari namun di kekang lagi oleh mereka.

Aku menangis tersedu sedu, rambut itu, sudah lama aku menjaga dan merawat nya. Selama sebulan aku merawat, memanjangkan nya, kini rambut ini harus di potong lagi. Aku sangat menyayangi rambut ku.

Termasuk guru pun, mereka hanya diam. Tidak memperingati yang lain. Aku merasa terpojokan, tidak ada yang ingin membela ku selain dely.

Aku keluar dari kamar mandi dengan kepala menunduk, menatap telapak sepatu hitam ku yang melangkah keluar.

"Pakai" suara dingin yang aku kenal, aku mendongak kan kepala ku, darah ku ikut terkejut.

"Ka..kakak!?" Aku menatal nya tidak percaya, dia menyodor kan sebuah hoodie hitam, aku mengenal hoodie itu. Itu milik nya, dan hoodie ke sayangan nya.

"Pakai, tutup kepala lo" perintah nya dengan suara yang masih dingin.

"Tapi.."

"Gak, ada tapi, pakai sekarang atau malu satu sekolah!"

Aku meneguk ludah ku, menerima hoodie yang dia berikan. Saat aku ingin berterimakasih, dia pergi begitu saja. Senyum ku terukir, aku tau pasti dia mencemaskan ku. Ada ke ajaiban yang begitu aneh!

<□>□<□>

"Ra, kamu dari mana saja, aku mengawatirkan mu!" Dely yang duduk di sebelah ku langsung beeseru. Wajah nya terlihat panik karena mata ku yang sembab dan hidung yang merah.

"Aku dari toilet, aku gakpapa!" Aku tersenyum menenang kan nya.

"Ada apa, kenapa rambut mu bisa seperti itu, siapa yang melakukan nya?" Tanya dely masih cemas.

"Gak apa del" jawab ku.

Dely pun diam, seperti nya dia tau kalau aku tidak ingin membahas malah ini. Dia juga menangguk paham kepada ku. Kami berdua kembali diam membisu, aku menutupi kepala ku dengan hoodie yang di berikan kakak kepada ku. Untung saja ada hoodie ini, kalau tidak aku harus menanggung seribu seruan dari semua orang.

Aku melirik jam tangan yang melingkar di lengan ku, setengah jam lagi waktu nya aku akan pulang. Aku merebah kan sebentar punggung ku, pangawas baru saja keluar dari kelas.

Selfa dan teman teman nya mengepung meja ku, dan yang lain juga ikut. Menurut ku, mereka sudah berteman dengan selfa.

"Hei zira, kenapa di tutup. Kan bisa jadi treen fasion" salah satu dari mereka tertawa. Aku tidak mengenal mereka.

"Iya, potongan nya sangat bagus!" Mereka tertawa.

"Apa yang bagus nya, lihat itu seperti apa dia!" Selfa menunjuk ku, dia senyum nya mengambang indah.

"Kalian gak boleh gitu, kita baru aja masuk kalian udah ngebully yang gak bersalah!" Dely di samping ku membela.

"Kalau gak mau ikut ya udah diem aja, gak usah sewot! Yang di ejek aja diem!" Salah satu menimpali tidak suka. Aku menggeram kesal bukan main, dely benar baru saja aku masuk ke sma ini sudah menerima perlakuan buruk.

"Terserah kalian, ya gue tetep teman dia! Atau lebih dari itu. Mending kalian diam, dari pada nyesal!" Dely bernada ketus, aku memegang lengan dely, menyuruh untuk membiar kan mereka, aku memang sudah terbiasa.

Lima menit lagi bel akan berbunyi, aku semakin mencengkram hoodie ku. Ada salah satu siswa laki laki usil menarik kupluk hoodie ku lepas, se isi kelas tertawa menatap ku. Pipi ku bersemu merah, malu rambut ku yang seperti ini. Dely du samping ku menyemangati ku, dia mengusap telapak tangan ku memberkan kekuatan.

Akhir nya bel pulang berbunyi, aku tidak langsung pulang. Aku ingin berlama di kelas dulu, hanya lima menit, untung menghilangkan perasaan yang menjangkal di hati ku.

Mungkin betul kata orang, aku tidak berhak mendapat ke bahagiaan, wajah kusam, aura yang mengerikan dan penmpilan bak pengemis. Mungkin orang orang berpikir aku ini hanya beruntung di terima di sma ini.

Lima menit berlalu, aku mengambil ransel ku keluar dari kelas. Langit mendung lagi, seakan tau apa perasaan ku saat ini. Bagaimana tidak, hanya dia yang mempedulikan ku, menemai ku saat sedih, mendengarakan keluh ku setiap saat. Hanya dia selain mama.

Kaki ku melangkah berat menuju gerbang, hoodie yang di pinjamkan oleh kakak-ku dapat menutupi rok-ku. Jalan begitu ramai, kendaraan berlalu lalang di penuhi oleh para perkerja yang baru pulang. Cafe di penuhi oleh orang orang semusia ku, mereka terrawa bercanda gurau, aku tersenyum iri melihat nya. Aku menghentikan langkah ku, menunggu angkutan umum untuk mengantarkan aku ke rumah.

<□>□<□>

Malam kembali tiba, aku duduk di bawah tirai kamar ku. Sinar bulan menerangi malam, hujan tak turun malam ini. Aku menarik bantal di depan ku memeluk nya sangat erat, memainkan telinga dan tangan nya.

Ini boneka kesayangan ku, hadiah ulang tahunku-ke 5 tahun. Hari itu aku sangat bahagia, papa memberikan ku boneka ini, walau boneka tidak seindah apa yang aku ingin kan. Tapi ini cukup, hanya hadiah ini yang papa berikan untuk ku. Aku tidak akan pernah rela kalau boneka ini terbakar, apa lagi rusak.

Aku mendongak ke arah pintu, seseorang masuk dengan kantung plastik di tangan kanan nya. Aku menahan nafas ku, tangan ku merinding, sekitar ku berubah menjadi aura menyeramkan.

"Kakak?" Seru ku dengan suara bergetar"Ngapain?".

"Makan!" Perintah nya dingin.

Aku mengangkat kepala ku, mendongak kepada nya dengan alis bertaut.

"Makan!" Bentak nya, aku menelan saliva ku mengangguk patuh lalu mengambil kantung plastik yang ia sodor kan. Saat aku membuka kantung itu, aroma lezat tercium. Aku membuka kotak makanan itu, mata ku berbinar senang, kembali aku mendongak kepada kakak-ku, dia hanya menatap datar kepada ku dengan senyum tipis, setipis benang.

"Terimakasih!" Ucap ku senang, aku tersenyum, bahagia kakak ku mulai menyayangi ku, entah ini memang akan terjadi atau apa.

Gerakan ku terhenti sejenak, mendongak kepada nya. Aku kaget bukan main, dia sudah duduk di depan ku dengan tampang datar menatap ku. Aku kembali menelan saliva ku. Pikiran ku melayang, membayangkan apa kakak ku memasukan racun atau semacam itu ke makanan ini.

"Kenapa berhenti, gak ada racun!" Ujar nya dengan tatapan menajam kepada ku, suara nya menyeram kan seperti ingin memakan ku.

Aku menggeleng kuat, menyuap lagi makanan di depan ku. Semakin lama aku semakin risih, tatapan nya tidak pernah berganti ke arah lain, dia selalu memperhatikan gerak gerik ku, membuat bulu kuduk-ku merinding.

Makanan di dalam kotak sudah habis, aku menyimpan nya lalu hendak berdiri membuang sampah, kakak ku mencekal lengan ku, gerak ku terhenti di gantikan dengan debaran di jantung ku.

Dia menarik paksa ku duduk lalu tanpa aba aba, dia memeluk-ku erat seperti takut kehilangan. Dada ku sesak, dia terlalu keras memeluk ku, aku menggigit bibir bawah ku. Takut melanda ku.

"Kalau ada yang bikin kamu sedih dan menderita, katakan kepada-ku, biarkan aku yang mengurusnya!"

<□>□<□>

SELAMAT HARI RAYA IDDULADHA😚☀️
BAGI YANG MERAYAKAN NYA

AKHIR NYA UP JUGA YA!!!

MAAF KALAU AKU NGE-UP NYA GAK BERATURAN, MUDAH2AN AKU BISA UP NYA SETIAP HARI MINGGU DEH

BAGI KALIAN YANG UDAH MAU NUNGGU UP NYA 'SAY THE TRUTH' MAKASIH YA🥰😍

OH YA, PADA PENASARAN GAK SAMA MAKSUD NYA ALGREY, DI TUNGGU YA DI CHAP SELANJUT NYA!!!

♡LOVE U♡

lost hopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang