Alonso Brata Wijaya

596 22 6
                                    

-Taufik's POV-

"Mau ngapain kesini?" Tanyaku ke Jaya setelah mas Tria meninggalkan kami di ambang pintu gerbang.

"Kangen" jawab Jaya yang cengengesan nggak jelas.

"Kamu mabuk Jay, sudah pulang lah, gak enak kalo sampe ada yang lihat" bujukku untuk segera meninggalkan kost ku. "Lagian aku juga capek Jay, seharian sibuk. Mau istirahat aku" tambah ku.

"Hmh..." dia berdehem dengan nada sinis,
tak ku hiraukan Jaya, aku hanya bergegas meninggalkan Jaya yang berada di pagar untuk masuk ke dalam kost.

"Sibuk sama dia yang tadi anter lu balik? Siapa dia? pacar baru lu? Sibuk ngewe lu sama dia?" Tanya Jaya penuh emosi mencengkram lenganku dan menarik agar tidak masuk kedalam ketika aku mau membuka pintu dan masuk.

"Apa sih?? Lepasin gak?!" aku menghindar mencoba melepas cengkraman darinya untuk tetap masuk kedalam kost dan dia masih berdiri di pintu kost ku.

"Mau lu apa sih??? Lu bilang kita cuma break? Tapi lu udah kegatelan sana sini! Tai lah! Manis di mulut dihati lain!" Ungkap jaya meluapkan emosi hatinya yang tak terkontrol, mungkin efek dari alkohol masih merajai pikirannya.
Tak ku hiraukan dia, aku hanya melakukan rutinitas ku setiap pulang kerja saat sampai kos dari ganti baju, mengambil segelas besar air putih, hingga duduk diruang depan untuk nonton tv dan main handphone.
Namun rutinitas kali ini agak berbeda karena ada kehadiran orang yang selama ini aku tunggu-tunggu, namun sekarang aku merasa tak butuh akan kehadiran dia, dan dia masih berdiri memperhatikan ku yang tidak mempedulikan dia.

"Eh anjing, bangsat! Jawab!" Ternyata dia makin emosi saat melihat tingkahku yang mengacuhkannya.

Emosiku pun mulai ikut terbakar saat emosi dia makin menjadi jadi.
Segera aku bangun, menghamipirinya, menarik dia masuk kedalam, dan menutup pintu.

*Plaaakkk* Satu tamparan dariku melayang bebas dan berhasil mendarat ke pipi kirinya.

"Jaga ya Jay cara bicara kamu! Nggak selayaknya an educated people kaya kamu kaya gitu!" Mengancam dia sambil menunjuk wajahnya dengan nada tegas, terisak dan bergetar.

"Ya kita memang break! Tapi melihat keadaan kamu kaya gini sepertinya kita udah nggak break lagi. It's officially end!"Jelasku dan dia hanya terdiam melotokan matanya kearah lantai, mengerutkan bibirnya, dan mengepal keras tangannya.

*Bugh...!* bogem mentah dari Jaya berhasil mengenai perut ku.

"Aarrghhhh... sakit ja..yy.." eluh ku.
Akupun langsung jatuh berlutut, dan tersungkur dihadapannya.

"Gua lebih sakit anjing! Tiap malem gua kangen sama lu, dikerjaan gua kepikiran sama lu! Setiap nongkrong sama temen-temen gua, pikiran gua cuma ke elu Pik!" Ucapnya yang seketika ikutan berlutut dihadapan ku, memegang bahuku dengan tangan kiri, dan tangan kanan menunjuk nunjuk dirinya dan sianya menunjuk ke arahku.

"Enam bulan! banyangin aja pik, tapi apa? Lu udah move on dari gua secepat itu? Tega sih lu sama?" Timpalnya penuh emosi dengan nada bergetar, terisak, yang tiba tiba penuh dengan air matanya, atau mungkin juga dia menangis karena sudah meninju bebas perutku jadi dia merasa bersalah.

Aku masih tersungkur menahan sedikit rasa sakit, mencoba bangkit perlahan menuju ruang tempat tidur dengan langkah tertatih, satu tangan meraba tembok satu tangan memegang daerah perut yang terkena tinju dari Jaya.
Belum sampai kasur Jaya tiba-tiba bangun dan mendekati ku, melepaskan tangan ku yang sedang meraba tembok, dilingkarinya lenganku dipundaknya dan dipapahnya aku menuju kasur untuk dibaringkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My One & Only TransporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang