"Cepat, lama banget, onar aja yang digedein. Gitu doang lemah!"
Natrium mendengus malas. Sejak tadi Khlor terus saja menyindirnya. Kenapa diantara banyaknya anggota osis, harus Khlor yang turun langsung untuk memberinya hukuman? Lalu kemana siswa dan siswi terlambat lainnya pergi? Mereka sudah menyelesaikan hukuman, Khlor ketua osis menyebalkan itu memintanya untuk melakukan hukuman paling akhir. Terik matahari semakin tinggi, Natrium menatap Khlor dengan wajah kesal, cowok dengan tinggi badan 180 cm itu begitu tinggi, berbeda dengan tinggi tubuhnya yang 151 cm.
Sudah tiga putaran, Natrium berlari pelan, lalu sejenak ia berhenti. Olahraga yang paling ia sukai adalah karate, berlari adalah hal yang paling mengcapek sedunia bagi Natrium. Apalagi lari dari kenyataan, itu lebih menyedihkan. Natrium menghentikan larinya, Sejenak ia berpikir untuk pingsan. Natrium menatap Khlor yang juga sedang menatapnya tajam, sebelah alis pria itu terangkat, dua tangannya bersidekap di depan dada.Jika ia pingsan sekarang Khlor tidak akan percaya seperti insiden beberapa bulan yang lalu. Saat ia pura-pura pingsan, dengan kurang ajarnya Khlor menyiramnya dengan air. Itu adalah kenangan buruk yang tidak akan ia lupakan, sejak saat itu ia sangat membenci Khlor.
"Khlo, udah belum? Bentar lagi pelajaran Kimia dimulai!" Azka berteriak dari kejauhan. Melihat Khlor yang mengalihkan pandangan ke arah belakang, Natrium mengambil ancang-ancang untuk kabur. Tangannya cepat-cepat mengambil tas lalu kabur dari sana. Dalam hati Natrium merutuki hukuman yang ia terima enak saja anak orang disiksa.
"Natrium, apa yang kamu lakukan hah? Hukumanmu belum selesai!" teriak Khlor sambil berlari mengejar Natrium. Sontak saja keduanya saling kejar-kejaran.
Natrium terus berlari menjauh, tapi kaki tinggi Khlor cepat sekali mengikuti langkah kakinya. Padahal jarak keduanya tadi sangat jauh.
"Kalau kamu maksain aku lari lagi, aku akan laporin kamu ke polisi, atas kasus penyiksaan murid lemah," teriak Natrium dengan nafas ngos-ngosan karena berlarian.
"Laporkan saja, sekolah punya aturan sendiri," ujar Khlor kesal. Berbicara dengan Natrium hanya membuat darah tinggi. Gadis bodoh itu malah mengancamnya.
"Gue mau belajar bukannya lari di lapangan. Bentar lagi ujian kenaikan semester!" teriak Natrium lagi sambil menoleh ke arah belakang. Keduanya sudah berada di lorong menuju kelas 11IPA. Semester ini kelas 11 akan naik kelas 12, tentu juga jabatan Khlor akan selesai.
Aksi kejar-mengejar keduanya dilihat banyak pasang mata, tentu saja para siswa-siswi melihat mereka dari kelas masing-masing saat keduanya saling kejar melewati lorong sekolah.
Natrium dan Khlor sama-sama berhenti berlari.
Natrium mengatur nafasnya yang ngos-ngosan di depan kelas 11IPA3. Khlor menarik tangan Natrium hendak kembali ke lapangan, tapi suara Azka kembali terdengar.
"Khlo, bu Gita udah datang!"
Natrium merasa syukur saat melihat sosok Bu Gita guru kimia di ujung lorong sana.
"Kamu, awas saja nanti!" Khlor melepas tangan Natrium, lalu berlari kecil menuju kelasnya.
"Dih caper pastinya!"
"Norak banget!"
"Dia pasti mau nyarih perhatiannya Khlor, jelas banget!"Bisik-bisik penuh hujatan itu didengar Natrium dari beberapa sisiwi kelas 11IPA3, satu yang ia tanamkan, ketidak pedulian terhadap omongan orang.
👣👣
Natrium meletakkan bokongnya ke atas kursi, lalu tubuhnya bersandar di sandaran punggung kursi. Nafasnya masih tidak beraturan, ia mengipas wajah dengan jari-jemarinya. Tubuhnya terasa panas.
"Aaaah, segar enak banget anginnya."
Natrium merasa segar seketika saat merasakan kumpulan angin kecil meniup wajahnya."Lagian kenapa terlambat sih?" Mayang memegang kipas angin mini berwarna biru.
"Kebablasan nonton bareng Ayah!" seru Natrium jujur, masih memejamkan mata menikmati angin kecil dari kipas yang dipegang Mayang.
"Duh kebiasan deh Nat, tapi gak lupa kerjain tugas mate-matika dari Bu Ginakan?!" tanya Mika masih fokus membaca buku novel yang baru ia beli kemarin.
Dua bola mata Natriun terbuka lebar, cepat-cepat ia memeriksa buku PR mate-matika di dalam tasnya.
"Catatan Mate-matika, catatan Bindo, buku PR Bindo, tugas Bindo, buku tugas Mate-matika!"
Natrium mengeluarkan isi bukunya."Buku PR aku mana?!"
Mayang mendesah berat, sedangkan fokus Mika buyar seketika.
"Ampun deh Nat, kapan sih kamu gak lupa dengan hal sepenting itu?!" Mika dengan suara lembutnya mengeluarkan buku PR miliknya.
"Cepat salin dulu punya aku!"
"Ini buku baru punyaku, selamat Natrium hampir satu pak buku baruku dalam semester ini ada padamu!" seru Mayang dengan nada jengah.
Mendengar kalimat Mayang, Natrium hanya cengengesan. Ia bersyukur memiliki teman-teman sebaik Mika dan Mayang"Makasih ya kalian, I Lope Pull!"
Mayang memberikam pose ingin muntah, sedangkan Mika hanya cekikkan.**
"Ampun deh Bu Gina, kok bisa tahu aku contek dari Mika?!"
Natrium mendesah berat mengingat momen di mana ia diomeli bu Gina karena tidak bisa menyelesaikan soal PR di papan.Mayang dan Mika saling pandang dengan tatapan jengah.
"Nat, Nat, itu bukannya Khlor? Dia pacaran sama Bianca ya?!" tanya Mayang masih menatap kedua pasangan itu.
"Mereka datang guys!"
Natrium tidak peduli sama sekali, ia malah memilih fokus makan. Makan adalah cara terbaik manusia mengisi energi.
Khlor dan Bianca duduk di sebelah meja Natrium dan dua temannya.
Khlor menoleh menatap meja sebelah. Di sana Natrium sedang lahap memakan bakso seperti orang kelaparan.Khlor menahan tawa, saat melihat Natrium meniup bibirnya sendiri karena kepedasan.
"Air May, pedas, fuhhhh, fuuuh!"
Bianca yang melihat hal itu memberikan tatapan tidak suka. Khlor tidak pernah tersenyum saat bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaCl(Natrium Khlorida)--END( REVISI)
Teen Fiction"Natrium kamu mau jadi pacar saya?" Mata Natrium membelak sempurnah saat Khlor menembaknya di kantin sekolah. Ia bahkan terbatuk kuah bakso yang sangat pedas. Khlor masih berdiri dengan gaya cool di samping meja tempat Natrium dan teman-temannya du...