📼
Sore itu mulai mendung, petir pun mulai menyambar. Rintik-rintik air mulai jatuh dari langit. Viola beranjak pergi meninggalkan pohon itu.
Ia pun sampai di rumahnya dengan keadaan baju yang sudah basah kuyup. mendengar Viola menggedor pintu, Risa yang berada di dapur, langsung menghampiri putrinya.
Wanita itu membuka pintu dan terkejut melihat Viola yang sudah basah kuyup, "Vio! Udah tahu hujan kamu malah gak pulang!" Omelnya.
Risa melihat tubuh putrinya menggigil, Ia pun spontan mengambil handuk kecil di lemari. Lalu mengelap tubuh Viola, kemudian menempelkan tangannya di kening Putrinya.
"Astaga! Kamu demam Viola." Ujar Risa yang bergegas mengganti pakaian Viola, lalu mengompres keningnya dengan air hangat.
Tiga hari Viola mengurung diri dikamarnya, Galih tidak segan-segan datang dan menemaninya.
Galih duduk di salah satu kursi di kamar Viola dan melihat Anak perempuan itu dari kejauhan.
Matanya tak kunjung terbuka, sepertinya ia benar-benar kelelahan. Di samping itu Galih hanya mondar-mandir memutari kamar Viola dan bermain sendiri dengan bayang-bayangan di dinding.
Galih bosan tapi ia betah disana.
"Kalau capek baring disebelahku," tiba-tiba Viola angkat bicara.
Galih menggelengkan kepalanya, "Gak! Nanti penyakitnya pindah."
Ia menghela napas, "Yasudah..." lalu membelakangi Galih.
Beberapa minggu setelah itu, Galih mengajak Viola mengunjungi festival. Ia juga menggenggam begitu banyak tiket ditangan mungilnya, Anak perempuan itu mengetahui jika Galih memiliki tiket sebanyak itu.
Saat mereka sudah sampai disana, ternyata ada pengumuman yang menginformasikan,
anak yang berada di bawah usia sepuluh tahun wajib ditemani orang tua.
Galih menolak Viola untuk pergi bersama orang tuanya, padahal sebelum itu Viola sudah mengajak Ibunya.
Lagi pula, festival ini jaraknya tidak jauh dari rumah mereka.
Setelah cukup puas mencoba berbagai permainan yang hanya boleh mereka naiki, Galih mengajaknya membeli permen kapas.
"Dua ya Pak," Pinta Viola.
Ditengah proses pembuatan permen itu, Galih pergi begitu saja meninggalkannya sendirian. Viola pikir ia pergi ke toilet, ia juga tidak ambil pusing karena anak perempuan itu tahu jalan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Boys: V
Teen FictionGalih sudah berada dibawah tekanan batin orang tuanya sejak berumur lima tahun. Fisik dan mental anak lelaki itu ikut menjadi korban kekerasan rumah tangga mereka, sampai Viola datang untuk menariknya pergi dari kehidupan toxic itu. Tapi, siapa sang...