10

64 10 0
                                    

"Kau mau jadi apa setelah lulus?"tanya Erin. Setelah makan Asa mengantar Erin pulang karena takut Erin jatuh lagi nanti, lalu nanti Asa pulang di jemput Imran.

"Pengen jadi jaksa ajalah, biar udah PNS, biar nggak pusing lagi"kata Asa.

"Bedanya Jaksa sama pengacara itu apa si"tanya Erin lagi.

"Nanti deh, sampai di kos mu kita cerita"kata Asa.

"Kos mu yang mana?"tanya Asa setelah memasuki kawasan kos yang catnya warna hijau semua.

"Itu yang dinomor dua"kata Erin.

"Jangan masuk dulu ya"kata Erin setelah berdiri di depan pintu dan mengeluarkan kunci dari tasnya.

"Iya"kata Asa.

Setelah membereskan hal yang seharusnya , Erin mengizinkan Asa masuk kedalam kosnya. Kos Erin tidak lebar tapi sudah lebih dari cukup untuk di isi satu orang. Ada satu meja untuk belajar, ad meja pendek yang diatasnya ada galon air dan magic jar, dan ada satu lemari kecil mengisi kos Erin, tidak lupa dengan kasur dan bantal yang dibiarkan tergeletak dilantai. Gantungan makrame dan koleksi tanaman Sri Ganding Erin membuat mata As menjadi segar. Karena memang baru kali ini dia menemukan kos seimut kos Erin.

"Maaf ya berantakan, sempit pula"kata Erin.

"Sempit apanya, orang barang barangmu cuman ini aja kok"kata Asa sambil meneliti sekali lagi kos Erin. Bedanya kos Erin dengan kos perempuan yang pernah dia masuki adalah tidak adanya fotonya Erin yang ditempel di dinding, yang ada hanya tempelan gambar organ manusia yang dihiasai dengan gambar bunga-bunga lalu di timpa lagi dengan tempelan notes yang ditulis Erin sendiri. Ada juga tempelan jadwal kuliah Erin yang padat sekali meskipun sudah semester akhir, ada selebaran brosur pengantaran galon air yang mungkin sengaja dintempek Erin dengan lem supaya tidak jatuh.

"Ini kau buat sendiri?"tanya Asa ketika melihay gantung makrame berbentuk daun.

"Iya"kata Erin.

"Buatin aku dong"kata Asa sambil memperlihatkan wajah memohonnya.

Disamping gantungan makrame ada kaca yang lagi-lagi unik. Sepertinya Erin memang senang menghias kosnya. Bingkai kacanya ditempelin dengan kayu-kayu, ada satu bunga di pojok kiri yang mugkin sengaja ditempel Erin untuk memperindah kacanya. Lalu ada tempelan gambar babi dikacanya menunjukkan Erin suka sekali dengan hewan itu.

"Kenapa ada gambar babi disini Rin?"tanya Asa.

"Kau ga haram kan ngomongin tentang babi?"tanya Erin.

"Enggalah aku bukan muslim, aku katolik"kata Asa.

"Kok ga pernah jumpa kita di gereja"kata Erin. Pasalnya tidak mungkin Erin tidak pernah melihat Asa di gereja kalau gereja Katolik di Kota Cantik ini hanya beberapa saja.

"Aku sering gereja yang dihari sabtu, yang di jalan Garuda, jarang gereja di hari minggu yang di Katedral"kata Asa lalu duduk di kursi belajar Erin. Sedangkan Erin duduk di kasurnya. Jadi posisi mereka saling berhadap-hadapan sekarang.

"Pantaslah jarang lihat"kata Erin sambil mengangguk-anggukksn kepalanya.

"Si Imran belun ada kabar mau jemput kau?"tanya Erin.

"Kenapa emang?"tanya Asa dengan nada menyelidik. Pasalnya dari tadi Erin gelisah melihat kearahnya.

"Nggak papa sih, aku jarang aja didatangin cowok kek malah hampir ga pernah pun"kata Erin. Tidak tahu kenapa Erin jujur sekali dengan laki-laki didepannya ini. Padahal mereka belum kenal sama sekali selain tahu nama dan agama.

"Kan jadi lupa, kenapa kau banyak nempel gambar babi?"tanya Asa.

"Kalau nggak ada babi sih aku ga bisa hidup sa, dari aku kecil mamak ku udah ternak babi, sampek sekarang malah. Jadi rasanya babi itu bagian dari hidupku. Sampai kuliah disini aja, kalau misalnya mamak sama bapak ku ga ternak babi ya mana bisa aku kuliah, mana bisa mamak bapak ku ngandalin gaji PNS aja untuk menghidupin terus nyekolahin tiga anak. Satu kuliah luar kota pula"kata Erin sambil melirik gambar-gambar babi yang ditempelnya di kaca, dan di dinding kayu kosnya.

"gitu"kata Erin akhirnya.

"Kau berapa bersaudara sa?"tanya Erin lagi.

"Sama, tiga juga. Cuman aku anak tengah"kata Asa lagi.

"kami dua laki-laki satu perempuan yang paling terkhir"kata Asa lagi.

"Enaknya punya abang"kata Erin lagi.

"Aku pengen kali punya abang biar nggak dibohongi terus sama cowok"kata Erin.

"kok gitu?"tanya Asa.

"kan katanya kalau punya abang atau adek cowok, cowok yang dekat sama kita bakal segan juga"kata Erin.

"jurnalnya dari mana?"tanya Asa.

"Ih ga gitu lah, masak semuanya harus pakek jurnal semua sama mu"kata Erin.

"Sebagai anak hukum seperti yang pernah ku pelajari, semuanya butuh pembuktian untuk membenar salahkan sesuatu"kata Asa sambil tertawa nyengir melihat Erin kesal mendengar pernyataannya.

Erin hanya menunjukkan raut wajah seperti mengatakan fuck you kepada Asa.

"Kau ngekos sendirian?"tanya Asa.

"iya, jadi mau sama siapa lagi?"tanya Erin.

"Mana tau 'ada' "kata Asa.

"Ada apa?"tanya Erin lagi.

"Kau ya, habislah aku di gorok mamak bapak ku disuruh pulang, enggak deng, langsung dijemput kalau tau aku tinggal sama cowok. Masang foto profil cowok aja bapak ku udah nggak mau ngomong fua minggu samaku"kata Erin.

"kau punya cowok?"tanya Asa blak-blakan.

"Damn Asa, aku jomblo dari lahir"kata Erin lalu berdiri sambil mengambil air minum.

"kau haus ga?"tanya Erin dari dapur.

"Ini ada es batu di kulkas ku. Mau bikin teh manis dingin"kata Erin.

"Boleh kata Asa"lalu berjalan kearah dapur Erin yang agak besar. Ada meja dan wastafel yang mempunya tinggi yang sama. Di meja diletakkan kompor tungku satu dan rak piring kecil. Sedangkan disebelahnya ada wastafel. Melihat Erin  membuat teh manis dari belakang membuat sesuatu hal yang Asa tahu bergerak tanpa perintah. Ada rasa senang ketika melihat Erin menyiapkan minuman untuknya. Ada rasa yang tidak tahu apa ketika melihat Erin mencepol tinggi-tinggi rambut yang tadi digerainya lalu sibuk cangkir mencuci di wastafel. Tanpa dia Asa sadar, tidak tahu kapan dia sudah sedekat seperti sekarang dengan Erin. Dengan dada Asa yang menempel dengan punggung Erin dan dahinya berada di pundak Erin.Asa bisa merasakan Erin terkejut, dan beberapa penolakan dari Erin. Namun sebelum Erin menginterupsi kelakuannya, Asa meremas perut Erin pelan.

"Biar kayak gini aja dulu"kata Asa sambil dahinya masih berada di pundak Erin.

Tbc


[Complete] an unexpected love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang