📼
Anak perempuan itu berlari melewati pepohonan yang berada di pinggir jalan, juga melewati beberapa rumah yang ada disana.
Gaunnya kini terlihat setengah basah, akibat keringat yang bercucuran di tubuhnya. Ini hari ulang tahunnya yang ke-enam, ia seperti merayakannya di tengah jalan.
Tidak! Itu sudah pasti bercanda.
Beberapa jam yang lalu, ia singgah ke sebuah toko kue. Risa sudah membuatkan kue untuknya tetapi rasa dan bentuk kue itu selalu sama setiap tahun.
Jadi Anak perempuan itu bosan, yang kemudian mengutuskan untuk membeli kue secara diam-diam dengan uang dicelengannya.
Ding!
Bunyi lonceng yang berada di atas pintu.
Seorang pelayan datang menyambutnya hangat, "Kamu mau beli yang mana?" Tanya wanita itu sedikit ragu.
Anak perempuan itu menjawab penuh semangat, "Vio mau yang ada green tea!" Kemudian pelayan itu mengambil beberapa kue yang diinginkan oleh Viola.
Memberinya tiga pilihan.
Pilihan pertama dengan buah cherry di atasnya, pilihan kedua bubuk green tea yang ditaburkan dan pilihan terakhir penuh dengan toping green tea di atasnya.
Tentu saja, seperti yang kalian pikirkan. Anak kecil itu memilih kue yang ke tiga. Dengan banyak green tea, dan itu juga yang ia harapkan dari kue ibunya.
"Kue ini harganya tiga ratus ribu dek." Anak kecil itu tertegun mendengar pelayan itu menyebutkan harga.
Viola menjatuhkan celengannya.
benda itu pecah berkeping-keping. Uangnya berserakan mengisi setiap sudut lantai. Kebetulan saja sekarang sedang sepi pengunjung. Tanpa pikir panjang Viola langsung mengutip satu persatu uang koin itu, dan menampungnya dengan gaun.
Tidak terasa sudah satu jam ia habiskan hanya untuk mengutip koin-koin itu.
Setelah terkumpul, Viola memberikan koin itu kepada pelayan toko. "Sekarang apa aku bisa mendapatkan kue itu?" Tanya Viola.
Usai pelayan itu menghitung uang, "Uang kamu kurang empat puluh ribu." Katanya.
Viola murung sebab ia kecewa karena uangnya kurang untuk membeli kue itu. Pelayan toko pun mengutuskan pergi untuk mencuci tangan, sebab tangannya kotor setelah memegangi uang koin yang sudah berkarat.
Alih-alih mengambil uangnya kembali, Viola malah mempunyai sebuah ide.
Viola mengendap-endap mengambil kue itu dan membawa keluar seperti pencuri.
"Eh mau dibawa kemana kuenya!!!" Tiba-tiba wanita itu muncul, lalu kedapatan melihat anak perempuan itu.Sadar jika Viola sudah ketahuan, ia pun berlari diikuti pelayan toko yang berada di belakang Viola.
"Hey kamu! BERHENTI!!!" Teriak wanita itu.
Viola berlari tak tahu tujuan, Hingga ia Membawa pelayan itu menuju jalan rumahnya sendiri.
Sebelum sampai disana, Mendadak dada Viola begitu sesak, mungkin kehabisan oksigen. Viola pun terpaksa memilih berhenti.Pandangannya pun mulai kabur, ia biarkan langkah kakinya menuntunnya ke sebuah rumah putih.
Di perkarangan rumah itu terdapat tanaman hias yang sangat bervariasi.
Ia pun mengutuskan untuk bersembunyi di salah satu tanaman yang berada disana."Kau siapa?!" Tanya anak lelaki yang tahu-tahunya muncul dihadapan Viola.
Anak lelaki itu memakai baju kaos lengan pendek berwarna biru, dia tampak begitu kotor karena tubuhnya dipenuhi lumpur.
"Hei!" Panggilnya lagi karena kesal tidak menjawab pertanyaannya.
Viola mengancungkan jari telunjuknya, lalu menempelkannya ke bibir.
"Suuuutt, jangan ngomong nanti aku ketahuan!" Viola menarik anak lelaki itu untuk ikut bersembunyi di sampingnya.
"Pencur—" Viola langsung Menutup mulut dengan permen dan menjewer telinga Anak lekaki itu geram.
"Akukan sudah bilang, jangan ngomong!"
Beberapa detik kemudian, Pelayan toko itu muncul disekitar rumah. Ia berada di depan pagar dan tampak begitu bingung, sebab Viola hilang dari pandangannya.
sebenarnya Viola tidak ingin melakukan hal seperti ini. Tapi, ia tertarik dengan kue itu. Lagi pula, Viola sudah membayarnya walaupun kurang empat puluh ribu.
Pelayan toko itu mengabaikan rumah yang berada di depannya. Mengetahui hal itu, Viola pun segera pergi dari rumah itu meninggalkannya. Baru beberapa langkah saja Viola berjalan, anak lelaki itu meneriakinya. "Dasar pencuri!"
Tidak terima dengan pernyataan itu, Viola menjawab dengan tegas. "AKU BUKAN PENCURI!!!" Viola mulai merengek.
Galih menghampirinya. "Cengeng!"
anak lelaki itu mendorongnya hingga membuat Viola tersungkur ke tanah. Mendengar ada keributan di rumahnya, Lia menghampiri mereka.
Ia terkejut mendapati Viola terbaring di tanah dengan kuenya yang ikut jatuh bersamanya, gaunnya juga menjadi korban, "Gara-gara kamu! kueku jadi hancur!"
Wanita itu membantu Viola berdiri, sembari membersihkan gaun Viola dari cream kue.
Hatinya teriris melihat kue itu sudah tercampur dengan tanah, "Gak apa-apa sayang, tante ada kue rasa teh hijau juga."
Viola mengukir senyum tipis dibibirnya.
Usai menenangkan Viola, Lia membuka mulutnya bertanya. "Kamu tinggal dimana nak?" Ia menunjuk deretan rumah yang ke lima.Anak perempuan itu menoleh, "Tante! hari ini ulang tahunku yang ke-enam!" Viola bersemangat.
Wanita itu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, tante akan masakkin kamu makanan yang banyak, kamu mau?" Viola mengangguk cepat.
Semua orang memakai topi kerucut, Galih juga memakainya walaupun dari raut wajahnya ada sebuah keterpaksaan.
"Kado kamu mana Galih?" Tanya ibunya.
Galih membuang mukanya, "Udah! Tadi aku dorong dia. Itu hadiahnya..."
📼
Terima kasih sudah membaca....
Gimana untuk bagian ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Boys: V
Teen FictionGalih sudah berada dibawah tekanan batin orang tuanya sejak berumur lima tahun. Fisik dan mental anak lelaki itu ikut menjadi korban kekerasan rumah tangga mereka, sampai Viola datang untuk menariknya pergi dari kehidupan toxic itu. Tapi, siapa sang...