The Passion To Love^ Two

4.2K 168 11
                                    

Teriakan terdengar bersama dengan pegangan pria itu di tangannya terlepas. Davyta tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada dia berlari menuju pintu masih terbuka tapi sekali lagi dia kalah cepat, tubuhnya digendong dari belakang dan kembali di lempar ke atas tempat tidur.

Tidak ingin menjadi lemah tapi pria bertubuh tinggi di hadapan begitu menakutkan. Sekarang dia mendengar suara pintu di tutup dan suara kunci terdengar.

"Kenapa kau bertingkah seperti ini, cantik? Seperti seorang gadis yang masih perawan."

Menepis kasar tangan itu Davyta berusaha beranjak dari tempat tidur.

"Lepaskan saya! Anda salah orang!"

Tawa itu terdengar bersama pegangan kuat dikedua tangannya membuat Davyta semakin menangis histeris. Mencoba kembali berontak, menendang, memukul, mencakar tapi semua terlihat sia-sia.

"Berhenti bertingkah konyol! Aku membayarmu mahal untuk malam ini!"

"Tidak! Anda salah orang! Sadarlah!" Berteriak dalam tangisnya masih berusaha untuk menjauh.

"Ingin bermain drama, Sayang? Baiklah aku akan bertingkah juga jadi seseorang nggak kenal kamu. Yang main asal cari wanita tidur padahal aku telah mengetahui siapa kamu, wanita paling terbaik disediakan di klub mewah ini."

Tubuhnya berhasil ditarik mendekat dan bibir itu mencium lehernya dia menjadi terisak menangis dalam rasa ketakutan, terlebih pria itu mendorongnya berbaring lalu mengurung cepat dirinya.

"Lepaskan aku! Kau salah orang jadi cepat sadar dari mabukmu! Aku hanya pekerja bagian dapur! Aku bukan wanita seperti itu! Aku nggak mau!"

"Sialan! Bagaimana mungkin dengan pandangan setengah mengabur kau terlihat seksi, Sayang? Nggak sia-sia aku bayar tubuhmu sangat mahal ini, oh! Minuman sialan! Membuatku jadi nggak bisa fokus secara penuh!"

"Kumohon lepaskan aku!"

Tangan itu bekerja cepat membuka kancing kemeja bajunya. Udara dingin langsung menerpa tubuhnya sekarang hanya tertutupi oleh bra.

"Kau menyukai warna biru, Sayang? Sangat seksi dan pas di tubuhmu."

Davyta berusaha melepaskan diri tapi tubuhnya dipegang kuat pria asing di atasnya. Dia menangis suara tangisnya sudah terdengar memenuhi kamar mewah itu, terlebih saat tangan itu dengan cepat melepaskan semua pakaian menutupi tubuhnya menyisahkan bra dan celana dalam saja. Davyta duduk menjauh meraih selimut menutupi tubuhnya dia mulai mencari di mana keberadaan kunci kamar.

"Sudah kubilang! Jangan bertingkah seperti kau seorang gadis perawan! Aku nggak ingin uang aku keluarkan untuk membayarmu mahal! Jadi terbuang sia-sia karena drama bodohmu ini!"

Tubuhnya menggigil ketakutan menatap nanar pria itu sedang melepaskan pakaiannya. Davyta mencari sesuatu bisa dia pertahankan untuk menjaga kehormatannya dari seorang pria sedang mabuk berat, namun sekali lagi tidak menemukan benda apa pun di dekatnya.

"Silahkan dobrak pintunya, Sayang. Itu pun jika kau bisa melakukannya."

"Kumohon cepat sadar ... kamu salah orang ...!"

Pria itu mendekatinya dengan cepat bahkan sebelum dia bisa benar kabur dari sini.

"Layani aku sekarang."

"Nggak mau! Lepaskan aku!" Davyta berontak lalu dia dibawa berbaring dan pria mabuk itu kembali mengurung tubuhnya.

Suara menjijikkan mulai terdengar yang berasal dari bibir itu mencium sepanjang lehernya. Saat Davyta akan berteriak dengan cepat bibirnya dicium kasar Davyta menangis terlebih dia merasakan perih di bibirnya. Sementara tangan itu bekerja membuka kaitan bra-nya melempar bra itu menjauh sebelum meremas kuat payudaranya.

"Sakit ...! Lepaskan aku!"

"Wow Sayang, udah berapa banyak pengalamanmu, hmm? Kenapa tubuhmu masih tetap padat seakan belum disentuh oleh siapa pun? Nggak sia-sia aku keluarkan banyak uang untuk tubuhmu ini."

Kembali berontak dan satu-satunya kain masih bertahan di tubuhnya juga ditarik lepas.

"Kau sangat cantik Sayang, tubuhmu membuatku oh, minuman sialan aku nggak bisa lihat semua ini dengan jelas!"

Davyta terus berteriak histeris terlebih saat sesuatu dengan cepat berusaha memasuki tubuhnya dan itu sangat menyakitkan.

"Kumohon! Sakit sekali! Lepaskan aku!!!!"

"Sial! Kau seperti perawan Sayang, tapi aku sangat menyukainya! Menyukai rasa dari pelacur sepertimu."

Dan ketika Davyta kembali berteriak kesakitan bersama dengan dia merasakan tubuhnya seakan mati rasa. Suaranya menghilang dan sekarang digantikan dengan air mata kesedihan mengalir keluar.

* * * * *

Suara berasal dari getaran ponsel terus mengganggu sejak tadi. Berusaha mengabaikan benda tipis sialan itu ketika semakin berbunyi. Dengan mata terpejam tangannya mencari tapi suara tersebut berasal di lantai dekat tempat tidur. Dengan malas dia membuka mata mengumpulkan fokus lalu menyadari saat ini dia tidak sedang berada di apartemen miliknya.

Getaran itu kembali terdengar beranjak duduk sebelum sedikit meringis sakit memegang kepala, berapa banyak dia minum malam tadi? Mencari di mana keberadaan ponselnya dan melihat ponsel tersebut masih berada dalam saku celana di lantai. Tidak berusaha mengambil benda tipis itu dia mulai mengingat apa yang dilakukannya saat mabuk.

Raut wajahnya tersenyum sinis kegiatan apa dia lakukan malam tadi? Tentu saja tidur dengan salah satu pelacur malam di klub ini. Menoleh ke samping tidak menemukan keberadaan wanita tersebut.

Melihat jam masih menempel di pergelangan tangan ternyata hari sudah beranjak siang. Walau masih ingin melanjutkan tidur namun dia memilih beranjak bangun. Selimut yang dipakainya tertarik dan terjatuh di lantai saat dia meraih pakaiannya berserakan. Berlanjut menuju kamar mandi matanya tidak sengaja menangkap banyaknya bercak darah menempel di atas tempat tidur.

*

The Passion To Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang