PAGE 02

7 2 0
                                    

Sayup-sayup kedengaran kicauan burung yang melakukan aktivitasnya dari luar kamar. Matahari menyelipkan dirinya di balik gorden abu-abu muda, mencoba membangunkan orang yang sedang tidur. Suasana hangat pun terpancarkan di sekeliling kamar tersebut.

Jam menunjukkan pukul 07.30. seorang insan yang sedang di mabuk mimpinya sendiri pun akhirnya terbangun. Tanpa harus menunggu aba - aba ia mulai bergerak. Mulai merapikan tempat tidurnya, merapikan kamar, dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tidak butuh waktu lama untuk membersihkan dirinya. Ia melanjutkan berkemas dirinya, memakai pakaiannya dan turun ke bawah. Tanpa ragu sedikitpun ia melangkahkan kakinya menuju dapur kecil namun penuh dengan kehangatan kasih sayang. Dapur itu tidah begitu indah ataupun mewah. Alat-alat masak terletak pada tempatnya. Air menentes dari piring yang baru saja di cuci dan tak lupa, aroma masakan sudah tercium di sekliling ruang tersebut.

"pagi ma!" sapa Hanna sambil mencium pipi mamanya.

Wanita paruh baya dan cantik itu pun tersenyum mendengar sapaan putrinya, garis keriput pun terlihat saat wanita itu menarik senyumannya. Kebiasaan putrinya yang selalu di nantikan oleh wanita tersebut.

Dengan usianya yang hampir berkepala lima, ia sangat bersyukur di karuniai dua anak laki-laki dan satu perempuan yang sangat ia sayangin. Walaupun hidup mereka sederhana, namun itu tidak menghambat anak-anaknya menjadi sukses dan berhasil membanggakan orang tua.

Di rumah yang sederhana di pinggir kota itu, mereka hidup berlima. Ayahnya yang seorang nahkoda kapal persiar yang banyak menghabiskan waktunya di laut daripada di rumahnya. Ibu, ibu Hanna hanya seorang ibu rumahtangga yang sederhana, yang tak berharap hal kemewahan dan cukup bersyukur dengan keadaannya saat ini. Kaka pertama Hanna bertama Linggar PutraZena, ia berumur 24 tahun dan bekerja sebagai menanger di salah satu kantor swasta di kota itu. Di susul oleh kaka kedua Hanna yang bernama Samudra Andrika Zena, ia berumur 22 tahun dan kini bekerja sebagai dokter di rumah sakit di kota tersebut. Dan terakhir ialah Hanna.

"ada yang masih bisa di bantu ma?" tanya Hanna setelah melepaskan pelukan mamanya.

"semuanya sudah beres Hanna. Makanlah dulu selagi masih panas" ujar mamanya.

Hanna dan mamanya pun pergi ke meja makan dan menyantap makanan mereka.

"kak Samudra belum pulang ma?"tanya Hanna disela sela waktu makannya. Mamanya pun hanya menggelengkan kepa dan melanjutkan makannya.

"hari ini ada rencana kemana?" tanya mamanya.

"Hanna ada janji dengan teman jam 10.00 untuk membeli buku ma" jelas Hanna sedikit berbohong.

"oh iya iya, sebelum pergi, tolong bangunkan Putra. Semalam ia lembur pasti kecapean dan mama sudah membuat lemon tea hangat untuk Putra" jelas mamak, dan Hanna pun hanya menganggukkan kepalanya.

Selesai sarapan, tak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada mamanya dan bergegas ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Hanna pun bersiap untuk berganti pakaian. Hari ini ia menggunakan sepatu convers hitam yang biasanya, kulot hitam dan atasannyabaju kaos garis garis dan jaket jeansnya, dan tak lupa totebag berwarna hitam.

 Hari ini ia menggunakan sepatu convers hitam yang biasanya, kulot hitam dan atasannyabaju kaos garis garis dan jaket jeansnya, dan tak lupa totebag berwarna hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ROMANTIC NOVELIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang