Maleficent: Mistress Of Evil

517 21 0
                                    

-Tria's POV-

Akhirnya gua pergi meninggalkan mas Taufik didepan kantornya. Selama dijalan gua mikir, ternyata dikota besar ini masih ada juga orang baik, yang tulus bantu dan nolong orang. Jadi gua gak setuju sama pendapat orang-orang yang menyatakan kalau Jakarta Keras. Menurut gua mereka belum menemui makna kebaikan kota ini, atau sebenarnya mereka sudah menemukan kebaikan itu sendiri tapi mereka belum bisa memaknai kebaikan itu sendiri. "Hmmm ya sudalhah ya, tapi kalo di pikir-pikir mas Taufik itu orangnya baik, bersih, manis, wangi, dan perhatian. Jadi merasa nyaman ya gout deket sama dia. Husssshh... mikir apa si lu Agung Satriadi. Dia cuma orang baik, yang tulus nolong gua pas kehujanan semalem. Dia gak ada niatan lain" Pikiranku dalam isi kepalaku yang menilai negatif mas Taufik dan langsung merubah penilaiannya menjadi positif.

Gak lama motor yang gua kendarai masuk ke pemukikan komplek BUMN, dan akhirnya gua sampai di rumah gua. Gua liat dari luar, diteras ada Ara sendiri lagi main sama mainannya berupa kitchen set untuk anak-anak. Dia anteng main sendiri. Gua senyum melihat anak gua yang cantik itu.

"Assalamualaikum..." gua mencoba memberi salam namun sepertinya Ara masih belum sadar akan kehadiran gua. Gua coba memberi salam sekali lagi, namun yang jawab nyokap gua, dia keluar dari rumah bawa piring for Ara's breakfast.

"Walaikumsalam..., baru pulang pik?" Tanya nyokap gua, gua pun meghampiri nyokap dan langsung salim sama nyokap.

"Iya mah..." jawab gua. Sepertinya Ara sudah menyadari kehadiran gua dia langsung lari menghampiri gua yang berdiri dekat nyokap.

"Papah... papah udah pulang, Ara kangen papah" dia lari sambil teriak.

"Ara lagi main apa sih? Serius amat, sampe gak liat papah pulang dan beri salam" tanya gua sambil menggangkat dan menggendong Ara.

"Iya maaf, waalaikumsalam papah.. Ara lagi main masak masakan" Jawabnya sambil meluk gua erat.

"Eeeehh... udah papah kebelakang dulu, mandi!! kotor papah mu" nyokap langsung ngambil ara dari gua dan menurunkan Ara.

"Iya iiihh papah bau, hahaha..." ucap Ara sambil tertawa, tangannya yang satu nunjuk ke arah gua yang satu lagi menutup hidungnya.

"Kalo darimana-mana tuh langsung kebelakang ke kamar mandi. Bawa kuman, bawa penyakit, bawa setan. Bersih-bersih dulu sana" Tambah nyokap ngomelin gua.

"Udah ah Ara mau main masak-masak lagi"

"Iya tapi sambil makan ya sayang nih nenek udah masak juga nenek suapin ya" Jawab nyokap. "Aaa dulu sini... aaaaa..." Nyokap gua mengarahkan sendok yang berisi makanan kearah mulut Ara.
Arapun menyambutnya dengan membuka mulutnya.

"Ayam kecap nenek enak, ara paling suka kalo nenek masak ini" Ara mengacungkan jempol keneneknya yang sedang berlutu memegang piring berisi sarapannya yang menghadap Ara itu.

"Nanti Ara kalo udah besar, mau belajar masaknya sama nenek. Gak mau sama mamah, mamah jarang ketemu Ara" tambah ara lagi.

"Iya gampang sama nenek"

Gua cuma berdiri diam melihat kasih sayang yang diberikan nyokap ke Ara. Momen itupun sukses membuat bibir gua melipat rapat dan tertarik kekiri dan kekanan.

"Mamah Ara kan sibuk nanti kalo udah gak sibuk juga sering ketemu Ara" tambah nyokap gua.

Sekali lagi gua ingetin, keluarga gua gak pernah mem-brain wash Ara untuk membenci mamahnya sendiri include para keluarga Ila.

My One & Only TransporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang