2. Kepala domba

44 9 4
                                        

Langkah Lifia terhenti ketika mendapati sebuah kertas tertempel di depan pintu rumahnya yang tertutup.

Fia, gak lupa kan hari ini mbk pulang lebih sore? Kunci rumah mbk gantung di resliting tas kamu.
Selamat istirahat, sayang:v

Senyum gadis itu merekah, dengan segera ia menyimpan surat tersebut dan meraih kunci di resliting tasnya--yang mana juga terdapat mainan kunci berbentuk kepala domba tercantel disana.

Lambang taurus? Gumamnya senang sembari memasuki rumahnya yang bernuasa biru muda.

***

Malamnya saat Ayu tengah sibuk di meja kerjanya, Fia datang membawa cantelan taurus tersebut.

"Kakak beli cantelan gini, dimana?" tanyanya sambil memegang ujung cantelan dan menggoyang-goyangkan mainan kunci kepala domba tersebut.

"Itu apa?" dahi Ayu berkedut, tangannya berhenti menulis centang pada buku tugas murid-muridnya.

"Idih kakak sok lupa. Ya, ini gantungan kunci lambang taurus yang kakak cantelin di kunci rumah."

"Enggak kok,"

Fia terdiam sesaat, pikirannya berkelana. Berusaha mengingat hal apa saja yang ia lakukan bersama teman-temannya selama di sekolah tadi siang.

"Punya teman Fia, mungkin?"

"Kayak nya gak ada kak. Tapi gak tau deh kalau memang ada, besok biar Fia tanyain dulu ke mereka." ujar gadis itu sembari melemparkan senyum manis kepada Ayu yang ikut tersenyum padanya.

"Yaudah tidur sana, udah jam sembilan malam lho. Entar kalau kesiangan gimana?"

"Oke, night kk..."

"Too sayang," balas Ayu sebelum akhirnya kembali sibuk pada pekerjaannya, dan Fia menutup pintu kamarnya.

***

Satu minggu ini nama Lifia cukup menjadi bual-bualan seantero sekolah. Selain karena status murid barunya, gadis itu juga terpilih menjadi salah satu peserta perkemahan kwartir ranting dua minggu mendatang.

"Fi ada yang salam, Messi. Kakak kelas dua belas--"

"What, wakil ketua osis Fi salam sama lo?" potong Billa histeris, membuat Eca yang tak suka omongannya dipotong memutar bola mata malas lalu duduk di samping Fia.

"Itu cuma salam Bil, gak lebih."

"Iya tapi Fi lo bayangi deh, wakil ketua osis, tampan, pintar, tajir, cuma dia satu-satunya yang dibolehi bawa mobil. Satu parkiran guru lagi, wah hebat banget kan?" Billa si mungil berambut pendek itu sibuk membayangi kegantengan Messi, namun berhenti berbicara ketika melihat Lifia sibuk memainkan cantelan kepala domba berwarna biru dongker.

"Fi, itu??"

***

1 SemesterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang