The Passion To Love^ Eight

2.8K 138 11
                                    

Sejenak melihat kembali pada dia telah terlelap tidur sebelum perlahan keluar dan menutup pintu, dilihatnya sang anak berjalan mendekat dengan raut wajah khawatir.

"Siapa dia Ris? Pacar kamu? Jika benar cantik sekali dia, Nak."

Tersenyum lembut menuntun Ibunya duduk di sofa ruang keluarga. Memperhatikan Ibunya meletakkan nampan berisikan mangkuk serta segelas air putih telah kosong. Pria itu bernapas lega karena tahu Davyta mau makan hingga habis dan meminum obatnya.

Setelah membawa keluar wanita tersebut dari apartemen bosnya dia membawa Davyta ke dokter dan mendapatkan pemeriksaan juga obat-obatan. Pria itu tidak langsung membawanya pulang ke alamat rumah didapatkan melainkan membawa wanita itu menuju rumahnya sendiri.

"Seseorang yang baru kukenal Ibu."

"Semoga setelah minum obat panas tubuhnya segera menurun, apa telah terjadi sesuatu kepadanya? Kenapa Ibu perhatikan dia seperti mengalami trauma?"

Arris tidak bisa bercerita jujur sepenuhnya karena dia tidak ingin Ibunya menjadi khawatir, lebih parahnya lagi Ibunya akan ikut campur dengan permasalahan telah terjadi.

"Nggak, hanya aja aku memintanya istirahat di sini sampai dia membaik, nggak apa-apa 'kan Bu?"

"Ibu senang jika dia dapat beristirahat di sini."

Melihat jam menunjukkan pukul satu siang Arris berpamitan kepada Ibunya untuk kembali kerja.

"Aku usahakan sebelum jam empat udah pulang."

"Jangan lupa, pulang kerja mampir beli buah-buahan untuknya."

* * * * *

Sekelompok pekerja wanita terlihat menghentikan langkah kaki mereka menyadari bos mereka terlihat memasuki gedung perusahaan. Sama-sama baru selesai jam istirahat dan mereka mulai terlihat heboh sendiri.

"Selamat siang Pak Rei,"

"Siang Pak Rei,"

"Siang Bapak!"

Mengangguk tanpa bersusah payah menoleh apalagi menghentikan langkah kakinya, bos mereka itu tetap fokus berjalan menuju lift. Bukannya marah yang menyapa justru terlihat senang karena dapat menyapa pemilik dari tempat kerja mereka. Sangat tahu senyum itu mahal tapi dibalik semua itu sosok bos mereka adalah orang jenius karena sudah tidak heran lagi semenjak pergantian pemilik perusahaan pria tampan itu sudah mampu menguasai bidang kerjanya. Wajah tampan, pintar, tubuh tinggi atletis, kaya raya dan mempunyai segalanya. Suatu hal dikagumi karena menjadi idaman para wanita dan terpenting informasi terbaru diketahui saat ini adalah bos tampan mereka itu dalam status single. Karena semenjak putus dari kekasihnya dua bulan lalu mereka belum mendapatkan informasi baru kalau bos tampan mereka sudah memiliki kekasih lagi.

"Kayak lagi adain sayembara tau nggak?! Sejak Pak Rei putus dari kekasihnya tuh, banyak wanita mulai gencar dekatin termasuk kita," Ucap salah satu dari mereka penuh tawa.

"Huaaaaaaa, Pak Rei! Dia sempurna kali di mata para wanita! Nggak tahan gue kalo liat dia lewat! Nggak bisa nggak love sama dia!"

"Udah yuk! Asyik ngobrol di lobi nanti kita ditegur atasan lagi, jam istirahat udah selesai buruan balik ke kerjaan masing-masing."

Tertawa mengangguk mereka mulai setengah berlari menuju lift.

Sementara itu Reigran melihat sekilas ke arah meja kerja Arris, pria itu belum kembali semenjak dia memintanya mengusir pergi pelacur sialan itu dari apartemen. Melangkah masuk ke dalam ruang kerja dia mendekati jendela besar untuk melihat suasana kota pada siang hari.

Matanya menangkap map kuning diletakkan di atas meja kerja segera duduk mulai sibuk membaca isinya. Laporan yang dia perintahkan kepada Arris mencari tahu latar belakang kehidupan pelacur telah dia sewa mahal di klub langganan.

* * * * *

"Enak Sayang?"

Davyta mengangguk pelan sampai dia tersedak makanannya sendiri.

"Cantik, jangan menangis."

Ketika sentuhan lembut itu menghapus air matanya membuat Davyta semakin menangis.

"Sini Ibu peluk kamu, Nak."

Tubuhnya dibawa ke dalam pelukan hangat Davyta merasa perasaan senang yang besar. Dia bahkan tidak pernah lagi merasakan pelukan hangat seperti ini semenjak dirinya di adopsi. Rasa takut dirasa seakan menghilang saat berada di sini bersama seseorang baik hati meminta dirinya untuk ikut memanggil Ibu.

"Bagaimana keadaan —" Arris menghentikan perkataan saat menerobos masuk ke dalam kamar tamu di rumahnya.

Sebuah adegan hangat dari pelukan Ibunya terhadap seseorang yang rapuh membuat Arris semakin merasa peduli.

"Lihat Ris, Nak Avy sangat menyukai salad buatan Ibu. Dia mengatakan jika ini adalah kali pertama memakan salad buah."

Tersenyum dan berjalan mendekat Arris duduk ditepi tempat tidur ikut bergabung bersama.

"Aku akan beli banyak buah lagi besok, karena sih cantik ini sangat menyukainya."

"Tentu Sayang, kamu harus beli banyak lagi besok. Karena Ibu akan membuat salad yang banyak, serta usahakan kamu belanja beli buahnya lebih lengkap lagi."

"Oke,"

"Baiklah kalau begitu Ibu tinggal dulu ya, cantik? Hari sudah semakin sore dan Ibu belum mandi."

"Terima kasih,"

"Sama-sama Nak."

Memperhatikan dengan senyum dan melihat Ibunya berlalu keluar, sekarang Arris menatap Davyta dengan sorot mata lembut.

"Saya tidak akan memaksa, tapi saya ingin kamu tinggal di sini sementara hingga tubuh kamu benar pulih, kamu mau bukan?"

Melihat kegelisahan di mata itu Arris tahu apa yang membuat Davyta merasa khawatir.

"Saya udah minta izin pada kedua orang tuamu, bahwa kamu akan menginap di rumah teman tenang saja, mereka sangat setuju."

Wajah itu memilih menunduk dan Arris tahu perkataannya barusan adalah kebohongan belaka. Dia belum pernah datang ke alamat rumah kedua orang tua Davyta tidak akan pernah mau ke sana karena dia sangat tahu, informasi didapatkan adalah betapa Davyta hidup dalam penuh penderitaan sejak lama.

Bagaimana mungkin dia bisa mengabaikan wanita di hadapannya? Terlihat rapuh terlebih saat Arris telah membaca dan mengetahui informasi pribadi dari seorang Davyta Sasiherly. Rasanya ingin memberikan pelajaran kepada siapa pun itu wajib bertanggung jawab. Dia prihatin serta sangat peduli dengan tulus bagaimana mungkin penderitaan Davyta tiada habisnya? Sekarang wanita itu harus mengalami trauma besar yakni diperkosa oleh bosnya. Apa hukuman pantas untuk pendosa seperti Reigran Drew Alexfanders? Jika dia mengetahuinya mungkin detik ini juga dia akan melakukannya menggunakan kedua tangannya sendiri.

*

The Passion To Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang