4

77 10 0
                                    

Please, help me to check typo ya guys.

"Jadi kau udah nonton Intersteller?"tanya Erin kepada Asa.

Hari ini mereka bertemu lagi, tapi hari ini mereka berada di ruang arsip yang jarang dikunjungi orang.

"Udah, tapi aku nggak ngerti sama sekali"kata Asa.

"Kenapa tiba-tiba si Cooper ada di belakang rak bukunya si Murphy, kenapa dia bisa lihat dirinya sendiri pamit sama Murphy pas dia mau pergi. Disitunya yang aku ga ngerti"kata Asa.

"Emm, sebenarnya aku juga nggak ngerti maksud dari scene itu, juga tiba-tiba kenapa si Cooper udah di tempat yang sama kayak rumahnya, tapi itu planet bumi bukan si?"tanya Erin kepada Asa.

"Bukan lah, bukan bumi. Bumi nggak ada yang kayak gitu bentuknya, bukannya itu dimensi lima ya"kata Asa lagi.

"Aku cari kejelasan di internet kemaren kenapa cooper bisa sampek ke belakang rak buku murphy itu karena pikiran Cooper sendiri, dia menghayal karena sayang kali sama Murphy jadi tercipta lah ruang dan waktu itu tadi, terus ruang dimensi lima itu "kata Erin.

"Udah ah nggak usah ngomongin film Intersteller lagi, pusing kepalaku"kata Asa.

"Keren lo, Christoper Nolan keren-keren filmya. Ada Inception, The Dark Night, The Dark Night Rises"kata Erin antusias.

"Kau nonton filmnya itu semua?"tanya Asa.

"Iya kemaren waktu libur covid, sekarang mah mana bisa lagi aku nonton buat nambah movie list ku, kalau kemaren pas covid sanggup nonton 5 film satu hari, sekarang 1 film aja udah jago"kata Erin.

"Ga bosan kau?"tanya Asa lagi

"Enggak, aku nggak bosanan orangnya, aku itu tipe orang yang kalau memang aku suka bakal terus kulakuin"kata Erin lagi.

"Film Si-Fi semua kau tonton?"tanya Asa.

"Engga, awalnya aku anak romansa kali, rata-rata film romance USA udah ku tonton, cuman kemaren karena udah agak bosan, terus film lagi ga ada yang rilis, jadilah nonton film Si-Fi, sama agak ngelirik film Biography sama History jugak sih aku"kata Erin.

"Kau sukak film apa?"tanya Erin kepasa Asa yang sedang duduk didepannya.

"Film Biography sih, Crime sama Thriller juga"kata Asa.

"Semua cowok emang nonton kayak gitu"kata Erin

"Tapi kadang nonton romance juga"

"Film apa?"tanya Erin

"mana tau aku udah nonton juga"

"Before Trilogy"kata Asa

"Selera film mu bagus juga ya"kata Erin

"Kau udah nonton?"tanya Asa

"udah baru-baru ini juga"kata Erin

"Masuk akal nggak sih kau kira filmnya"kata Asa.

"Enggak sih, ngerasa ini apa sih ya tuhan filmnya cuman nayangin mereka keliling kota gitu gitu aja"kata  Erin.

"Cuman ya karena terakhirnya mereka nikah aku sadar kalau jodoh itu datangnya bisa dimana aja, dikereta kayak mereka juga ada yang sampai nikah"kata Erin.

"Coba bayangkan kalau Jesse nggak ganteng kau pikir si Celine mau nggak ikut sama si Jesse keliling Wina?"tanya Asa lagi.

"Bukan kayak gitu seharusnya kau tanya"

"Jadi?"tanya Asa.

"Seandainya si Jesse jelek, biasa-biasa aja, dia juga nggak bakal berani nyapa si Jesse duluan, kalau si Jesse nggak nyapa ya, nggak bakal ada film Before Trilogi kan"kata Erin

"Pertanyaan ku bukan itu jawabannya Erin"kata Asa

"jadi gimana?"tanya Erin lagi.

"Kalau seandainya Jesse jelek, dan meskipun dia berani ngajak Celine keliling kota, Celine pasti berpikir ulang buat mau ikut"kata Asa.

"Exactlly secara ga langsung kau bilang kalau Celine mentingin fisiknya Jesse"kata Erin.

"Kau lupa, kalau bisa aja karena Erin juga cantik disitu makanya Jesse mau ngomong sama Celine. Kalau misalnya Celine cewek gendut, pendek, ga cantik, kau kira si Jesse mau ngajak dia keliling Wina?"tanya Erin.

"Wah film romance aja kita kulik habis-habisan gini"kata Asa.

"Ya itu tadi, kita hidup zaman sekarang aja mentingin orang yang berpenampilan menarik, seksi, putih, tinggi, langsing"kata Erin.

"Seakan-akan yang potur tubuhnya agak besaran dikit kayak aku, atau mungkin yang lebih besar daripada aku gini nggak terpakai sama sekali"kata Erin.

"Itu bukan ranah kita lagi mengomentarinya, lakuin aja yang menurutmu betul dan nggak merugikan orang lain"kata Asa.

"Enggak kesal aja, soalnya bukan cuman di Amerika sana terasa rasisnya, seluruh dunia malah punya potensi rasis untuk pihak yang minoritas. Kasian lo Asa, belum tahu aja kau gimana kalau misalnya ada yang ngeliatin kau terus, padahal ya kan aku cuman jalan gitu, tapi mereka natapin aku kali lo, dan itu risih kali"kata Erin.

"Nggak nggak bisa kau mikir kek gitulah, mana tahu orang ngeliatin kau karena kau cantik, atau karena kau percaya sama diri sendiri jalan sendiri"kata Asa.

"Kau tau darimana aku sering jalan sendiri?"tanya Erin

"Kawasan univ kan nggak luas-luas amat Erin, aku baru ingat kau dulu sering jalan pas maba, belum punya motor ya kau disitu?"tanya Asa.

"Iya, eh tapi kenapa nggak kau tumpangin aku?"tanya Erin.

"Iya nggak iya kali aku numpangin kau  kita aja nggak kenal"kata Asa.

"Tapi kemaren aku janjinya kalau aku punya motor, siapa yang jalan sendiri bakal kuantar meskipun nggak kukenal, serius Sa, kasian lo, apalagi panas-panas"kata Erin.

"Mulia kali ya"kata Asa.

"Coba sekali kau jalan di matahari lagi terik-teriknya"kata Erin

"Aku kemaren sampek nangis lo karena panas kali, nangis nangis ke bapak sama mamak buat dibelikkan motor, karena udah mau nyerah aja sama keadaanku yang sendiri, dan nggak ada pula kawan sekelasku yang satu arah"kata Erin.

"Tapi ada aja orang yang baik mau numpangin aku, pokoknya ya kan kalau mereka sidang nanti harus kukasi kadolah mereka"

"Malah ada kan kemaren mau numpangin aku, kau tau kami kenal pas ospek, dia prodi bahasa inggris, jadi kami dulu sering sebelah-sebelahan pas ospek, terus kemaren sempat dua atau tiga kali dia ngantar aku ke kost , padahal kayaknya kostnya udah dekat"kata Erin.

"Orang baik memang datangnya nggak disangka-sangka ya"kata Asa

"Minggu depan kau kesini lagi"kata Asa, tidak ada nada bertanya dalam pengucapan Asa barusan.

"Kau?"tanya Erin.

"Aku ke perpusda seminggu sekali, dan setiap hari Jumat sore"kata Asa.

"Aku juga gitu sih"kata Erin.

"Kasi tau lah satu film Biography yang udah kau tonton"kata Em.

"Coba kau tonton Selma"kata As.

"Film apa tuh?"tanya Em.

"Tentang Martin Luther King yang merjuangin keadilan buat kulit hitam di Amerika Serikat"kata Asa.

"Aku agak nggak suka sama film kulit hitam"kata Erin.

"Tiap kali aku nonton film kulit hitam, emosi ku naik turun, kesal terus Sa bayangin. Mereka ga dapat keadilan sama sekali. Aku baru nonton film If Beale Streen Can Talk, dan aku nangis disitu"kata Erin.

"Iya film itu juga udah pernah aku tonton, mungkin film Selma ini bisa buat nambah nambah pengetahuanmu buat isu rasisme di AS"kata Asa.

"Ok deh kalo gitu, udah mau tutup ini perpusnya"kata Erin.

"Kita mah langganan terus kalau kesini pas udah mau tutup"kata Asa sambil membereskan barangnya.

Dan perjumpaan kali ini ditutup dengan pamit satu sama lain, tanpa memberikan nomor ponsel yang bisa dihubungi.

Tbc

[Complete] an unexpected love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang