Album

22 6 0
                                    

 📼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


📼

Lelaki itu menenggelamkan wajahnya di bak mandi, seakan-akan menyenbunyikan air matanya disana.

Napasnya mulai tersenggal-senggal, sebab tidak ada oksigen yang masuk ke dalam paru-parunya. Sesekali ia mendonggakan kepalanya ke atas, menghirup udara selama dua detik.

Tok! Tok!

"Makan dulu Al..." Ujar wanita paruh baya itu dari balik pintu.

Aldran tidak menjawabnya, "Aldran! Dengerin mama!" Anna mulai meninggikan nada bicaranya.

Aldran mendongakkan kepalanya, "Kamu memanggil namaku saja sudah bikin aku muak apalagi mendengarkanmu."

Anna menghela napas berat, "Al! Mama lakuin itu biar kamu sadar!" Ia menengaskan kalimat terakhir.

Lelaki itu tertawa puas, "HAHAHA!"

Tiba-tiba berhenti dan berkata, "Sadar?! Sadar jika nanti anakmu di penjara?!"

Aldran menarik gagang pintu, lalu menatap tajam kearah wanita itu. "Aku tahu! Harta tidak sebanding di matamu, uang denda lima puluh juta memang bisa dibayar, tapi! Bagi temanku itu hal sulit. Kamu ingin membuat keluarganya sesulit apa lagi?!" Lelaki itu membentak ibunya.

Anna menggenggam tangan Aldran, "Dengerin dulu, mama gak tahu kalau Galih ketangkap..."

Ia melepaskan genggaman tangan ibunya, "Ini sudah di dalam rencanamu. Kamu bahkan tahu Galih tidak ingin aku masuk ke sana dan ia rela menjadi pelakunya!"

Aldran kembali masuk ke dalam toilet, mematikan keran air, lalu berjalan keluar meninggalkan wanita itu dengan wajah yang basah.

Lelaki itu keluar dan menghidupkan mesin motornya, tidak peduli dengan pakaiannya yang begitu basah.

Aldran sangat kecewa, ah bukan lagi. Sangat menyesali terlahir dari rahim wanita jalang itu.

Anna hanya memikirkan sosial dan kasta, tidak ada kesalahan saat anak tunggalnya itu berteman dengan Galih. Bahkan saat ia mengenal Galih, ia seperti bertemu jati dirinya.

Galih sudah ia anggap sebagai adiknya, mereka begitu cocok. Hal-hal yang mereka pikirkan pasti sejalan, berbeda dengan Wanita itu mereka cenderung bertolak belakang.

Anna berlari menyusul lelaki itu, "Aldran!" Panggilnya dengan tegas.

Terlambat, Aldran sudah pergi meninggalkan wanita itu.

Shadow Boys: VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang