PAGE 14

8 0 0
                                    

Mereka sampai juga di homestay yang telah mereka sewa.

Kamar depan di tempati oleh Jo dan Siska, untuk kamar tengah di tempati oleh Ina dan Hanna, sedangkan kamar belakang di tempati oleh Adam,Dirga serta Azka.

Setelah merapikan kamar sekaligus membersihkan diri, mereka bersiap ke balai desa dengan berjalan kaki.
Saat mereka sampai di balai desa ternyata sudah ramai penduduk yang datang kesana.

Mereka bertujuh segera menghampiri kepala desa yang duduk di dalam balai desa

“misi pak" tegur Adam kepada kepala desa yang sedang asik menghisap rokok.

“ah, sudah sampai ternyata” ujar kepala desa, lalu membuang putung rokoknya melalui jendela.

“kenalin, nama bapak, pak mustafa, panggil aja pak mus" pak mustafa menjulur kan tangan nya untuk berjabat.

Untuk bentuk sopan, mereka salim tangan pak mus tersebut.

“kemari ikut bapak, biar bapak kenalin ke penduduk terlebih dahulu" ujar pak mus sembari berjalan ke luar kantor balai desa.

Kami bertujuh beserta pak mus berdiri di depan semua penduduk desa
Dengan kata salam sebagai pembuka, pak mus mulai berkhutbah di depan para penduduk dan memperkenal kami sebagai mahasiswa yang ingin mendekatkan diri dengan masyarakat dalam.

Setelah mendengar khutbah pak mus yang panjang dan mereka memperkenalkan diri dan tujuan nya, maka selesai lah acara tersebut.

Mereka bertujuh pulang dengan berjalan kaki sembari mendekatkan diri dengan penduduk sekitar.

Hanna berjalan paling belakang dengan Dirga.

Mereka bercengkrama dengan suara pelan.

“kyak nya kerang rebus itu enak deh, Na" tunjuk Dirga ke salah satu kedai di pinggir jalan

Dengan santai nya Hanna mencubit Dirga keras “harusnya saya yang bilang begitu” ujar Hanna

“kenapa jadi lo?” tanya Dirga yang tak paham arah pembicaraan

“saya sudah berhasil menunjukan jalan tanpa tersesat" sombong Hanna.

Dirga menggaruk tengkuk nya yang tak gatal dan hanya bisa cengegesan.

Hanna yang malas melihat reaksi Dirga memalingkan wajah nya.

“iya deh, nanti malam di traktir” ujar Dirga membujuk Hanna.

***
Karena besok hari minggu, tugas pertama mereka di desa tersebut ialah mengadakan senam bersama di lapangan. Perlengkapan untuk kegiatan besok sudah mereka siapkan jauh hari sebelum datang ke desa mulai dari speaker, spanduk, hadiah kecil dan lain sebagainya. Jadi, untuk malam ini mereka memilih mengistirahatkan badan.

Hanna yang sedang mengeringkan rambutnya, mendengar ponselnya berbunyi.

Hanna segera mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur.

“ya, halo?” sapa Hanna

“....”

“oh iya iya, bentar lagi. Rambut masih basah" jawab Hanna

“...”

Telepon pun dimatikan dari seberang sana.

Hanna bergegas mengeringkan rambutnya dan bersiap-siap.

“oh? Mau kemana?” tanya Ina yang baru saja masuk kamar

“mau cari makan, ikut?” tawar Hanna
“engga deh, gue kenyang. Tapi gue nitip boleh?” tanya Ina

Hanna hanya mengangguk sebagai jawaban iya

“soda aja deh"

Hanna mengacungkan jari jempol nya, dan pergi dari situ.

***
“udah lama nunggu nya?” tanya Hanna yang tiba tiba datang dari belakang Dirga

“ah? Engga. Tadi pas lo bilang lagi keringin rambut yaudah gue main hp dulu di kamar” jelas Dirga tanpa diminta.

“yuk jalan" ajak Dirga.

Mereka pun menelusuri kedai kedai yang di dekat homestay.

Ukuran kedai nya hanya 5m×8m, dan jarak antara kedai lainnya hanya 10 meter. Dan setiap kadai mempunyai khas masing masing untuk menarik pelanggan.

“makan apa?” tanya Dirga

“tadi sore, katanya kerang rebus" jawab Hanna

“ya kali aja jadi pengen ganti gitu" ngeles Dirga

“engga, tetap mau itu”

Tak berselang lama, mereka menemukan kedai kerang rebus.

Hanna masuk duluan kedalam kedai, dan mencari tempat duduk. Sedangkan Dirga memesan makanan.

Tak butuh waktu lama untuk mereka menunggu makanan. Mereka pun makan diselingi dengan bincang bincang kecil.

Di pertengahan mereka makan, tiba tiba hujan  turun.

“hujan" gumam Hanna

“harus tunggu reda deh" keluh Dirga
Hanna hanya mengangguk sebagai respon, dan matanya masih tertuju pada hujan

Dirga melirik jam tangan nya “ga apa, masih belum telat banget kok" ujar Dirga

“emang jam berapa?” tanya Hanna

“setengah 10”

Hanna tak merespon jawaban Dirga, ia termenung menatap keadaan luar kedai. Entah apa yang dipikirkan Hanna saat itu. Hanya Hanna dan tuhan lah yang tau.

jam sudah menunjukkan pukul 10 lewat, tapi masih belum ada tanda hujan akan reda. Dan suhu udara mulai semakin dingin.

“gimana nih?” tanya Dirga

Hanna tak merespon, matanya masih tertuju ke arah luar. Hanna tak berhenti menggosokkan tangannya untuk menghangatkan dirinya.

“lu kedinginan ya? Gue ga bawa jaket lagi” cerocos Dirga

“apa gue buka baju gue aja? Terus gue kasih ke lu biar ga dingin" cerocos Dirga lagi.

Memdengar itu, Hanna auto melihat ke arah Dirga dengan mata yang melotot, “jangan ngadi-ngadi" tegur Hanna

Melihat respon Hanna yang begitu, Dirga hanya mampu cengegesan.

“klo lu ga kedinginan, maunya kita terobos aja. Kagak terlalu jauh dah perasaan" Dirga mulai cerocos kembali

Seketika Hanna mendapat hidayah setelah mendengar omongan Dirga.

Hanna pergi menjumpai pemilik kedai, “misi pak, apa bapak punya kertas kardus lebih?” tanya Hanna.

“oh banyak itu neng, untuk apa?” tanya si bapak

“mau di jadikan payung pak, udah malam banget harus pulang" jawab Hanna

Mendengar itu, si bapak mengambil kan 2 kertas kardus di dalam lemari dan memberikannya kepada Hanna.

“haturnuhun pak"

Hanna segera mengambil kardus tersebut, dan kembali menghampiri Dirga.

“nih" Hanna memberikan 1 kardusnya kepada Dirga.

“untuk?” tanya Dirga kebingungan

“jadikan payung” setelah mengatakan itu Hanna langsung pergi dengan membawa 1 kardus lainnya untuk dirinya sendiri dan meninggalkan Dirga.

***
sorry udah menghilang sekian lama terus baliknya malah kasih cerita yang pendek

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROMANTIC NOVELIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang