10. Roller coaster

34 4 0
                                    

Beberapa pionering sudah tersusun rapi di sudut ruangan, berbagai macam alat persiapan seperti kayu bakar, ember, tikar, tenda, dan lain-lainnya ikut memperkuat ketidaksabaran para peserta untuk perlombaan besok. Oca merebahkan kepalanya di ember yang sedikit lebar, matanya terpejam dengan kantuk yang terlihat begitu kentara. Memang begitu letih menjadi pemimpin regu, selain tanggung jawab nya yang besar, berbagai macam persiapan anggota regu juga menjadi tanggung jawab Oca.

Gudang terlihat kian lengang, hanya ada suara musik yang menyala dari ponsel Nabilla, juga suara lembaran kertas demi kertas setiap Lifia membuka lembaran novel yang baru dipinjamnya dari perpustakaan.

"Bill," seru wanita mungil dengan sorot mata tajam bernama Bian tersebut.

"Iya kak?"

"Perlengkapan sudah bersih dan lengkap semua?"

"Siap sudah kak,"

"Oke," balas Pradana itu memberikan centang pada perlengkapan yang sudah terdaftar dibuku agendanya. Lifia hanya memperhatikan sekilas, meski terkesan cuek dan tak pedulian, Bian ternyata begitu peduli terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pantas saja jika sudah ada perlombaan Bian jarang sekali tersenyum mungkin karena gadis itu terlalu banyak memikirkan persiapan nya sehingga orang disekitar nya tak dihiraukan. Dan jika teringat betapa sibuknya seorang Pradana Bian, apa kabar dengan Kirani Adibya? Kenapa 2 hari ini dia hilang seperti di telan bumi. Jangan kan melihat wujudnya, suaranya saja tak sekalipun Lifia dengar dari toa ruangan Pramuka seperti beberapa hari kemarin. Entahlah Lifia kesal saja, jika tadi Billa dipanggil ke ruangannya, kenapa Lifia hanya mendapat serakan berbagai macam kertas di atas meja pria itu? Apa Adib begitu sibuk? Apa dia menghindar? Atau mungkin... Pria itu marah pada Lifia?

Ya Tuhan! Gumam Lifia mendadak berhenti membaca ketika dilihatnya Adib berdiri di ambang pintu sana menghampiri Bian. Baru saja dipikirin sekarang Pria itu sudah ada di depan matanya, Lifia menelan salivanya, mendadak jantungnya berputar layaknya roller coaster yang berputar tanpa ampun. Lifia bingung, fokusnya bukan lagi pada novel yang kini tengah berada di bab konflik, matanya pun mendadak tak mampu bergerak baik ke kiri maupun kanan. Lifia seperti melihat hantu tampan dengan seragam Pramuka yang dilengkapi berpuluh lambang. Jika hantu di ekspetasinya mengenakan putih-putih dengan wajah menyeramkan, maka Adib hantu di depan mata dengan segala kharismatik nya.

"Kak Adib Lifia kangen!"

"Bill," sontak Lifia menepuk paha gadis itu, membuat Adib yang tampak fokus dengan buku yang ada ditangan Bian--menoleh. Deg, kali ini roller coaster itu berhenti tanpa diminta, tatapan Adib yang biasa begitu hangat dan menyenangkan kini terasa dingin melebihi kutub Utara, ada perih yang menyambar hati Lifia dengan cepat. Adib benar-benar tak seperti biasanya, selain tatapan nya yang dingin, pandangan nya pun sekilas. Seolah barusan tak ada orang yang berbicara dan tak pernah terjadi apa-apa diantara dirinya dan Lifia. Memang benar mereka berdua hanya sebatas adik dan kakak kelas. Tapi bukannya kemarin Adib sempat mengantarkan Fia ke kelas dan pulang bersama?

"Aku salah apa Bil?" Bisik Lifia nyaris seperti gumaman pada hatinya, karena begitu pelan dan lemah.
Membuat Billa merasa begitu bersalah. Tak lama setelah beberapa detik kejadian itu Adib pamit dari hadapan Bian. Membuat Lifia semakin tak karuan, dan detak jantungnya melemah. Yang tadinya roller coaster itu mengeluarkan teriakan histeris, kini menyisakan cicitan perih yang melemahkan segala saraf pikir Lifia.

"Maafi gue Fi," ujar Billa merasa begitu bersalah, Lifia tersenyum getir lalu meraih tas sandang nya dan pulang.

***

"Fi maaf banget soal yang kemarin, sumpah gue ga ada niat buat lu kecewa atau--"

"Lapar aku Bil, ngantin yuk?" Potong Lifia sambil lalu menuju kantin yang kebetulan berada didepan mereka. Billa tersenyum, dia tau Lifia tak lagi marah hanya saja gadis itu kini tengah memperbaiki mood-nya.

"Oke," balas Billa, sembari menaruh kresek besar berisi jajan yang akan dibawanya ke perkemahan setengah jam ke depan.

***

Sedikit singkat tapi semoga mampu mengaduk-aduk perasaan kalian teman-teman🤗 Salam,

Prameswariyanti _

1 SemesterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang