9. Dibalik kronologi

19 6 0
                                    

Setelah mengetahui bahwa Lifia izin tidak mengikuti rapat persiapan lomba Kwartir rating hari ini disebabkan sakit, tanpa pikir panjang Adib pun bergegas menuju ruang unit kesehatan sekolah. Napasnya terengah seketika berada di pintu masuk, namun mendadak jantung nya berhenti berdetak sebab dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Messi memijit dahi Lifia.

"Kak Adib," gumam Lifia ketika menyadari kehadiran Adib, Messi memandang ke arah pintu masuk.

"Sorry, kirain ga ada orang," ujarnya berbohong, dengan perasaan tak baik-baik saja ia tinggalkan ruangan  UKS itu secepatnya.

Hening, suasana canggung mendadak meliputi ruangan tersebut, kepala Lifia mendadak mati rasa, rasa sakit yang tadi menusuk kepala kini menjalar menuju hatinya. Lifia sebenarnya juga bingung kenapa Adib suka berlaku aneh padanya, namun lebih aneh rasanya jika tiba-tiba saja ada rindu yang melintas setiap dia teringat Adibya.

***

Bel pulang berdering, Lifia sudah kembali ke kelas 2 jam sebelumnya, dengan artian gadis itu pulang langsung dari kelas tanpa perlu drama diantar Messi lalu menjadi sorotan seantero sekolah.

"Bunda gue udah di depan Fi, pokoknya gak boleh nolak lo gue antar sama Bunda sampai rumah, titik!" Ujar Nabilla gadis berwajah mungil itu--untuk kesekian kalinya.

"Iya bawel," balas Lifia sambil melangkah beriringan dengan kedua sahabatnya.

"Fi,"

...

***

Adib turun dari kelasnya, berjalan secepat mungkin hendak menghampiri Lifia. Pria itu tak lupa pada janji nya ingin mengantarkan Lifia pulang. Namun belum sempat kakinya menginjak ujung tangga suara serak basah khas Messi lebih dulu mengetuk gendang telinganya.

"Fi, aku antar ya?" Kalimat itu? Kalimat yang membuat Adib mengurungkan niat baiknya. Kalimat yang akhirnya memutuskan Adib untuk pulang jam 5 sore saja karena ada yang hendak ia urus untuk kepanitiaan lomba besok.

"Gak usah repot-repot kak, Fia udah dijemput Kok sama bundanya Billa." Oca yang menjawab.

"Oh gitu, ya deh. Lain kali, oke?"

Lifia hanya tersenyum, enggan memberi jawaban dibiarkan nya Messi pulang terlebih dulu.

***

"Kok bisa sih dek gara-gara masalah cowok diributin gitu, emang kamu suka sama mantannya?"

"Ya gak lah kak," sangkal Lifia pada perkataan Ayu barusan, meski disangkalnya dengan cepat tapi Lifia tetap menggunakan nada bicara beroktaf rendah. Sebagaimana setiap Ayu berbicara, itu pula yang Lifia praktikan. Wanita taat ibadah lagi lemah lembut itu begitu layak dijadikan panutan adik-adiknya, Lifia sebagai anak ketiga dengan Ayu sebagai anak pertama, Dafa anak kedua dan Reza adik kesayangannya. Sayangnya mereka tak serumah dikarenakan Ayu harus melanjutkan karirnya sebagai guru sekolah dasar di ibu kota, dan cita-cita Lifia bersekolah di SMA ternama.

"Apa perlu kakak yang bilang sama Bu Sekar supaya siapa tadi namanya?" Sekar yang Ayu maksud adalah teman kuliahnya yang kebetulan mengajar di sekolah Lifia.

"Mawar," sambung Fia.

"Nah, supaya Mawar sama mantannya itu gak ganggu Fia lagi?"

"Gak usah deh kak, Fia kan udah gede pasti bisa kok ngatasi masalah nya," ucap gadis itu sembari melahap donat terakhir yang sengaja dibelikan Ayu sepulang mengajar.

"I proud of you," gadis bermata sipit dengan hidung mancung dan bibir kecil itu melebarkan kedua lengannya. Membuat Lifia sebagai jelmahan sempurna dari Ayu ikut luruh kepelukan kakaknya.

***

Upacara menyambut Hari kelahiran Pancasila kini sudah didepan mata, barisan siswa-siswi tersusun dengan rapi, beberapa pasukan pengibar bendera sudah siap dibelakang sana, dan anggota drumband yang tampak gagah memegang masing-masing alatnya. Lifia mengamati sekitar nya dan tak sengaja mendapati Mawar yang berjalan dari parkir dengan baju 'kebesarannya'.

"Gitapati telat, gimana sih? Kita ngareti waktu upacara cuma demi kamu," Gerutu Ibu Naomi guru olahraga sekaligus salah satu pelatih senior drumband di sekolah. Lifia menelan ludah, gadis bertubuh tinggi semampai itu begitu bertalenta dan high class. Wajah bak Cleopatra itu benar-benar mampu menjadi sorotan, Billa bilang Mawar dan Adib pernah menjadi pasangan termanis selama satu tahun yang lalu, cara Adib menyatakan cintanya pun secara langsung.  Meski Mawar adik kelas tapi kesetiaan Adib tak perlu diragukan, tak ada yang berniat menyaingi Mawar apa lagi berniat menghancurkan hubungan mereka, hubungan mereka begitu manis, diiming-imingkan seantero sekolah sampai pada akhirnya Mawar berkhianat dan hubungan itu usai satu minggu yang lalu.

"Jangan insecure gitu lah Fi, kak Adib tetap mau kok sama lo," Billa menyenggol siku gadis itu.

"Ih apaan sih,"

"Tuh lo liatin Mawar sampe ujung mata mau lepas,"

"Gak kok, cuma ngerasa wajar aja Mawar marah sama aku. Walaupun diputusin kak Adib libur semester dan diiyain sama Mawar satu minggu  kemarin tetap aja kan sebelumnya sepihak?"

"Ya gak lah itu kan memang hak kak Adib mau mutusin apa gak,"

"Dianya aja yang rugi kehilangan famous sekolah," sambung Oca--gadis berhidung bangir itu menguatkan argumen Billa.

Ya memang benar, Mawar menduakan Adibya dengan seorang ketua OSIS dari SMA terdekat. Bahkan gadis itu pernah dijemput langsung oleh pacar barunya di depan gerbang sekolah, membuat seseantero sekolah heboh dan Adib menjadi sosok paling dingin hingga semester genap berakhir. Adib sudah memberi ultimatum untuk Mawar namun karena tak ada satu pun respon dari mawarnya SMA terfavorit itu, hubungan itu Adib selesaikan secara sepihak, meski Mawar baru mengiyakan nya satu minggu yang lalu tetap saja bagi Adib semua nya sudah selesai jauh sebelum penerimaan rapor semester genap terlaksana.

"Upacara memperingati hari kelahiran Pancasila, Kamis 1 Juni 2017,"  mendengarnya mendadak Lifia, Nabilla, dan Oca menghentikan perbincangan mereka. Suara bak seruan lebah itu lenyap ditelan suara lantang MC perwakilan dari kelas 10Ipa-2. Upacara pun berlangsung.

***

1 SemesterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang