The Passion To Love^ Six

3.6K 131 8
                                    

Nyaris jantungan untuk apa dia lihat dengan mata kepalanya sendiri Arris mengikuti Reigran. Pria itu membawa wanita itu keluar menuju ruang kerjanya. Wanita itu tidak sadarkan diri lagi saat tubuhnya akan terjatuh dengan cepat Reigran muncul lalu meraihnya.

"Elo mau apain dia? Lo bisa liat sendiri dia mau akhiri hidupnya saat tau dia bakal ketemu lo lagi tadi. Lo lepasin dia biar gue urus semua lo nggak perlu muncul lagi depan dia."

Memperhatikan wanita itu dibaringkan di sofa sebelum Reigran fokus menatap ke dirinya.

"Bagus. Tanpa gue minta lo bakal tunjuk diri selesaikan hal kayak gini. Pergi cari semua info tentang wanita ini, pastikan info gue mau udah harus ada di meja kerja gue besok pagi."

* * * * *

Satu tamparan keras mengenai wajah seorang wanita baru saja selesai bicara panjang lebar.

"Apa-apaan lo?!"

"Elo yang apa-apaan!"

Kerumunan semakin ramai memenuhi ruang istirahat para pekerja klub, saat mereka menyaksikan sebuah perkelahian antara dua wanita sedang terjadi.

"Ica sudah ya ...? Kamu jangan cari gara-gara sama Bianca dia bukan tandingan kita." Ucap Mira secara khawatir.

"Harusnya ngerti posisi lo sekarang! Lo hanya tukang bersih-bersih tapi berani kali nampar gue!"

"Gue nggak bakal nampar lo! Kalo apa yang lo bilang barusan nggak lukain hati gue! Berani kali lo ngatain Avy pelacur!"

"Udah saatnya dia jadi pelacur karna dia bagian dari pekerja klub ini! Jangan munafik kalo lo juga sama karna nggak ada yang bisa pertahanin virgin mereka kerja di tempat kayak gini. Gue puas nggak datang saat pemesanan gue lakuin berakhir malang karna dia yang kena!" Teriak Bianca penuh tawa.

"Kalian berhenti!"

Ica menerjang tubuh Bianca membuat wanita itu terjatuh menabrak kursi lalu rambutnya dijambak kuat.

"Lepasin gue!"

"Gue nggak bakal lepasin lo yang kayak sampah!"

"Sialan!"

"Elo yang sialan!"

"Sama-sama pelacur! Jadi lo lepasin tangan lo dari rambut gue!"

"Kita emang sama-sama pelacur tapi sorry! Gue jauh lebih punya etika dibanding lo! Cara pandang gue nggak pernah sama kayak lo karna sejak pertama kali Avy nginjakkan kakinya di sini, lo hanya tau liat dia penuh iri iya, kan? Napa? Karna dia banyak yang suka, dia cantik tanpa sepoles make up di wajahnya, dia populer, baik, polos, paling ramah di klub ini. Walau kerjaannya banding kebalik kayak lo tapi banyak yang incar dia sampe berani bayar mahal. Bahkan bayaran lo nggak ada apa-apanya tapi lo harus tau kalo Avy beda dari kita semua gue udah kenal dari awal. Gue tau dia nggak sama kayak kita jadi sialan mulut lo nih berhenti ngejek dia!"

Bianca berusaha mendorong tubuh Ica menyingkir dari atas tubuhnya. Wanita itu tersenyum senang melihat Romi datang menarik Ica menjauh sebelum memberikan satu tamparan keras pada wajah itu.

"Apa yang lo lakuin ke dia?!"

"Bang! Lo nampar gue buat bela wanita sialan ini? Oh! Gue baru tau dia aset utama nih klub, tapi sayang mulutnya nggak pernah di sekolahin!"

"Elo —" Bianca baru saja akan kembali mendekat tapi Romi menarik tangannya dan membawanya menjauh dari keramaian.

Romi membawa Bianca menuju ruang pribadi lalu menatap wanita itu serius.

"Berhenti lakuin hal kayak tadi. Lo wanita dengan bayaran paling mahal di klub ini tapi abis kejadian nimpa Avy, gue yakin lo bakal jadi nomor dua napa? Karna seseorang sebelumnya sewa lo berani bayar mahal tubuhnya saat tau, dia lagi perkosa satu-satunya pekerja wanita masih perawan di sini."

"Maksud lo Bang?"

"Seseorang awalnya niat sewa tubuh lo, serta insiden satu malam di mana Avy berakhir tidur sama dia. Lo bisa bayangin gimana dia begitu nafsu sama seorang perawan? Gue nggak bakal buang kesempatan yang ada Bianca, kesempatan dapetin banyak uang lagi dari dia lalu gue baru ingat kalo tamu kita ini dari kelas atas. Dia suka segala hal privasi dan ini pertama kali dia mau gue kasih pelacur kelas atas yaitu lo tapi sayang bukan? Karna lo nggak datang dan dia malam itu lagi mabuk berat pikir Avy itu lo."

"Berengsek!"

"Ini hidup Bianca, lo nggak bakal pernah bisa lagi pertahanin gelar nomor satu lo di klub ini, kecuali kalo pria itu jadi kayak apa gue mau yaitu beli mahal Avy bakal gue jual cepat."

Bianca tertawa mengejek, "Gue pikir lo simpan rasa sama dia."

"Gue bakal lebih cinta dia lagi saat dia bisa hasilkan uang yang banyak, terutama buat gue dan bos kita pemilik klub ini."

Sejenak melamun sebelum Bianca tertawa senang, "Gue puas Bang! Akhirnya Avy nggak virgin lagi! Dia yang lo incar sejak awal. Lo dan para pekerja klub ini sampe pemilik klub incar dia. Lo nggak bisa bohongi gue lewat omongan lo barusan. Gue nggak yakin lo mau jual dia hanya buat pelanggan setia klub ini yang kaya raya itu. Gadis jelek masih kecil tapi sekarang udah nggak gadis lagi! Image suci melekat ke dia udah pergi so, bilang good bye ke wanita sok suci kayak dia dan lo bakal sedih panjang saat omongan lo nih mungkin jadi nyata. Gue harus bilang ke bos kita kalo dia bisalah untungin kayak apa lo maksud. Hati-hati Bang, saat lo sandiwara seakan lo nggak peduli maka omongan lo jadi doa dan Tuhan cepat kabulin."

"Harusnya gue biarin Ica kelahi sama lo tadi, sampe lo dapat pelajaran berarti atas sikap lo nih buat mood gue rusak."

"Maksud lo?!" Bianca berteriak marah mencoba menghadang Romi tapi pria itu pergi tanpa memedulikan kemarahannya.

"Avy sialan!!!!"

*

The Passion To Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang