Suara teriakan panik memenuhi pengunjung klub ketika mereka menyaksikan langsung sebuah perkelahian sedang terjadi di depan meja bar. Beberapa minuman botol dan gelas berserakan bahkan beberapa lemari kaca besar ikut pecah akibat lemparan. Semua disebabkan oleh dua pekerja laki-laki yang sama-sama bertugas sebagai bartender.
"Bangun lo!"
"Elo nggak bisa pukul gue kayak gini! Itu nggak bakal balikin situasi udah terlanjur jadi!"
Kembali pukulan brutal diarahkan dan tubuhnya ditarik menjauh oleh para penjaga klub.
"Dirga hentikan!"
"Gue mesti hajar dia sampe jera Bang! Jadi lepasin gue!"
"Tapi lo bisa bunuh Romi!"
Menghentikan aksi berontaknya seseorang bernama Dirga sekarang sibuk mengatur napas.
"Ini ada apaan?! Kalian berdua mau dipecat sama bos?!" Teriak salah satu pekerja laki-laki di klub tersebut.
Meludah di hadapan Romi sebelum Dirga berlalu masuk menuju dapur tapi langkah kakinya terhenti saat Ica menghadangnya.
"Bang! Lo nggak apa-apa?" Melihat luka di wajah itu Ica menarik tangan Dirga membawa pria itu menuju belakang klub.
Tiba di sana dia menyuruh Dirga duduk sementara dirinya mulai mengeluarkan sapu tangan.
"Hanya ini bisa gue lakuin buat lo Bang."
"Nggak perlu, makasih."
Menghela napas Ica mengerti rasa amarah dihadapi Dirga karena dia juga sama.
"Romi sialan dia jual Avy ke Rei! Karna lakukan hal kayak gitu gue nggak punya kesempatan, buat miliki Avy secara tulus!"
"Saat kalian suka seseorang yang sama, maka akan ada saatnya salah satu dari kalian terluka atau justru keduanya. Tujuannya tuh biar nggak ada yang bisa miliki. Lo benar Bang, itu gue tangkap dari maksud Bang Romi."
"Romi sialan!" Teriak Dirga menendang benda apa pun ada di hadapan berakhir dengan dia jatuh duduk.
"Gue baru izin beberapa hari ke luar kota, saat gue balik kerja info apa gue dapat? Avy dijual lalu dia dibeli oleh langganan kelas atas klub ini ... dan siapa orangnya? Seseorang sempat gue kagumi karna kekayaan dan kepintaran dia miliki! Tapi abis tau dia ambil seseorang sangat gue cinta gimana perasaan gue sekarang?"
"Bang, gue ngerti gimana perasaan lo ... gue juga marah, benci mau balas ke Bianca sialan itu. Tapi Avy beda dia bukan pelacur di sini, dia masih suci sebelum seseorang lo kenal tuh ambil semuanya. Gue takut Avy bakal alamin trauma atau mungkin dia udah alamin? Karna firasat gue nggak nyaman sekarang takut Avy mulai mikir bunuh diri jadi pilihan terakhir - Bang lo mau ke mana?!"
"Gue harus ketemu Avy!"
"Dengan lo berakhir diusir orang tuanya, yang berengsek itu Bang?!"
"Gue nggak peduli!"
* * * * *
Felysa tersenyum sinis saat baru pulang dari kampus pukul tujuh malam, dia menemukan apa yang tersaji di meja makan ada banyak makanan di masak. Meletakkan kasar botol minuman barusan diambil dalam lemari pendingin lalu berjalan cepat menghampiri seseorang sekarang sibuk mencuci piring.
"Aaaakhh! Sakit!" Teriakan spontan itu terdengar saat dia menjambak kuat rambut tersebut.
"Ke mana aja lo?!"
"Lepas Kak sakit ...!"
Mendengar suara mobil memasuki perkarangan rumah Felysa tahu bahwa kedua orang tuanya sudah pulang kerja. Ini adalah moment tepat untuk memberikan suatu pelajaran.
"Ikut gue ke depan sekarang!"
Membawanya ke depan tanpa memedulikan kesakitan terdengar, matanya menangkap keberadaan Ibu dan Ayahnya berjalan mendekat.
Satu tamparan keras Felysa saksikan saat tangan Ayahnya menampar keras pipi Davyta. Felysa mulai tertawa senang memeluk manja lengan Ibunya menikmati tontonan yang dihadirkan.
"Dari mana kamu?! Kenapa baru pulang dasar anak sialan!"
"Aaaaakhh! Ayah sakit ...! Ampun!" Davyta berusaha melepaskan tangan sang Ayah kini menarik kuat rambut kepalanya.
"Itu resiko harus kamu hadapi! Berani bertingkah kurang ajar pada kami!" Suara sang Ibu ikut menyahut.
"Yang dikatakan Fely benar kamu anak nggak guna! Bangga udah jadi pelacur?!"
"Ayah sakit ...!"
Tamparan begitu keras kembali mengenai wajahnya, dia terjatuh dengan kepalanya menghantam keras lantai.
"Ayah kurang keras tamparnya, ih!"
Felysa tertawa mendengar perkataan Ibunya, "Ibu benar Ayah kurang keras tamparnya!"
"Bangun kamu!"
"Ampun Ayah ...!" Pandangannya terasa buram saat kedua tangannya ditarik paksa untuk berdiri. Sekarang tamparan bolak-balik dia dapatkan dan Davyta kembali tersungkur jatuh.
"Nah! Ini baru Ayah aku!" Felysa tertawa sambil menepuk tangan lalu suara tiba-tiba berasal dari blitz kamera memenuhi sekitar mereka. Dia dan kedua orang tuanya menoleh cepat ke arah pagar Felysa tertegun dengan apa dia lihat sekarang.
"Pa, Pak Rei ...?"
Suara Ayahnya membuat rasa kaget Felysa buyar dia melihat ke sang Ayah juga Ibunya sekarang tampak ketakutan.
"Ap, apa yang Pak Rei lakukan barusan? Se, sejak kapan Bapak ada di sini?"
"Sejak kalian berikan sebuah pertunjukkan pada saya."
"Ng ... Pak Rei ayo masuk! Saya akan jelaskan tentang -"
"Kekerasan yang kalian lakukan? Hmm, menarik dan lebih menarik lagi jika video, serta beberapa foto ini sampai di tangan pihak berwajib, apa yang akan kalian bayangkan?"
"Tidak Pak Rei!"
Felysa shock, terlebih melihat langsung Ayahnya berlutut memohon ampun di hadapan pria tersebut.
"Tolong jangan lakukan itu Pak! Jangan sebarkan bukti itu saya mohon?! Saya tidak ingin image dermawan yang melekat pada saya harus sirna begitu saja, saya mohon jangan!"
Ketika pria itu kini berjongkok menatap dirinya dengan senyum sinis, "Kita sama-sama bajingan, bedanya adalah Anda bajingan rendahan sedangkan saya berkelas."
"Saya mohon!" Menatap panik pria itu yang kembali berdiri.
"Anda sudah harus bersiap-siap mengalami kerugian yang besar kenapa? Karena pengangkatan jabatan Anda di perusahaan akan dihilangkan. Dan Anda hanya perlu menunggu kurang dari dua puluh empat jam."
"Tidak Pak! Tolong katakan apa yang Bapak ingin, kan? Tetapi dengan syarat jangan menyebarkan hal ini! Tolong Anda bisa meminta apa pun?!"
"Apa pun?"
"Iya! Apa pun itu! Ap, apa yang Bapak ingin, kan?"
"Berikan putri angkat Anda kepada saya Pak Wirza, maka saya tidak akan memberikan bukti ini ke pihak berwajib."
*
KAMU SEDANG MEMBACA
The Passion To Love [END]
Storie d'amoreThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== [ SUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK BUKU ] "Tolong jangan lakukan itu Pak...