CHAPTER 13

10.9K 569 11
                                    


"Sering-sering mampir kesini ya..."

"Siap mom! Jangan lupa buat makanannya yang banyak."

Ally dan Riana berpelukan, "Nanti mom buat kejunya banyak." Mereka melepas pelukan lalu Ally berpamitan dengan Albert.

"Ditunggu kelanjutannya." Adam menaik turunkan alisnya kepada sepupunya itu lalu mereka melakukan pelukan ala pria.

Ally dan Alec berjalan menuju mobil milik Alec yang terparkir di parkiran. Ally akan membuka pintu mobil namun tangan Alec menghalaunya untuk membuka pintu.

"Aku bukain." Ia membukakan pintu untuknya.

"Kamu kesambet apa sih?" tanyanya penasaran lalu duduk dikursi mobil. Orang yang dia tanya menutup pintu.

Alec memasuki mobilnya dan menyalakan mesin. Ia menatap Ally, "Buku Adam kemarin mengatakan bahwa perempuan menyukai perhatian-perhatian... ya, contohnya tadi."

"Kau tahu? Kau tidak perlu melakukan itu."

"Kau menyukainya." Alec terkekeh.

"Aku mempunyai tangan Al.." wanita itu mendecik. Tingkah sahabatnya itu membuatnya meleleh! Ally mengingat apakah sahabatnya itu pernah melakukan hal seperti itu padanya? Jawabannya tidak. Ia memandang Alec yang sepertinya menuju arahnya.

Badan pria itu menuju ke arahnya. Muka mereka berdekatan dan Ally bisa merasakan napas Alec pada kulitnya, begitu pula Alec. Mata mereka saling berpandangan.

"Apa kau tidak suka aku melakukan hal seperti tadi?" Tangannya mengambil sabuk pengaman dan memasangkannya ke badan Ally yang menahan napasnya. Lalu ia kembali ketempat duduknya.

"Bernapas Al..." tegurnya melihat Ally yang mematung. Ally menghela napas menenangkan jantungnya yang tidak aman. Pria itu menjalankan mobilnya.

"Al, lihat ga ada matahari?" tanya Alec.

"Lihat?" Wanita itu binggung dengan pertanyaan Alec yang sangat random.

"Iya kaya kamu, bersinar cerah...dihatiku." Tanpa sadar Ally memukul lengan Alec.

"Astaga Lec! Kamu kenapa???" paniknya melihat sahabatnya yang jahil tiba-tiba berubah menjadi romantis seperti ini?

"Berusaha untuk peka."

"Kau memang tidak peka!"

Suasana didalam mobil itu menjadi sunyi. Apa ucapannya barusan salah? Ia memperhatikan Alec yang mengangguk. Ia tahu sahabatnya itu sedang berpikir.

"Jadi selama ini aku tidak peka ya?" Alec terus memikirkan perkataan Ally.

"Lec... Nanti jalan yuk?" ajaknya.

"Jalan?" tanyanya memastikan.

"Yes! Aku kan sudah bilang, Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku!"

Alec menangguk mengiyakan perkataannya, "Kita saling berusaha Ally. Tidak lucu jika aku yang jatuh cinta kepadamu. Namun, kau tidak jatuh padaku. Jadi... Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku juga."

Ally mengangguk, Tidak usah berusaha membuatnya jatuh cinta pada Alec. Toh, dia sudah jatuh cinta padanya.

"Jadi? Kita akan melakukan pendekatan mulai hari ini?"

Alec mengangguk, "Ya, mulai dari hari ini." Matanya sesekali menatap mata Ally. Wanita itu memutar lagu supaya suasana di mobil itu tidak sunyi.

"Apa aku harus membuat note pada pagi hari yang ku kirimkan padamu?" seketika pikiran Ally tersambung kesebuah film yang ia sukai.

"Kau menontonnya?"

"Menonton?" Alec terkekeh.

Ally selalu sabar menghadapi sahabatnya yang satu itu, "Sudahlah, antar aku ke rumah ya." Alec menengok ke arahnya.

"Rumah?"

Seakan mengerti yang dimaksud oleh Alec, "Iya, Bajuku banyak yang disana." Memang Ally tinggal di Apartement miliknya sendiri dan sesekali pulang ke rumah orang tuanya. Alasannya pulang kerumah adalah pakaian yang belum pernah ia pakai berada dirumahnya. Tidak ada salahnya bukan ia ingin tampil special untuk malam ini? Walaupun mereka sepertinya hanya akan menghabiskan waktu di mal? Mungkin.

"Siap ibu."

"Aku tidak setua itu pak!"

"..."

"Hey, Lec..." panggilnya.

"Ya?"

Ally menatapnya, "Apakah ada yang tahu rahasiamu selain aku?" tanyanya hati-hati.

"Tidak. Mengapa?" tanya Alec penasaran.

"Aku pikir Adam tahu..." ia menatapnya, "Tidak mungkin bukan?"

Alec berpikir, tingkah sepupunya itu tidak mudah ditebak lalu ia tertawa sendiri mengingat sifatnya yang peduli kepada keluarga.

"Kok ketawa sih?" tanyanya.

"Adam, ia dapat mengetahui apa saja ketika ia mau." Ally menegang, ia kembali mengingat perubahan sikap yang begitu cepat dari sepupu sahabatnya itu.

"Dia hanya seorang penulis buku bukan? Apa ia hacker? Tidak! Apakah ia seorang Mafia!" ia bergidik ngeri membayangkannya. Salahkan imajinasinya yang terlalu berlebihan.

"Tidak... yang bisa ku katakan padamu itu—Ia mengecilkan suara—Penulis bukan pekerjaan utamanya." Ally mendengarkan benar-benar perkataan Alec yang satu itu, "Jangan tegang. Adam memang kepo." Sadar akan perempuan disebelahnya yang tegang.

"Apa dia juga gay?" Alec tertawa keras mendengar pertanyaan Ally yang konyol satu ini. Ia tidak dapat membayangkan sepupunya itu menjadi gay. Terlebih buku-buku yang ia tulis membuatnya seperti Buaya Darat.

"Tidak mungkin!"

"Dia menggodamu tahu."

"Kau terlihat seperti kekasih yang cemburu."

"Memang!"

Mereka berdebat sepanjang perjalanan menuju rumah Ally.

"Aku mampir sebentar?"

"Tidak usah, nanti saja mampirnya"

Setelah sampai, satpam membukakan mereka pintu dan Alec kembali membukakan pintunya.

"Ini si-Ompong kan?" tanyanya.

"Si-Ompong sudah berubah menjadi pria tampan. Aku jemput jam tujuh."

"Kita ke Mall ya! Aku pingin nonton!"

"Siap bu bos!" Ally melambai melihat mobil Alec yang mulai menjauh. Tetapi, kelakuan keduanya tidak luput dari seseorang yang sudah menunggunya didepan pintu.


TBC

21/07/2020

Precious Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang