EXTRA : NARASI JATUH CINTA KUPU-KUPU - BAGIAN SATU

571 45 14
                                    

Raka Banyu Bhumi itu cuma orang biasa yang kebetulan jadi teman gue semasa SMA. Dari yang awalnya cuman kenalan iseng pas masa MOPD, malah berlanjut ke masalah hati dan cinta-cintaan. Raka itu cuman teman yang kebetulan banget punya kesukaan yang sama kayak gue, cuman teman laki-laki yang doyan mampir ke rumah cuma buat nonton Naruto sambil sok-sokan niru gerakan ninja di anime tersebut. Raka cuman laki-laki yang hobinya dengerin lagu-lagu kesukaan gue dan mengklaim kalau dia langsung suka lagu tersebut sebagai lagu favoritnya.

Tapi Raka yang gue kenal jauh lebih dari itu. Lebih dari yang gue sebutkan tadi. Dia laki-laki yang entah bagaimana bisa membuat gue, Prajna Paramita, jadi suka memperhatikan dia di sisi lapangan bola dengan alibi gue lagi ngelihatin crush gue. Halah, pembohongan publik kalau gue suka sama orang lain. Semua itu cuma kabut tipis supaya orang-orang, terutama Airlangga, nggak tahu kalau gue ini suka sama si Rak Sepatu.

Kabut tipis itu justru makin tebal dan menjerumuskan diri gue sendiri.

Gue nggak tau gimana awalnya gue bisa mulai memperhatikan hal-hal yang Raka lakukan. Semacam cara dia menyisir rambut di kaca depan dekat papan tulis, atau cara dia mengikat tali sepatu, atau bahkan cara dia bikin hari dan hati gue tenang.

"Ta, mau balik sendiri atau bareng? Gue nggak bawa motor. Biasa, naik bus. Eh, tapi gue izin main bola dulu, ya. Ada tanding, nih. Lumayan, kalau menang ditraktir makan di kantin."

Haha. Mau main bola aja make izin ke gue segala.

Nggak tau, deh. Gue nggak ingat kapan pastinya perasaan ini tumbuh. Tau-tau gue udah cemburu nggak jelas. Tiba-tiba merasa tersaingi kalau ada cewek lain yang satu kelompok sama dia. Atau gue yang merasa marah karena dia nggak ngajak gue balik bareng lagi. Tapi yang paling parah, gue pernah merasa tergantikan gara-gara si Raka lagi coba-coba pdkt sama anak kelas sebelah, pake acara sharing playlist. Huhu. Gue kesel. Masalahnya, si Rak Sepatu itu justru ngenalin lagu-lagunya Adhitia Sofyan sama Endah N Rhesa.

Keduanya kan penyanyi favorit gueeeee. Bahkan, Raka juga tau lagu itu ya gara-gara gue.

"Eh, Na, tau nggak? Tadi gue ketemu sama Gata lagi di kantin. Mumpung sepi, ya udah deh gue pdkt. Tau, nggak? Doi suka lagunya Adhitia Sofyan yang After The Rain, anjir. Haha. If only I could find my way to the ocean. I'm already there with you. If somewhere down the line. We will never get to meet."

Nangis nggak lo?!

Tapi yang jelas, perasaan itu semakin tumbuh besar, bercabang, kokoh, dan sukses bikin gue kehilangan akal.

Gue nggak memandang Raka sebagai anak laki-laki cupu yang takut bolos sekolah karena takut gue bilangin ke Bunda, tapi sosok Raka yang bikin gue kehabisan napas pas lagi dibonceng. Gue juga jadi suka senyam-senyum sendiri pas dia mau ngerjain tugas gue, pas dia mau nemenin gue di sisi lapangan karena nggak ikut olahraga karena menstruasi, pas dia ngasih jaketnya ke gue, pas dia muji kalau gue ini cantik, pas dia nepuk-nepuk kepala gue, dan masih banyak yang lainnya.

Semua itu bikin gue hidup. Iya, hidup. Hidup untuk cintanya.

Dangdut banget.

Semenjak ada pepatah kalau laki-laki dan perempuan nggak bisa pure bersahabat, gue mendukung hal tersebut seratus persen. Gue mendukung kalau ada cemburu, api cinta, jantung deg-degan, kehabisan oksigen, di antara persahabatan beda kelamin ini.

Naas, acara jatuh cinta sama sobat pria nggak berbuah manis. Si Rak Sepatu malah suka sama anak kelas sebelah. Suka yang suka banget. Dia suka sama Gayatri, cewek yang doyan banget berkebun alias bersih-bersih halaman depan kelasnya.

Pokoknya, semenjak si Rak Sepatu mengklaim kalau dirinya jatuh cinta setengah mati itu, dia makin gila dan gue makin merana. Raka jadi suka senyam-senyum sendirian. Ngehalu terus kerjaannya. Dia jadi suka cerita ke gue, kayak semacam baju apa yang bakal dia pakai kalau nge-date sama si Gayatri.

Kayak... emangnya nggak bisa gitu ya nggak tebar mimpi nge-date itu ke gue?

Terus, Raka juga jadi suka tebar pesona pakai acara jadi Pemain Terbaik yang Mencetak Gol Terbanyak selama pertandingan antar anak-anak cowok kelas 12. Heboh banget. Pakai acara selebrasi buka baju segala. Dia menikmati momen tersebut. Tapi tiba-tiba dia jadi melow, terus jalan ke arah Gayatri yang kebetulan lagi piket siang.

"Ta, jangan capek-capek, ya? Habis ini kan kita mau main," katanya.

Gue sama Airlangga langsung muntah saat itu juga.

Geli.

Dangdut banget.

Masalahnya, doi jalan dari lapangan ke kelas Gayatri sambil nggak pake baju, Bro! Sinting! Bukan teman gue pokoknya.

Haha. Iya, lah. Status Raka udah berubah jadi gebetan gue, soalnya.

*

"Na, gue jadian sama Gayatri."

Waktu itu gue sama dia baru balik les. Cuaca Jakarta juga lagi panas banget. Kita berdua naik bus kota yang padat. Pokoknya bikin kepala gue pusing tujuh keliling, dan makin pusing gara-gara gue denger apa yang barusan dibilang sama Raka.

Benci banget gue.

Bad day pokoknya.

"Ya, terus? Penting gitu cerita ke gue?" Gue nggak mau merespon lebih lanjut. Selain karena gue menjaga keseimbangan biar nggak jatuh nabrak orang yang lagi duduk, gue nggak mau bahas cinta bersambut yang Raka alamin.

Ada jalan berlubang dan bus kota agak sedikit goyang, membuat badan Raka sedikit condong ke arah gue. Poninya jatuh ke muka gue.

"Penting, dong. Kan lo teman gue."

Teman, katanya.

"Si Angga udah tau?" tanya gue. Dia senyam-senyum nggak jelas. "Loh? Kan Lo sama Airlangga juga temenan, anjing! Kok Lo ceritanya ke gue doang?"

"Ya, nggak papa, Na. Berarti Lo spesial buat gue."

Spesial, katanya.

"Dikira nasi goreng," ucap gue males. Asli, males banget.

Begitu turun di halte, gue lebih dulu jalan di depan dia. Muka gue udah merah banget. Panas dunia sekaligus panas hati.

Cemburu menguras hati dan dompet.

Iya, habis itu gue nongkrong dulu di warung depan komplek. Makan gorengan yang banyak, minumnya es teh Sisri.

Si Rak Sepatu jalan aja terus ke arah rumahnya. Nggak peduli gue sakit hati atau gimana.

Gue benci Raka.

*

Ahaha. Prajna tuh tokoh yang dibikin sedemikian rupa.

Ini extra chapter. Isinya peristiwa jatuh cinta dan patah hati Prajna semasa sekolah. Akan dibagi menjadi beberapa bagian.

Di cerita ini, Prajna dianalogikan oleh Raka itu sebagai seekor lebah dan Gayatri seekor kupu-kupu. Nanti, ada bagian di mana Prajna marah dan menolak disebut Anthopila (lebah) karena menurutnya lebah itu jelek dan dia kepengin dipanggil Rhopalocera (kupu-kupu).

Karena ini dari sudut pandang Prajna, jadi ya sudah. Biarkan dia jadi sosok Kupu-kupu itu.

Itulah kenapa judulnya Narasi Jatuh Cinta Kupu-kupu.

Aku rekomendasikan ke kalian untuk dengerin lagunya Adhitia Sofyan di album Forget Your Plan, karena isi album tersebut ya isi hati Prajna ke Raka.

Narasinya penuh sama peristiwa di sekolah atau bus kota.

Dan tentunya.... Jakarta.

LAMPYRIDAE  [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang