BAGIAN-4

28 8 10
                                    

"ZIRAA!!!"

Tubuh ku menggigil, aku terjaga saat suara teriakan mama dari arah pintu, aku berusaha membuka mata dan mengubah posisi ku menjadi duduk.

"Sayang, kamu...kamu kenapa disini?, kenapa tidak mengetuk pintu saja, ayo tubuh bu sangat dingin. Jangan takut untuk mengetuk pintu!" Aku tidak bisa menjawab sekarang, kepala ku terasa sangat pusing sekali, aku teringat sesuatu, sekarang adalah hari ke-2 aku melaksanakan MOS, di SMA ku.

"Sekarang jam berapa, zira harus sekolah!" Bibir ku bergetar ke dinginan, selimut tebal yang aku gunakan sudah basah setengah, hujan sudah berhenti aku tidak tau kapan berhenti nya namun, langit masih berwarna abu abu.

"Tidak, kamu tidak akan sekolah sekarang, tubuh mu sangat dingin zira, kamu demam tinggi, ayo masuk, mama akan membuatkan mu sup!" Mama menggenggam bahu ku, ia membawa ku berdiri lalu masuk ke dalam rumah.

Mama menyuruh ku berbaring di sofa, dia sedang mengambilkan aku segelas air hangat setau ku. Aku menutup mata ku lagi, kepala ku terasa lebih berat lagi.

"Zira ayo minum!" Mama memberiku segelas air hangat lalu dia pergi lagi ke dapur, aku tidak tau apa yang akan di ambil nya kali ini.

"Anda hebat sekali untuk berdrama!" Aku menoleh ke arah ruang makan, di sana ada papa dan algrey duduk dengan seragam yang rapi hendak pergi. Papa bertepuk tangan, aku mengerutkan kening ku.

"Saya tau, anda pasti pergi ke sebuah klub malam lalu berpura pura tidur dan sakit kan!, akting anda terlalu hebat!" Hati ku sesak, apa kata papa, aku pergi ke klub, amu saja tidak tau apa tempat itu, aku hanya tau tempat itu bukan lah tempat yang pantas.

"Pah, kenapa papa selalu begitu, zira sakit, berdiri saja tidak sanggup, lihat lah dia, jangan remeh kan dia, zira hampir saja meninggal!!" Mama memandang tidak suka kepada papa, aku sedikit kaku saat mendengar kata kata meninggal.

"Meninggal, hah, bagus lah. Aku tidak susah lagi untuk menyingkir kan anak itu lagi, dan kalau dia sakit aku tidak peduli!" Papa berkata ketus, aku melirik kakak ku, dia hanya asik menghabis kan sarapan nya.

"Mama, zira ma...u se...kolah" aku msih menggigil. Aku bersikukuh untuk pergi ke sekolah.

"Tidak, mama sudah mengatakan tidak. Kamu tidak akan sekolah sekarang!" Tegas mama lagi kepada ku. Aku mengangguk kecil, pasrah. Kelemahan ku adalah mama, kalau apa yang sudah di tekan kan mama, maka aku harus menuruti nya.

Aku melirik meja makan lagi, algrey dan papa sudah tidak ada lagi, mungkin mereka sudah pergi.

"Apa guna nya saya menyekolah kan anda bila anda tidak akan sekolah, saya bisa saja menjabut nama anda dari sekolah itu!" Papa mengatakan itu di belakang ku, lalu ia menempelkan tangan nya di kepala ku, aku tersenyum bahagia. Apa papa sudah ingin menerima ku?

"Apa yang panas, sudah saya katakan. ANDA ADALAH RATU DRAMA!!!" Papa mendorong ku secar kasar, pungunggung ku menghantam sofa, aku terperanjap, ternyata dugaan ku salah, itu salah satu permainan nya.

"Pah, kamu tidak bo-"

"Tidak ada yang bisa membantah, anak itu kalau tidak sekolah maka selama nya dia tidak akan sekolah!" Aku menelan ludah ku, segitu iritkah uang nya untuk diri ku, apa aku harus mencari perkerjaan agar bisa membiayai keperluan ku seorang?

"Baik pa, zira akan siap siap" aku berusaha berdiri kokoh, kaki ku terasa lemas baru saja aku berdiri, tubuh ku sudah tumbang lagi.

"Banyak gaya!" Desis papa, pria itu menendang tubuh ku, kode untuk bangkit dan tidak banyak akting.

Aku berusaha berdiri lagi, menjaga ke seimbangan lalu pergi menuju anak tangga. Aku menaiki nya satu persatu, aku memegangi erat pagar pembatas di samping nya takut kehilangan keseimbangan. Aku berhasil melewati tangga lalu aku pergi ke kamar ku, membuka pintu. Gelap. Berantakan. Hancur. Itu yang aku lihat.

lost hopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang