7

62 8 0
                                    

Sudah seminggu semenjak Asa meminta nomor Erin dan Asa baru berani menghubungi Erin hari ini. Karena besok hari Jumat, seperti biasanya Asa akan ke Perpusda.

Aneh, Asa merasa aneh kepada dirinya sendiri. Kenapa pula dia perduli Erin besok ke Perpusda atau tidak? Kenapa pula Asa harus bertanya kepada Erin apa dia besok ke Perpusda atau tidak?

Perlunya untuk Asa itu apa?

Asa paling malas kalau disuruh menunggu, apalagi kalau menunggu chatnya dibalas orang.

Jadi sekarang Asa dengan beraninya menelpon Erin. Padahal sejak dia meminta nomor Erin, dia sama sekali belum pernah mengabari Erin. Karena minggu ini dia terlalu sibuk mempersiapkan urusan Seminar Proposalnya yang akan diadakan satu minggu lagi.

"Halo"kata Erin di seberang sana.

"Haloo"kata Asa lagi.

"Ini siapa ya?"tanya Erin lagi.

Asa lupa kalau mungkin saja Erin belum tahu kalau ini nomornya, karena Asa belum pernah mengirim pesan ke Erin semenjak dia memintanya kepada perempuan itu.

"Oh ini Asa"kata Asa lagi.

"Oh Asa, sory ya, nomormu belum ke save soalnya. Terus fotonya juga nggak ada"kata Erin lagi.

"Iya nggak papa, ini nomorku ya"kata Asa lagi.

"Iya iya, kusave dulu bentar. Kau mau apa nih nelpon aku pula"kata Erin lagi. Erin memang orangnya tidak sabaran ya.

"Besok kau Perpusda nggak?"tanya Asa.

"Iya, mau mulangin buku juga ini"kata Erin.

"Yaudah jumpa di perpusda aja deh"kata Asa.

"Emang mau ngapain?"tanya Erin.

"Ya nggak papa, biar aku ga sendirian kali besok pas di perpusda"kata Asa.

"Lah emang harus berteman?"tanya Erin.

"Hmm ga juga sih"kata Asa.

"Jadi?"tanya Erin.

"Nggak papa deh"kata Asa.

Jeda sebentar.

"Mau apa lagi, Asa?"tanya Erin dengan sabar.

"Nggak ada sih, cuma mau nanya itu aja"kata Asa lagi, sambil merutuk dirinya kenapa bisa sampai berani menelpon Erin begini.

"Yaudah kumat___"kata Erin yang belum selesai di ucapkannya di sela oleh Asa.

"Eh jangan duluu"kata Asa buru-buru.

"Ih kenapa pula?"tanya Erin.

"Nggak papa sih"kaga Asa lagi.

"Yaudah kumatikan aja deh"kata Erin

"Yaudah deh"kata Asa.

"Bye"

"Bye"

"Kau emang orangnya nggak bisa manisan dikit ama cowok ya dek"kata Sunny. Kakak tingkat yang sudah dikenalnya dari zaman mahasiswa baru. Sekarang Erin sedang di kost Sunny, mereka baru pulang dari pasar buat belanja.

"Lah aku ga biasa di gituin"kata Erin lagi.

"Jadi cewek lembut dikit kenapa sih dek, mana tau dia mau lebih dekat ama mu kan kita nggak tau, kau langsung ketus pula ama dia"kata Sunny.

"Aku lagi malas kali dekat ama cowok. Kayak gini tadi lah ya kan, dia nelpon aku aja aku udah baper tingkat dewa. Udah kayak aku penting banget pakek segala di telpon"kata Erin.

"Gimana cowok bisa dekat sama mu kalau gitu, kalau dikit dikit aja baper."kata Sunny lagi.

"Nah itulah, aku lagi muak-muaknya buat ngertiin cowok itu gimana"kata Erin sambil berbaring dan meminjat pelipisnya.

"Terus ngapain kau mau diajak ke perpusda?"tanya Sunny.

"Kan kebetulan aku kesana juga besok"kata Erin lagi.

"Kalau ketemuan kalian bahas apa?"tanya Sunny lagi.

"Bahas film"

"Ga ada kek mengarah ke dia kek tertarik ama mu?"tanya Sunny.

"Kemaren pas mau nyebrang, dia megang tanganku, katanya dia takut aku ketabrak, karena memang aku hampir ketabrak juga kemaren"kata Erin.

"Lagian ngapain sih suka sama ku. Kek nggak ada cewek lain aja"lanjut Erin.

"Lah lucu kau jadi manusia. Kalau tentang itu ga bisa kau atur-atur Erin. Jatuh cinta itu kan tiba-tiba"kata Sunny lagi.

"Kan Sun, tumben kau bijak"kata Erin. Pasalnya Sunny yang dikenalnya tidak pernah sebijak sekarang.

"Emang gitu kan dek, jatuh cinta itu tiba-tiba, nggak ada kurasa yang jatuh cinta direncanain. Makanya kubilang, jatuh cinta itu nggak kenal tempat, waktu dan nggak kenal orangnya bentukannya gimana"

"Iya juga sih"kata Erin

"Kalau jatuh cinta direncanain, mana bisa ada yang namanya jatuh cinta sama sahabat sendiri, mana ada yang bisa jatuh cinta sama orang yang tunanetra, sama orang yang nggak mampu misalnya"

"Gini ya, cinta itu nggak pandang orang, ga pandang tempat juga. Kayak misalnya jumpa sama cowok di bar terus ujung-ujungnya berakhir di altar. Ada yang jatuh cinta sama yang nggak bisa melihat, sama orang yang nggak mampu, salut sih sama orang yang kayak gitu.

"Cinta itu kan bukan cuman masalah fisik aja, mungkin yang kali pertama dilihat orang fisik dulu. Tapi kalau wajahmu aja yang cantik, hatimu nggak baik, akhirnya kau bakal di tinggalin orang juga nanti.

"Yang jumpa di bar juga pasti punya hati yang sama sama baik makanya bisa berujung ke altar"kata Sunny yang tiba-tiba banyak bicara.

"Iya iya tau"kata Erin akhirnya.

"Yeee, tau tau aja tapi nggak di terapin di kehidupan sehari-hari mah sama aja boong namanya"kata Sunny.

"Gimana ya kak, aku itu udah terlalu capek ngejar, maunya aku yang di kejar. Maksudnya ya maulah sekali-sekali ada cowok yang suka sama ku, terus dia merjuangin aku. Mau juga aku kek kau kak, ada yang kek Bang Obet gitu yang merjuangin kau dari awal"kata Erin

"Kau kira suka sama orang itu ga buang-buang tenaga. Capek ah, dari awal aku kenal cinta, terus jatuh cinta sama cowok yang ga sukak sama ku, udah cukup untuk ku, capek kak, makan hati banget lah pokoknya.

"Sekarang tugas ku ya cuman mau nunggu aja, nggak sepatutnya mungkin cewek ngejar-ngejar cowok. Nggak kodratnya mungkin kali ya.

"Makanya ku santai aja kalau ada modelan Asa gitu. Kalau dekatnya setahun yang lalu bisa aja sih aku, kalau dia ngajak sekarang kemana kek aku ayok aja. Tapi ya kalau sekarang enggak deh, lagi malas banget demi Tuhan. Hati butuh rehat bentar, kasian hatiku, kalau disakitin lagi, nggak bakal berbentuk lagi.

"Take your time lah pokoknya, jangan dipaksain kalau memang belum bisa buka hati"kata Sunny akhirnya.

"Yes, I will"kata Erin.


Tbc




[Complete] an unexpected love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang