9. Beban Yang Sama

227 60 18
                                    

Pagi hari di sekolah, seperti biasa, aku sudah duduk di kursi, membuka buku pelajaran, membaca beberapa materi yang tersaji di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari di sekolah, seperti biasa, aku sudah duduk di kursi, membuka buku pelajaran, membaca beberapa materi yang tersaji di sana. Jam pertama nanti, aku ada ulangan, dan aku belum belajar sama sekali. Jadi, aku harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

"Renjun." Suara bisikan di telinga membuat bulu kudukku berdiri. Aku sangat mengenal suara ini, pasti Felix. Sosok hantu yang terus mengganggu setiap acara belajarku.

"Apa sih, Lix?" Fokusku teralihkan dari buku, memilih melihat Felix yang tengah tersenyum bahagia.

"Kamu tahu kan kalau di kelas ini ada yang sepertimu juga?" tanya Felix dengan nada semangat. Terlihat jelas di wajahnya bahwa hantu itu sangat bahagia.

"Ya terus?" Aku menanggapi Felix acuh tak acuh.

"Dia perempuan loh, apa kamu tidak ingin berteman dengannya? Sepertinya dia baik." Felix menaruh telunjuk di dagu, gestur berpikir.

Aku mengangkat bahu, kembali memfokuskan diri ke buku. "Aku sudah berteman dengannya beberapa hari lalu,jadi tidak perlu membahasnya lagi."

"Ahh kamu tidak asik Renjun." Felix menggerutu, lalu menghilang begitu saja dari pandanganku.

Syukurlah hantu itu sudah pergi, saat ini aku benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapapun, mau itu manusia atau hantu.

Sekitar tiga puluh menit belajar, satu per satu murid mulai memasuki kelas, mereka sama sekali tidak merasa aneh melihatku sudah duduk manis di bangku dan belajar. Karena hal itu memang sudah biasa. Aku selalu menjadi orang yang datang pertama di kelas, tidak peduli hari apapun. Cuma aku saja yang terlalu rajin untuk datang ke sekolah.

Aku menopang dagu, mataku mulai terasa panas dan berair, melihat deretan angka dan huruf di buku paket matematika rasanya seperti otakku akan pecah.

"Huftt." Kepalaku jatuh ke atas meja, terlungkup begitu saja tanpa berusaha untuk diangkat kembali. Aku lelah sekali, rasanya ingin istirahat, dan aku butuh tidur, bukannya malah belajar untuk ulangan.

Seandainya aku memiliki satu hari penuh untuk istirahat, maka aku akan memanfaatkan hari itu untuk tidur sepuasnya.

"Hai Renjun."

Kepalaku terangkat begitu mendengar suara perempuan memanggil. Dalam hati sudah kesal sendiri, kalau saja yang manggil ini si kembar dari toilet, aku akan langsung memarahi mereka yang sudah mengganggu waktu tenangku.

Namun, aku menelan kembali semua amarah ketika mendapati Ryujin berdiri di samping meja dengan tangan melambai dan senyum mengembang.

"Boleh aku duduk di sampingmu? Aku lihat tidak ada yang duduk di sana sejak kemarin."

"Huh?" Aku menoleh ke kanan kiri, memeriksa teman sekelasku yang mungkin saja sedang memperhatikan interaksiku dengan Ryujin.

Ternyata benar, beberapa dari mereka mulai berbisik sambil melihat ke arahku dan Ryujin, tak segan-segan mereka menunjuk padaku dengan tatapan tak suka.

The 7th Sense | HRJ x You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang