Best Mistake: Part 4

127 10 0
                                    

(Namakamu) menerima benda tersebut dengan tatapan bingung. Testpack? Inikan alat untuk mengecek kehamilan. Ataukah ia…?

(Namakamu) melirik Iqbaal, nampak Iqbaal juga menatapnya. Sepertinya mereka memikirkan hal yang sama. Dengan langkah lemas (namakamu) berjalan menuju kamar mandi.

Krek.

Setelah 5 menit, (namakamu) keluar dari kamar mandi dengan lesu. “Gimana?” tanya dokter tersebut.

“Garisnya 2 dok” ucap (namakamu) sembari melirik Iqbaal. Iqbaal terdiam. Garisnya dua, artinya…

“Sudah saya duga. Kamu lagi hamil, usianya udah satu bulan. Perasaan yang kamu alami seperti mual, ngantuk, pusing, itu adalah pengaruh dari kehamilan kamu. Selamat yaa” ucap dokter tersebut sembari tersenyum.

(Namakamu) dan Iqbaal tersenyum kecut.
“Gitu ya dok” ucap (namakamu) pelan. Dokter mengangguk.

“Jaga kesehatan ya, jangan ngelakuin yang berat-berat, banyakin istirahat terus makan makanan bergizi juga. Nah untuk suaminya harus lebih sering perhatiin istrinya ya” ucap dokter sembari menatap Iqbaal. Iqbaal mengangguk pelan.

“Ini vitaminnya diminum tiap hari ya sehabis makan” ucap dokter sembari menyerahkan beberapa suplemen pada (namakamu).

“Yaudah kalo gitu saya permisi dulu ya” ucap dokter. Iqbaal pun lalu membayar dokter tersebut dan mengantarkan sang dokter sampai depan rumah.

Seperginya dokter, Iqbaal segera menghampiri (namakamu) kekamar.

“Dugaan aku bulan lalu bener Baal” gumam (Namakamu) pelan sembari memegang perutnya. Iqbaal menatap perut (namakamu) yang masih nampak datar.

“Baal.. aku belum siap” ucap (namakamu) sembari meneteskan air matanya. Iqbaal terdiam, ia juga tidak siap.

“(Namakamu), aku juga belum siap” ucap Iqbaal pelan.

Mereka masih kuliah, seharusnya mereka masih bisa bersenang-senang, hangout dengan teman-teman menikmati masa muda mereka. Dan sebentar lagi, mereka akan menjadi orangtua. Kalau begitu, akan menjadi lebih sulit kan?

Mereka merenung. Bagaimana sekarang?

***
“Sa, Stef, gue hamil” ucap (namakamu). Esoknya, (Namakamu) segera pergi menemui kedua sahabatnya. Apa lagi kalau bukan untuk curhat._.

“Waahhh selamatt (nam)” ucap Salsa girang. “Yeay gue mau punya ponakan nihh” ucap Steffi. (Namakamu) diam menatap kosong kedua sahabatnya.

“Lo kenapa (nam)? Kok kayak ga seneng gitu?” ucap Salsa hati-hati. (Namakamu) meneteskan air matanya, membuat Salsa terbelalak. Apa ia salah bicara?

“(Nam), sorry ka…”

“Gue belum siap punya anak” ucap (namakamu) membuat kedua sahabatnya terdiam. “Sa, Stef, gue belum siap punya anak. Gue masih muda, gue belum lulus kuliah. Harusnya gue masih seneng-seneng, tapi sebentar lagi gue bakal ngurus anak. Bisa-bisa entar gue gak ada waktu buat gue sendiri. Bahkan harusnya, gue sekarang belum nikah. Semua ini kesalahan. Seharusnya gue masih bebas, tapi sekarang masa muda gue terbuang karena…”

“Ssstt (nam), gak boleh ngomong gitu, gak baik” potong Steffi. Salsa mengangguk.

“(Nam) lo tenang dulu ya. Dengerin gue, meskipun gue gak ngerasain posisi lo langsung, tapi gue percaya kalo lo bisa melewati ini semua (nam). Gue kenal lo, lo cewek kuat (nam). Gue percaya lo bisa. Jangan salahin bayi lo, dia gak tau apa-apa (nam). Lo harus sayangin dia. Lo juga jangan nyalahin takdir Tuhan. Mungkin emang sekarang menurut lo waktunya gak tepat dan ini adalah kesalahan, tapi kalo Tuhan kasih sekarang, artinya ini waktu yang tepat (nam). Tuhan tau yang terbaik buat hamba-Nya. Dan kalo lo dikasih kepercayaan ini sama Tuhan, artinya lo emang bisa dan lo pantes (namakamu)” ucap Salsa.

Best Mistake [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang