14

74 10 0
                                    

3 Bulan kemudian

Memang kenyataan itu harus diterima mau tidak mau, tidak perduli manusianya menerima atau tidak. Waktu terus berjalan, kalau tidak menerima ya terserah, paling banyak ketertinggalan ketika sedih begitu merasuk jiwa, kalau menerima lalu bergerak menjadi lebih baik lagi ya makin bagus lagi. Memang begitu menjadi dewasa, sulit sulit susah. Lah apa bedanya. Tidak ada bedanya rasnya dari sulit dan susah.

Yang Erin tahu, dia sedang membaca surat yang diberikan Asa kepadanya sambil air matanya menetes perlahan. Setelah ciuman mereka terakhir kalinya, setelah Asa pulang dari kosnya 3 bulan lalu, laki-laki itu tidak pernah keliatan batang hidungnya lagi, yang Erin tahu Asa sibuk sekali mengurusi skripsinya sampai-sampai tidak sempat datang ketempat Erin, mereka hanya bertukar cerita lewat chat atau kadang kalau Asa sedang bergadang, laki-laki itu dengan tidak tahu aturan mengubah chat mereka dengan video call. Dan bodohnya Erin menerima saja perlakuan Asa. Sampai beberapa hari lalu Asa mengatakan dia sudah sidang lewat chat whatsapp mereka, dan akan wisuda dalam waktu dekat. Dan mungkin akan pulang ke Medan untuk mencari kerja disana. Oh keren sekali takdir ini mempertemukan pun memisahkan sebuah pasangan ya. Eh tapi mereka belum pasangan, tapi ya rasanya sudah kayak ditinggal suami dinas keluar kota.

Didepannya ada Asa. Jadi mereka seperti biasa, video call malam-malam hingga subuh menjelang.

"Kenapa nangis ih"kata Asa sambil tersenyum.

"Nggak papa"kata Erin.

"Aku mau minta kado"kata Asa lagi.

Dasar tidak mengerti suasana sekali pria tanggung didepannya ini.

"Kam mau apa?"tanya Erin, sambil mengambil handphonennya, mungkin sekarang wajahnya menenuhi layar handphone Asa.

Semenjak ciuman mereka, entah kenapa mereka semakin dekat, dan mengubah cara bicara mereka menjadi lebih sopan ketika berbicara satu sama lain. Meskipun mereka tidak pernah bertemu setelah inseden seorang anak mencium bibir ibunya. Mck.

"Aku maunya kam"kata Asa lalu tersenyum manis.

"Apa?"tanya Erin sekali lagi.

"kam"kata Asa. Kam itu sama artinya seperti kamu, kau, you. Tapi Kam ini bahasa karo, kalau dibahasa Karo dipakai untuk berbicara lebih sopan ke yang lebih tua, atau sesama partner seperti mereka. Karena "kau" rasanya terlalu sarkas sekali untuk mereka yang sudah dekat. Meskipun tetap saja orang Medan lainnya biasanya memanggil pertnernya dengan "kau". Tapi sebagai anak yang sama-sama dibesarkan oleh orang tua yang suku Karo mereka menjadi terbiasa seperti sekarang.

"Kenapa kam ga ngasi suratnya secara langsung ke aku"kata Erin sambil menatap lekat layar handphonennya.

"Aku takut"kata Asa lagi.

"Kenapa?"tanya Erin bingung.

"Takut lah pokoknya"kata Asa lagi.

"Yaudah terserah deh"kata Erin lagi.

Diam sebentar.

"Jadi kita gimana?"tanya Erin sambil menatap lekat Asa.

Asa hanya menggelengkan kepalanya tanda dia pun tidak mengerti mau dibawa kemana hubungan mereka yang begitu membingungkan ini.

"Terus kalau kam ga tau kita gimana, kenapa kam dekatin aku selama ini"kata Erin dengan sedikit kesal.

"Kukira kam ada maksud selama ini dekatin aku, makanya aku fine fine aja kalau kam chat tiap hari"kata Erin lagi sambil melirik kearah Asa yang merapatkan mulutnya.

"Sabar Erin"kata Asa.

"Jangan menjanjikan sesuatu dengan kata "sabar" yang sering kam bilang ya. Udah pernah kubilang kan kalau aku itu udah terlalu banyak patah hati"kata Erin yang merasa dirinya sudah menuntut terlalu banyak kepada Asa.

"Bukan gitu Er"kata Asa lagu mencoba menenangkan Erin.

"Seharusnya aku nggak pantas nuntun kayak gini ya kan Sa, kita aja belum ada apa-apa selain jumpa berapa kali, lainnya paling cuman chattingan sama video call. Sebenarnya aku capek kali selama ini ngikutin perasaanku. Kek yang pernah aku bilang sama kam, kalau aku udah jatuh cinta susah kali buat ngelupain dia"kata Erin sambil melirik layar handphonennya.

"Gini aja deh, biar udah clear. I'm falling in love with you Sa. Nggak perduli deh kam dekatin aku cuman sekedar pelampiasan rada sepi, atau karena kam kasian ngeliat aku. Aku nggak perduli juga kalau kam ga punya perasaan yang sama ke aku. Aku cuman pengen bilang perasaan ku aja, biar nggak jadi beban ya, Sa ya"kata Erin yang mencoba tegar, sedangkan ari matanya sudah berkumpul di pelupuk matanya siap untuk membasahi pipinya.

God, akhirnya untuk kesekian kalinya dia patah hati lagi. Laki-laki didepannya ini diam saja sambil memperhatikan Erin.

"Er"kata Asa setelah diam beberapa saat.

Asa tahu kalau perempuan yang sekarang memenuhi layar handphonenya ini sudah mengeluarkan keberanian untuk mengungkapakan perasaannya. Yang Asa tahu hanya bisa diam diposisi tengkurapnya sambil memperhatikan perempuan itu diam saja setelah pengakuannya tadi.

Mungkin sekarang waktunya Asa bertanya. Karena setelah ini adalah keputusan terakhir diantara mereka. Karena Asa tahu, karena selama ini pun hal yang membuat Asa urung mengutarakan perasaannya ke Erin adalah karena hal yang sangat tidak disukai Erin.

"Er"kata Asa akhirnya.

Perempuan itu tidak menjawab hanya memalingkan wajahnya sebentar untuk melihat Asa.

"Emang kalau kita pacaran kam mau kita pacarannya Ldr?"tanya Asa serius, dia sudah mengubah posisinya menjadi duduk sambil memegang handphonenya.

Perempuan itu diam saja disana. Asa sudah bisa menebak itu dari dulu.

"Enggak kan"kata Asa pelan.

"Bukan karena aku nggak punya perasaan yang sama, bukan karena aku nggak sukak sama kam"kata Asa.

"Hey liat aku dulu"kata Asa sambil menunggu Erin melihatnya. Karena sejak tadi perempuan itu memalingkan pandangannya entah kemana.

"Erin"kata Asa lagi.

"Iya"kata Erin akhirnya.

"Bukan karena aku ngga suka sama kam, tapi ya emang aku tau kam nggak bakal suka sama hubungan kita meskipun aku suka sama kam"kata Asa sambil menatap Erin yang diam-diam menatapnya.

"Besok aku pulang ke Medan, disana dua minggu, terus datang lagi kesini sama Mamak, Bapak buat acara wisuda. Kalau emang kam mau sama ku, mau hubungan kita jalan, ya kam ada di wisuda ku" kata Asa akhirnya. Sekarang Erin penentu segalanya, bukan lagi Asa. Hati Asa sudah begitu tertaut pada perempuan didepannya ini sampai dia tidak ingin membuat keputusan yang memberatkan perempuan yang sedang menunduk ini.

"Terus kalau aku nggak datang?"tanya Erin dengan wajah yang tidak bisa diartikan.

"Kalau kam nggak datang pas aku wisuda, ya yaudah, tunggu Tuhan aja yang mempertemukan kita lagi. Karena setelah wisuda kita nggak bakal bisa lagi ketemu"kata Asa akhirnya.

"Ok"kata Erin akhirnya.

"Maaf kalau misalnya apa yang terjadi sekarang ini memberatkan kam. Kam mungkin ga tau gimana besarnya rasa cinta ku ke kam kan selama ini. Aku juga nggak bodohlah ngegagguin anak orang kalau aku nggak suka Er."kata Asa lagi, seolah-olah banyak hal yang ingin dia suarakan tapi tertahan di tenggorokan. Dia ingin lebih banyak berbicara untuk menyakinkan perempuan yang sekarang sedang menunggunya berbicara lagi ini tahu dia tidak pernah berbohong perihal perasaannya tadi.

"Ok good night Asa"kata Erin lalu mematikan video call Asa tanpa menunggu Asa menjawab salam itu tadi.




[Complete] an unexpected love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang