20. Meja Nomor Sembilan

167 50 4
                                    

Di malam hari pengunjung cafe sangat jarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di malam hari pengunjung cafe sangat jarang. Hanya ada beberapa orang yang datang ke cafe untuk menikmati kopi atau melakukan hal lain. Seperti mereka yang tidak punya tujuan di malam hari tapi terlalu bosan kalau harus berdiam diri di rumah. Cafe adalah alternatif paling baik dibandingkan menghabiskan waktu sendiri dalam sepi.

Aku merasa bersyukur bisa menjadi salah satu dari mereka yang memilih menghabiskan waktu malam di luar rumah dibandingkan tidur dengan segala pikiran menumpuk. Bedanya,mereka ke cafe untuk bersantai sedangkan aku bekerja.

Aku sih tidak masalah, asalkan berada jauh dari rumah supaya bisa menenangkan pikiran.

"Renjun, meja nomor sembilan ya. Americano satu." Jaehyun hyung memberi tahu pesanan pelayan padaku yang sedang berdiri di balik mesin kopi.

Aku mengacungkan ibu jari. Segera kubuat americano pesanan pelanggan.

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyiapkan pesanan pelanggan.

Aku berjalan pelan menuju meja nomor sembilan. Tempat dimana seorang laki-laki tengah duduk terdiam seraya melihat ke luar kaca jendela cafe.

Langkahku terhenti ketika merasa hawa dingin menerpa kulit, membuat bulu kudukku berdiri. Aneh. Aku merasa seperti ada sesuatu di sini. Sesuatu yang tidak baik.

Kutolehkan kepala ke kanan kiri, memindai sekeliling untuk memastikan tidak ada sosok apapun yang membahayakan di sekitar.

Setelah memastikan tidak ada apapun, aku kembali berjalan menuju meja nomor sembilan. Segelas americano kutaruh di atas meja. Berusaha tidak menimbulkan keributan karena takut mengganggu pelanggan yang sedang termenung sendirian.

Aku melirik pelanggan di meja nomor sembilan. Memperhatikan wajah serta aura yang keluar dari tubuhnya.

Tak disangka, pelanggan itu balik menatapku. Matanya melotot tajam. Entah efek cahaya atau aku yang salah lihat. Mata pelanggan itu berubah menjadi merah dalam satu detik.

Aku sempat tersentak kaget dan memundurkan langkah, takut-takut melihat ke arahnya lagi. Namun yang kudapati di detik berikutnya adalah sebuah senyuman tulus. Pelanggan itu tersenyum padaku seraya mengucapkan terima kasih.

Aku bergegas mengangguk, lantas pergi dari sana untuk menghindar. Entahlah, aku merasa ada yang tidak beres dengan pelanggan itu.

Kembali ke balik mesin kopi. Aku berdiri di sana, memandangi meja nomor sembilan dari jauh.

"Hei, Huang."

Tubuhku terkesiap saat sebuah suara menyapaku riang.

"Astaga hyung, bisa tidak jangan mengagetkanku." Aku mengusap dada. Kaget dengan kedatangan Mark yang tiba-tiba.

Hantu Mark tertawa kencang. Senang sekali dia menertawaiku. "Wajah kagetmu lucu sekali." Mark lanjut tertawa.

Aku menggeleng tidak mengerti. Sifat hantu Mark selalu begini. Menyebalkan di setiap waktu.

The 7th Sense | HRJ x You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang