Bab 6. Gadis Nakal

744 131 1
                                    

Malam ini terasa sangat begitu mencekam, tidak seperti malam-malam sebelumnya. Natrium terus saja mondar-mandir di depan televisi,
Yoga yang sedang menonton televisi menjadi terganggu, ia mengerutkan kening dalam, puteri semata wayangnya terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa sih Nat? Cacingan kamu?" Yoga memilih mengutarakan keresahannya, karena konsentrasi menonton berita jadi terganggu.

"Ayah!" Natrium berlari kecil dengan senyum penuh makna, duduk di sebelahnya lalu bergelantungan manja di lengannya seperti anak monyet.
Yoga menatap bingung Natrium yang aneh.

"Ayah sayang gak sama Natrium?!"
Yoga menatap Natrium dengan penuh curiga. Natrium tidak biasa seperti ini, sejak kapan Natrium manja? Anak gadisnya ini bahkan terlihat sangat jauh dari kata feminim. Dibandingkan dengan anak gadis di kompleks mereka, hanya Natrium yang jarang bersikap manja dan cengeng. Sejak kecil mainanya samsak, laki banget.

Melihat wajah sang ayah yang penuh binar kecurigaan, Natrium tersenyum lebar. Melihat senyum itu, Yoga jadi paham, jika Natrium pasti berbuat ulah.

"Kali ini masalah apa lagi?!" Seakan hafal dengan tabiat Natrium, Yoga diam saja sambil lanjut menonton berita. Natrium pernah nyolong mangganya pak RT, menabrak gerobak tukang sayur dengan sepeda bersama Hadi dua minggu yang lalu dan masih banyak lagi yang lainnya.

"Itu Yah!" Natrium menggaruk rambut yang tiba-tiba saja gatal.

Beberapa detik tidak kunjung mendapat jawaban dari Natrium, Yoga mengalihkan kembali tatapan ke arah Natrium. Tumben saja sang puteri bersikap tidak seperti biasanya.

"Ada apa? Jujur sama ayah."

Mendapat tatapan serius dari Yoga, Natrium gelalapan, tapi dengan keberanian ia memilih jujur.

"Anu, anu itu, itu, itu Yah." Natrium menggaruk rambutnya lagi.

"Anu apa Natrium?"

Yoga menatap bingung Natrium yang begitu risau, sepertinya masalah besar yang Natrium buat. Atau saja Natrium ingin meminta sesuatu.

"Gak apa-apa jujur aja, ayah gak marah kok ayah bakal bantuin kok?"

"Serius Yah? Janji ya?!"
Natrium tersenyum lebar, ada titik terang jika ayahnya bicara seperti ini.

"Gini Yah, sebenarnya, Natrium rusakin bola basket di sekolah. Lalu Natrium harus ganti!"

"Oh itu masalahnya, ya sudah, besok ayah ganti bolanya!"
Natrium memekik senang.

"Benar ya Ayah, jangan bohong ya!"

Yoga hanya menggeleng pelan melihat Natrium menepuk tangan penuh kebahagiaan. Ia mengangkat cangkir dan menyeruputi sisa kopi yang tadi ia minum.

"Ow iya ayah, yang Natrium rusakin itu bola basket lupa mereknya, harganya delapan ratus lebih Yah. Jualnya di......"

Pruuuuufrtt.

Natrium menghentikan kalimatnya, saat melihat sang ayah menyemburkan kopi yang diseruputi.

"APA?" Dua bola mata Yoga membulat sempurnah.

Natrium meringis pelan, ia pikir sang ayah tidak akan terkejut.

"Delapan ratus? Kamu lagi gak bohongin Ayahkan? Orang bola baket di sekolah Ayah Cuman 75 ribu kok," ujar Yoga protes.

Natrium mendesah berat.

"Murah ya Ayah, di sekolah Natrium harga bolanya mahal banget." Natrium menyengir melihat pelototan sang ayah.

Yoga memijat kedua pelipisnya,  pusing memikir ulah Natrium. Sekolah Natrium merupakan sekolah favorite di kota mereka dengan fasilitas mewah karena isinya anak-anak orang kaya. Bunda Natrium sejak dulu punya impian untuk menyekolahkan Natrium di sana.

NaCl(Natrium Khlorida)--END( REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang