Bab 7. Satu Pukulan

726 127 0
                                    

Setelah aksi kejar-mengejar di jalanan kompleks rumah mereka, pada akhirnya Natrium disidang di ruang tamu. Wajah Natrium seperti tikus yang basa karena terkena hujan. Natrium merasa bundanya terlalu banyak bicara, sejak tadi tidak berhenti mengomel. Setelah diomeli habis-habisan, Natrium merasa sang bunda sangat jahat. Ia harus menerima kenyataan, jika uang jajannya harus dipotong selama beberapa bulan kedepan. Lebih tepatnya ia tidak akan mendapat uang jajan.

Pernah terlintas dibenak Natrium, jika ia adalah anak angkat, karena sang bunda selalu marah-marah setiap hari jika ia berbuat ulah. Hanya saja wajahnya benar-benar sangat mirip. Teori anak angkat harus dihapus. Untung saja sang ayah lebih menyayangi dan membelanya setiap ia terkena masalah. Hanya saja semalam berbeda, ayah Yoga tidak membantunya sama sekali karena dipelototi sang bunda. Niat awal ingin mogok tidak ke sekolah, tapi kalimat sang bunda membuatnya benar-benar tidak bisa berbuat ulah lagi.

"Ya sudah, kamu mau jadi gembelkan? Ayah ambilin kartu keluarga, biar bunda coret nama anak nakal ini."

Natrium tidak habis pikir, sang bunda terlihat begitu kejam. Sempat ia protes dengan pengurangan uang jajan dan uang transportasinya. Hanya saja ada saja kalimat sakral yang sang bunda keluarkan.

"Jalan kaki aja, biar kamu kapok, sekalian besarin betis kurus kamu."
Natrium memanyunkan bibir menatap sang ayah dengan mata berkaca-kaca, tapi tetap saja ayah Yoga hanya diam tidak bisa membantunya kali ini.

Jika bukan karena Hadi, mungkin pagi ini ia benar-benar akan berjalan kaki ke sekolah. Bukan hanya sekedar kata, tapi sang bunda memang berniat menghukumnya. Ia diberi uang seribu, botol air minum bergambar beruang, dan sebungkus biskuat bergambar harimau. Bakso lezat ibu kantin seakan telah memanggil perutnya. Kali ini ia harus menahan diri untuk tidak makan di kantin. Sejenak ia merasa bersalah karena selalu boros dan tidak menabung. Jika saja ia menyimpan uang, mungkin tidak akan merasa segembel ini.

"Mau ke mana?!" Suara Khlor memecahkan lamunan Natrium di depan kelas mereka.

Natrium mendengus malas, ia memasukkan uang seribu ke dalam saku kemeja, lalu menatap Khlor dengan wajah kesal. Khlor adalah sumber utama kesialan hidupnya. Natriun hendak berbalik dan tidak ingin lagi berurusan dengan Khlor, tapi kalimat selanjutnya dari Khlor membuat langkahnya terhenti.

"Kamu tahu salah satu unsur yang membuat jagung kekurangan nutrisi?"

Natrium berbalik menatap Khlor dengan wajah kesal. Pagi-pagi datang ke depan kelas, hanya untuk menanyakan hal-hal menyebalkan seperti ini.

"Nitrogen. Kondisi awal kekurangan unsur nitrogen adalah tanaman jagung menjadi kerdil, kurus, dan daunnya akan berwarna hijau kekuningan, seperti kamu saat ini, terlihat kerdil, kurus, dan pucat seperti mayat. Ambilah sebagai pemulih energi!"

Mata Natrium membelak sempurnah, terkejut karena Khlor memberi seratus ribu kepadanya. Dua sisi dalam hatinya bergelut. Antara sangat senang menerima dan satunya lagi menolak keras jika uang yang ia terima dari Khlor. Apalagi senyum Khlor kali ini seakan mengejeknya.

"Pria gila."
Natrium meremas uang di tangannya dengan kesal, lalu memberi satu pukulan di sudut bibir Khlor.

Hal itu membuat murid yang tidak jauh dari mereka terkejut. Seorang ketua osis yang sebentar lagi pensiun dari kedudukannya di pukul oleh seorang gadis.

Banyak tatapan sinis dan cibiran diterima Natrium, tapi dirinya masa bodoh.

"Aku gak butuh uang haram ini." Natrium melempar uang itu ke wajah Khlor.

"Bukannya kamu butuh ya? Salah ya kalau aku ngasih?" tanya Khlor sambil menyentuh sudut bibir yang mengeluarkan darah. Natrium benar-benar gadis urakan, ia benar-benar kesal jika tidak bisa mengatur Natrium.

Masa bodoh dengan Khlor, suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Natrium melangkah masuk ke dalam kelas setelah bel istirahat pertama selesai.

"Sayang!" teriak Khlor lagi, membuat murid-murid yang ada di lorong melongo.

Langkah Natrium berhenti, Khlor melangka dengan cepat mendekati Natrium, lalu memasukkan satu lembar uang seratus ke dalam saku baju Natrium.

"Uang jajan!" 
Natrium kebingungan, Khlor menunduk dan berbisik di telinga Natrium.

"Habis kamu di tanganku, mari bermain bersama, bukankah kamu suka bermain!"

Khlor menjauhkan kepalanya dari telinga Natrium, lalu mengelus lembut rambut Natrium dengan senyum misterius.

Anak-anak yang melihat senyum Khlor yang begitu berbeda, merasa yakin jika Natrium akan terkena masalah kali ini, karena berurusan dengan Khlor.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NaCl(Natrium Khlorida)--END( REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang