Adel
Sedari pagi Hujan deras mengguyur kota jakarta, hari ini tepat empat bulan ayah ku pergi bertugas untuk mengapdi negara.
Aku sendiri masih terbaring di ranjang ku yang nyaman tidak ada niatan sedikitpun untuk beranjak dari tempat nyaman itu, dari ranjang ku dapat aku lihat rintik air hujan yang berlomba lomba jatuh ke atas tanah.
Dan juga rintik air hujan yang mengembun di kaca kamarku.
Drtttt
Suara nyaring ponsel ku menyadarkanku dari lamunanku, nama ayah ku terpampang jelas di layar ponsel ku.
"Hey baby, how are you?."
Hal pertama yang aku dengar adalah Suara serak berat milik ayahku menyapaku.
"Ya, aku baik. Bagaimana dengan ayah?." Ucapku
"Apa ada masalah?."
Benar, Ayahku menyadari suaraku yang terdengar dingin bukan tanpa alasan aku hanya sedikit kecewa pada nya setelah sekian lama ayah pergi, baru kalau ini ia mengubungi ku anggap lah aku egois.
Aku benar benar membutuhkan kehadiran seorang ayah yang selalu ada di samping ku mendukunku jika aku dalam keadaan sulit seperti anak - anak lainya yang membutuhkan perhatian orang tua, pasti kalian bertanya di mana ibu ku sekarang?, Ibuku telah bahagia jauh di sana meninggalku dan ayaku.
Aku tidak ingin menceritakan mengapa ibuku pergi secepat itu, bukan karena aku malas tapi aku hanya sedanga mencoba untuk menutupi bekas luka lama dari sekian luka - luka lainnya.
"Tidak ada"
Dapat ku dengar dengan jelas helaan nafas kasar dari nya.
Aku memilih menyimpan nya sendiri semua beban yang selama ini benar - benar menggangguku.
"Jaga dirimu baik-baik, Ayah tidak bisa bicara lama padamu sayang, ayah masih banyak pekerjaan."
Setelah ayahku mendengarku mengguman untuk membalas ucapannya ia langsung memutuskan panggilan sepihak meninggalkan ku dengan kesunyian ya beberapa tahun terakhir menemaniku.
.....
Siapa yang tidak bahagia ketika kita bisa sekolah di sekolah favorit kita??,
Itu adalah sebagai besar opsi yang pernah aku dengar tapi sayang nya aku menyangkal opsi itu aku tidak bahagia nyatanya sekolah yang dulunya aku bangga bangga kan ternyata tidak jauh dari kata neraka.Menggunjing sana sini membicarakan hal hal yang mereka sendiri tidak yakin akan kebenarannya.
"Lihat aku kagum padanya, dia bahkan bisa terhindar dari hukuman."
"Ya jelas bapak nya aja perwira, tentu saja anaknya ga kalah di siplin seperti ayahnya."
"Ayahnya benar benar menolong nama baiknya"
Salah satu ucapan bab* betina yang biasa aku dengar setiap paginya, selalu seperti itu aku benci, benci ketika usahaku untuk melakukan yang terbaik tapi selaku ada sangkalan "ayahnya aja seorang perwira". Tidak ada kah kata kata yang bisa menghargai kerja keras ku.
Cuma 393 kata doang cuma mau coba coba aja siapa tau ad yang suka.
Jangan lupa vote and coment

KAMU SEDANG MEMBACA
Whay Dad!
Kısa HikayeAdel Mempunyai ayah seorang perwira itu tidak mudah, merelakan ia yang pergi jauh untuk mengapdi pada negara merelakan waktu, tenaga, dan berusaha sebisa mungkin untuk menyembunyikan rasa rinduku terhadapnya. Sungguh itu tidak mudah aku ingin berter...